Pahami Kondisi Henti Jantung Mendadak

Pahami Kondisi Henti Jantung Mendadak

Penulis: Dea | Editor: Umi

Henti jantung mendadak atau yang dalam bahasa Inggris disebut sudden cardiac arrest, adalah suatu kondisi ketika jantung tiba-tiba berhenti berdetak.

Henti jantung mendadak merupakan keadaan darurat medis yang serius dan mengancam jiwa, yang ditandai dengan hilangnya kesadaran, pernapasan, dan denyut nadi secara tiba-tiba. Gejala henti jantung datang tiba-tiba dan harus segera mendapatkan pertolongan dengan resusitasi jantung paru (RJP/CPR) dan defibrillator.

Jika Anda melihat seseorang  mengalami gejala henti jantung, segera cari bantuan medis darurat. Dengan memberikan pertolongan segera, Anda bisa menyelamatkan nyawa pasien.

Baca Juga: Pahami Persiapan dan Prosedur Ekokardiografi

Tanda dan Gejala Henti Jantung Mendadak

Biasanya seseorang yang mengalami henti jantung mendadak akan kehilangan kesadaran atau pingsan. Penderita juga tidak memiliki detak jantung atau denyut nadi yang terdeteksi.

Sebelum kehilangan kesadaran, sebagian orang yang mengalami henti jantung mendadak akan mengalami gejala lain berupa:

  • Pusing
  • Detak jantung lebih cepat atau lebih lambat
  • Sakit dada
  • Sesak napas
  • Mual, dengan atau tanpa muntah.

Tidak seperti serangan jantung, henti jantung mendadak sering terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan apa pun. Meski kedua kondisi tersebut berbeda, seseorang yang pernah mengalami satu atau lebih serangan jantung memiliki risiko lebih tinggi terkena henti jantung mendadak.

Penyebab Henti Jantung Mendadak

Serangan jantung dan henti jantung tidaklah sama. Serangan jantung terjadi ketika aliran darah ke otot jantung tersumbat.

Selama serangan jantung, jantung biasanya tidak berhenti berdetak secara tiba-tiba. Bahkan pasien serangan jantung masih sadar dan bernapas.

Sedangkan henti jantung bisa disebabkan oleh berbagai kondisi, termasuk:

1. Aritmia jantung

Jantung memiliki sistem listrik yang mengontrol laju dan ritme detak jantung kita. Henti jantung mendadak dapat terjadi ketika sistem kelistrikan jantung tidak bekerja dengan benar dan menyebabkan detak jantung tidak teratur.

Detak jantung yang tidak teratur ini lebih dikenal dengan sebutan aritmia. Aritmia sendiri merupakan penyebab paling umum dari henti jantung.

Beberapa jenis aritmia (seperti fibrilasi ventrikel) bisa menyebabkan jantung berhenti memompa darah ke tubuh sehingga mengakibatkan henti jantung mendadak.

2. Perdarahan dan Syok

Syok adalah kondisi medis berbahaya yang terjadi karena adanya penurunan aliran darah ke otak dan organ penting lainnya.

Syok bisa terjadi dalam beberapa situasi, termasuk karena perdarahan yang tidak terkontrol dari cedera traumatis. Kondisi ini dikenal sebagai syok hipovolemik.

Jika tekanan darah terlalu rendah, kondisi ini bisa menghambat aliran darah dan mengurangi suplai oksigen ke otak dan organ vital lainnya sehingga menyebabkan henti jantung.

3. Ketidakseimbangan Elektrolit

Elektrolit bagi tubuh berperan penting dalam menjaga fungsi jantung dan kadar cairan tubuh tetap seimbang. Karena itulah, kadar elektrolit perlu dijaga keseimbangannya agar tubuh Anda berfungsi dengan baik.

Jika tidak, sistem tubuh vital dapat terpengaruh. Ketidakseimbangan elektrolit yang parah bisa menyebabkan masalah serius, seperti koma, kejang, hingga serangan jantung yang dapat mengakibatkan henti jantung.

4. Mengidap Penyakit Jantung Sebelumnya

Selain aritmia, seseorang yang mengidap penyakit jantung sebelumnya juga berisiko mengalami henti jantung mendadak. Kondisi tersebut meliputi:

Faktor lain juga dapat meningkatkan risiko henti jantung mendadak, termasuk:

Penanganan Henti Jantung Mendadak

Pasien henti jantung sebenarnya bisa diselamatkan jika segera mendapatkan penanganan. Oleh sebab itu, sangat penting untuk bertindak cepat jika Anda melihat seseorang yang tidak sadarkan diri.

Berikut ini langkah yang perlu Anda lakukan saat menemukan seseorang tidak sadarkan diri:

  1. Periksa kesadaran dan respons pasien.
  2. Selanjutnya, periksa pernapasan pasien dengan melihat gerakan dadanya. Periksa juga denyut nadi pada leher pasien. Jika pasien tidak merespons, tidak bernapas, dan tidak ada denyut nadi, kondisi tersebut menandakan pasien mengalami henti jantung.
  3. Segera hubungi tim medis dengan nomor telepon darurat 112.
  4. Sambil menunggu petugas medis datang, lakukan CPR. Anda juga bisa meminta bantuan orang lain untuk menghubungi tenaga medis, sementara Anda melakukan CPR. Jika Anda tidak bisa melakukan CPR, mintalah bantuan orang lain yang bisa melakukannya.
  5. Bila defibrillator atau alat kejut jantung otomatis (AED) tersedia, gunakan AED sesuai petunjuk, sampai tim medis datang.

Penanganan di Rumah Sakit

Pasien henti jantung membutuhkan perawatan di ruang gawat darurat.

Setelah tiba di ruang gawat darurat, dokter dan tenaga medis lainnya akan bekerja untuk menstabilkan kondisi pasien.

Dokter juga akan memantau dengan cermat kondisi pasien dan mungkin menggunakan obat-obatan untuk mencegah kambuhnya henti jantung.

Kemudian dokter melakukan tes untuk mengetahui penyebab henti jantung. Hasil tes membantu dokter menentukan rencana perawatan lanjutan.

Perawatan lanjutan mungkin termasuk:

  • Obat-obatan untuk mengatasi aritmia, seperti beta blocker
  • Defibrillator kardioverter implan (ICD) untuk memonitor dan mengalirkan kejutan listrik energi rendah atau tinggi jika mendeteksi ada perubahan irama jantung.
  • Angioplasti koroner atau pemasangan ring jantung untuk membuka pembuluh darah arteri koroner yang tersumbat.
  • Operasi bypass jantung
  • Operasi perbaikan jantung untuk memperbaiki kelainan jantung bawaan atau rusaknya otot jantung karena kardiomiopati.

Baca Juga: Kadang Dianggap Sepele, Jangan Hiraukan 10 Gejala Jantung Bermasalah Ini

Sumber

Healthline. (2017). Cardiac Arrest. www.healthline.com

BHF. (2019). Cardiac arrest. www.bhf.org.uk 

Cleveland Clinic. (2019). Sudden Cardiac Death (Sudden Cardiac Arrest). my.clevelandclinic.org 

Mayo Clinic. (2021). Sudden cardiac arrest. www.mayoclinic.org 

Medical News Today. (2021). What is cardiac arrest and what to do. www.medicalnewstoday.com