Angiotensin receptor blockers (ARB) untuk Hipertensi

Angiotensin receptor blockers (ARB) untuk Hipertensi

Penulis: Umi Fatimah

Angiotensin receptor blockers (ARB) atau juga dikenal sebagai angiotensin II receptor antagonists, digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi. Artikel ini akan menjelaskan cara kerja Angiotensin receptor blockers, kegunaannya, dan kemungkinan efek sampingnya.

Meskipun paling umum digunakan untuk mengontrol tekanan darah pada pasien hipertensi, angiotensin receptor blockers juga dapat diresepkan untuk berbagai kondisi yang memengaruhi jantung dan organ lain, seperti gagal jantung, gagal ginjal, penyakit ginjal apda penderita diabetes, dan diresepkan pada pasien yang telah mengalami serangan jantung.

Obat ini dapat digunakan sendiri atau dikombinasikan dengan obat lain untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, seperti obat diuretik. Karena ARB memiliki efek yang mirip dengan ACE inhibitor, dokter sering meresepkan ARB pada pasien yang tidak dapat menggunakan ACE inhibitor, baik karena alergi terhadap obat tersebut atau tidak bisa mentoleransi efek samping yang ditimbulkan.

Baca Juga: Ketahui Berbagai Jenis Obat Darah Tinggi dan Efek Sampingnya

Bagaimana Cara Kerja Angiotensin Receptor Blockers (ARB)?

Angiotensin receptor blockers bekerja dengan memblokir efek hormon angiotensin II. Angiotensin II adalah hormon dalam tubuh yang memiliki efek mempersempit pembuluh darah. Penyempitan ini dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan buruknya aliran darah melalui ginjal.

Dengan mengonsumsi ARB, obat ini akan membantu memperlebar pembuluh darah agar darah mengalir lebih mudah, sehingga menurunkan tekanan darah.

Petunjuk Penggunaan Angiotensin Receptor Blockers

Pastikan Anda meminum obat ARB secara teratur, sesuai anjuran dokter Anda. Selalu bicarakan dengan dokter atau apoteker untuk mendapatkan informasi spesifik tentang dosis ARB dan kapan Anda harus meminum obatnya.

Penting untuk Anda pahami bahwa tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kematian secara mendadak tanpa adanya keluhan sebelumnya. Karena itulah, Anda tidak bisa selalu mengandalkan keluhan yang Anda alami untuk menentukan apakah Anda memerlukan obat atau tidak.

Jadi, jangan pernah menghentikan konsumsi obat darah tinggi meskipun Anda dalam kondisi baik atau tekanan darah anda normal.

Peringatan Penggunaan Angiotensin Receptor Blockers

  • Jangan mengonsumsi ARB bila Anda memiliki riwayat alergi terhadap kandungan dalam obat. Sampaikan pada dokter mengenai riwayat alergi Anda.
  • Sampaikan kepada dokter tentang riwayat kesehatan Anda, apakah Anda pernah atau sedang mengalami diabetes, hiperkalemia, penyakit liver, penyakit ginjal, atau angioedema.
  • Sebelum menggunakan ARB, informasikan kepada dokter tentang obat yang sedang Anda konsumsi, termasuk vitamin, obat resep dan nonresep, dan suplemen herbal.
  • Jangan berbagi obat yang diresepkan untuk Anda dengan orang lain.
  • ARB tidak dianjurkan untuk digunakan oleh wanita hamil dan pada wanita yang merencanakan kehamilan karena bisa memberikan dampak buruk pada janin. Jika Anda menderita hipertensi sebelum kehamilan atau mengalaminya selama kehamilan (preeklamsia), pemberian resep ARB harus dihentikan sesegera mungkin di bawah pemantauan dokter. Selanjutnya, dokter akan meresepkan obat lain yang aman untuk Anda dan janin.
  • Jangan mengubah dosis obat Anda atau berhenti minum obat tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda.

Baca Juga: Mengenal 10 Jenis Buah Penurun Tekanan Darah Tinggi

Jenis Angiotensin Receptor Blockers

ARB tersedia dalam bentuk sediaan oral (diminum). Obat ini juga tersedia dalam bentuk obat generik dan hanya bisa dikonsumsi dengan resep dokter.

Ada banyak jenis obat yang termasuk dalam golongan angiotensin receptor blockers. Secara umum, obat-obatan yang termasuk dalam golong ARB memiliki nama obat yang diakhiri dengan ‘sartan’. Contoh umumnya termasuk:

Efek Samping Angiotensin Receptor Blockers

Pada dasarnya semua obat bisa menimbulkan efek samping, termasuk obat tekanan darah. Namun, efek samping yang ditimbulkan pada setiap orang akan berbeda.

Jika Anda mengalami efek samping yang tidak kunjung membaik dan memengaruhi aktivitas Anda sehari-hari, konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat menyesuaikan dosis obat atau jenis obat sesuai dengan respons tubuh Anda.

Kemungkinan efek samping ARB meliputi:

  • Pusing
  • Penurunan tekanan darah secara tiba-tiba saat Anda beralih dari berbaring atau duduk ke berdiri (hipotensi postural)
  • Gejala pilek atau mirip flu
  • Terlalu banyak kalium dalam darah.
  • Pembengkakan kulit akibat kelebihan cairan.
  • Bengkak di sekitar mulut, wajah atau tenggorokan (angio-edema). Keluhan ini adalah reaksi alergi dan sangat jarang terjadi. Jika Anda mengalami kesulitan bernapas atau menelan, hentikan minum obat dan segera dapatkan bantuan medis.

Selain itu, beberapa orang yang menjalani pengobatan dengan ARB telah melaporkan masalah pencernaan. Informasikan kepada dokter jika Anda mengalami diare parah atau kehilangan banyak berat badan saat mengonsumsi obat ini. Bicarakan dengan dokter tentang efek samping apa pun yang Anda alami.

Saat mengonsumsi ARB, pastikan juga Anda melakukan pemeriksaan tekanan darah dan tes fungsi ginjal Anda secara rutin, sesuai anjuran dokter.

Selain menjalani pengobatan, pasien hipertensi juga perlu menerapkan gaya hidup sehat dan mengatur pola makan. Misalnya saja, dengan mengonsumsi makanan sehat yang rendah lemak, terutama lemak jenuh dan lemak trans, berhenti kebiasaa merokok dan mengonsumsi alkohol, dan aktif secara fisik untuk mengendalikan tekanan darah. Bicaralah dengan dokter mengenai perubahan gaya hidup yang harus Anda lakukan.

Baca Juga: Ketahui Perbedaan 2 Obat Darah Tinggi Captopril dan Amlodipine

 

Sumber

AHA Journals. Angiotensin Receptor Blockers. www.ahajournals.org

British Heart Foundation. Angiotensin receptor blockers (ARBs). www.bhf.org.uk

Cleveland Clinic. Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs). my.clevelandclinic.org

Mayo Clinic. Angiotensin II receptor blockers. mayoclinic.org