Waspadai Gejala Hiperkalemia dan Penyebabnya

Waspadai Gejala Hiperkalemia dan Penyebabnya

Penulis: Ericha | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Winda Atika Sari

Terakhir ditinjau: 3 Juli 2023

 

Hiperkalemia adalah kondisi medis saat kadar kalium atau potassium darah yang terlalu tinggi. Kalium merupakan unsur kimia yang penting bagi kehidupan, terutama untuk fungsi normal sistem organ yang mengandalkan transmisi sinyal listrik seperti jantung, otot, dan saraf.

Tubuh kita bergantung pada kalium untuk mengatur tekanan darah, tonus pembuluh darah, fungsi normal insulin dan berbagai hormon lainnya, motilitas saluran cerna, keseimbangan asam basa, fungsi ginjal, serta keseimbangan cairan dan elektrolit.

Kadar kalium normal dalam darah adalah 3,5-5,0 miliekuivalen per liter (mEq / L). Kalium antara 5,1 mEq / L sampai 6,0 mEq / L mencerminkan hiperkalemia ringan. Sedangkan, kadar kalium 6,1 mEq / L sampai 7,0 mEq / L merupakan hiperkalemia sedang, dan kadar di atas 7 mEq / L merupakan hiperkalemia berat.

Efek klinis terpenting dari hiperkalemia terkait dengan ritme kelistrikan jantung. Sementara hiperkalemia ringan mungkin memiliki efek terbatas pada jantung, hiperkalemia sedang dapat menghasilkan perubahan EKG (aktivitas listrik otot jantung), serta hiperkalemia berat dapat menyebabkan penekanan aktivitas listrik jantung dan jantung berhenti berdetak.

Baca Juga: Pahami Pengobatan dan Pencegahan Gagal Jantung Kongestif

Gejala Hiperkalemia

Umumnya seseorang tidak akan mengalami gejala yang mengkhawatirkan jika tingkat kalium mereka tidak mencapai 7,0 mEq / L atau lebih.

Namun, tidak menutup kemungkinan gejala juga muncul pada tingkat yang lebih rendah akibat tingkat kalium yang naik secara tiba-tiba. Perhatikan gejala-gejala berikut ini:

Gejala Neurologis

Umumnya kalium terdapat lebih banyak di dalam, sedangkan natrium lebih banyak di luar sel tertentu. Gradien elektrolit ini dapat menggerakkan pompa ATPase natrium-kalium yang diperlukan untuk memicu potensial aksi. Tanpa potensi aksi, saraf tidak dapat menghasilkan impuls.

Namun, terlalu banyak kalium di luar sel dapat mengubah gradien elektrolit sehingga potensial aksi lebih lambat untuk dipicu atau bahkan tidak terjadi sama sekali.

Sehingga, gejala neurologis hiperkalemia yang umum dapat meliputi refleks menurun, perasaan geli, dan mati rasa.

Gejala Muskuloskeletal

Saraf merangsang serat otot pada jantung, tulang, atau otot polos untuk berkontraksi. Jika potasium mempengaruhi potensi aksi, secara umum akan mempengaruhi fungsi otot.

Otot rangka atau otot lurik, adalah otot yang menempel pada tulang. Otao ini berfungsi untuk menggerakkan lengan dan kaki serta bagian lain dari tubuh. Otot yang tidak menerima impuls saraf dapat mengalami kesulitan berkontraksi atau dapat melemah.

Gejala muskuloskeletal hiperkalemia dapat meliputi kelemahan otot dan kelumpuhan.

Gejala GI

Otot polos melapisi saluran GI yang berfungsi untuk mendorong makanan dari kerongkongan Anda sampai ke usus besar dalam proses yang dikenal sebagai peristaltik.

Ketika kadar kalium tinggi, kontraksi otot polos dapat melemah saat melakukan gerakan peristaltik atau gerakan maju melalui saluran GI. Hal ini dapat menyebabkan mual, muntah, dan penumpukan gas pada perut.

Gejala hiperkalemia gastrointestinal dapat meliputi gas perut, kembung, mual, diare, dan muntah.

Gejala Kardiovaskular

Jantung melakukan sinyal antar sel yang disebut miosit. Potensi aksi berfungsi untuk mengirim impuls otomatis ke miosit yang membuat jantung tetap berdetak.

Ketika kadar kalium dalam darah terlalu tinggi, kontraksi jantung mungkin tidak cukup kuat untuk memompa cukup darah keluar dari jantung ke otak dan organ lain. Denyut jantung juga bisa melambat karena penundaan penembakan potensi aksi.

Gejala jantung hiperkalemia dapat meliputi denyut jantung lambat, palpitasi dan aritmia jantung, nyeri dada, dan henti jantung.

Penyebab

Hiperkalemia terjadi ketika ginjal Anda tidak dapat lagi mengeluarkan cukup kalium dari darah Anda, menyebabkan penumpukan mineral dalam aliran darah.

Hiperkalemia sering dikaitkan dengan salah satu kondisi ginjal berikut:

  • Penyakit ginjal kronis. Kapasitas ginjal yang lebih rendah, membuat ginjal tidak dapat menyaring kalium keluar dari tubuh secara memadai.
  • Diabetes yang tidak terkontrol atau tidak diobati. Kekurangan insulin dapat menyebabkan hiperkalemia.
  • Minum obat tertentu. Beberapa jenis obat antiinflamasi non steroid (NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen, beberapa diuretik, siklosporin, trimetoprim, penghambat angiotensin, beta-blocker, penghambat kalsium, suksinilkolin, digoksin, heparin, dan manitol juga dapat meningkatkan kalium.
  • Penyakit jantung. Dalam kasus gagal jantung kongestif , fungsi ginjal yang lebih rendah dan beberapa pengobatan dapat menyebabkan hiperkalemia.
  • Cedera. Kerusakan jaringan dapat menyebabkan kadar kalium bergeser dan berubah.
  • Hipoaldosteronisme atau pseudohypoaldosteronism. Kekurangan hormon aldosteron menyebabkan hiperkalemia.
  • Hiperplasia adrenal kongenital. Kondisi adanya penyakit langka karena mutasi gen yang menyebabkan kadar aldosteron lebih rendah.
  • Asupan kalium yang lebih tinggi. Mengkonsumsi terlalu banyak kalium dapat meningkatkan risiko hiperkalemia. Meskipun jarang terjadi tetapi dapat mempengaruhi orang yang memiliki penyakit ginjal.
  • Pseudohyperkalemia. Ini dapat terjadi jika menggunakan jarum suntik atau metode lain yang menyebabkan hemolisis, yaitu penguraian sel darah merah.

Baca Juga: Kekurangan Kalium (Hipokalemia) : Penyebab dan Cara Mengobatinya

Sumber

Everyday Health. (2021). What Is Hyperkalemia?. www.everydayhealth.com

Medical News Today. (2019). What to know about high potassium. www.medicalnewstoday.com

MedicineNet. (2019). Hyperkalemia (High Blood Potassium). www.medicinenet.com

Verywell Health. (2019). Signs and Symptoms of Hyperkalemia. www.verywellhealth.com