Ketahui Berbagai Jenis Obat Darah Tinggi dan Efek Sampingnya

Ketahui Berbagai Jenis Obat Darah Tinggi dan Efek Sampingnya

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 7 September 2022

 

Darah tinggi atau hipertensi merupakan kondisi yang disebabkan oleh tekanan darah yang melebihi batas wajar. Tekanan darah Anda dikatakan normal jika nilai sistolik per diastoliknya kurang dari 120/80 mmHg. Orang yang mengalami hipertensi tingkat 1 tekanan darahnya antara 130-139/80-89 mmHg. Sementara pasien hipertensi tingkat 2 memiliki tekanan darah pada kisaran 140/90 mmHg atau lebih.

Tekanan darah tinggi bisa menyebabkan berbagai masalah kesehatan seperti serangan jantung, gagal jantung, stroke hingga masalah pada ginjal. Salah satu cara untuk menghindari penyakit-penyakit tersebut adalah dengan mencegah dan mengatasi masalah tekanan darah tinggi.

Ada banyak sekali jenis obat untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi. Obat-obatan tersebut dikenal sebagai obat antihipertensi. Terdapat berbagai kategori berbeda dan masing-masing obat memiliki cara kerja serta efek samping yang bervariasi.

Baca Juga : 8 Makanan Penurun Darah Tinggi yang Wajib Anda Konsumsi

Jenis Obat-obatan yang Paling Umum Digunakan untuk Mengatasi Hipertensi

Menyebutkan semua jenis obat-obatan hipertensi akan sangat sulit karena jumlahnya yang sangat banyak. Namun, yang paling umum digunakan antara lain:

1. Diuretik

Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan meningkatkan jumlah natrium yang dikeluarkan oleh ginjal ke dalam urin, serta mengontrol tekanan darah. Konsumsi diuretik bisa menurunkan tekanan darah terutama dengan mengurangi jumlah cairan yang ada di pembuluh darah.

Kemungkinan efek samping diuretik berupa pusing, sensitivitas tinggi terhadap sinar matahari, ruam kulit, kram otot, muntah, diare, sembelit, tekanan darah rendah, dan ketidakseimbangan elektrolit.

Beberapa obat juga dapat berinteraksi dengan diuretik, sehingga Anda harus berbicara dengan dokter tentang semua obat yang Anda minum.

2. Pemblokir Saluran Kalsium (Calcium Channel Blockers)

Obat yang memiliki kemampuan menghambat aliran kalsium di dalam darah dapat mengurangi tekanan darah dengan melebarkan arteri. Dalam beberapa kasus, obat-obatan jenis ini bisa mengurangi kekuatan kontraksi jantung.

Mengonsumsi obat penghambat saluran kalsium dapat menimbulkan efek samping berupa pergelangan kaki bengkak, sembelit, sakit kepala atau pusing, serta jantung berdebar kencang.

Penghambat saluran kalsium juga dapat berinteraksi dengan obat dan suplemen, seperti diuretik, obat tekanan darah lainnya, beberapa obat jantung (seperti antiaritmia), dan beberapa obat mata.

3. Penghambat ACE

ACE (angiotensin-converting enzyme) adalah enzim yang menyebabkan pembuluh darah di tubuh menyempit, penyebab peningkatan tekanan darah seseorang.

Penghambat ACE menurunkan tekanan darah dengan memblokir ACE, sehingga melemaskan pembuluh darah dan memungkinkan darah mengalir lebih leluasa.

Efek samping yang paling umum dialami setelah mengonsumsi penghambat ACE yaitu batuk kering. Sedangkan efek samping yang kurang umum termasuk rasa logam di mulut, kehilangan selera makan, sakit perut, diare, sembelit, sakit kepala, tubuh merasa lelah, tekanan darah rendah, dan ruam kulit.

Orang yang memiliki salah satu dari kondisi medis, seperti diabetes, penyakit jantung, lupus, penyakit ginjal, serta alergi terhadap obat-obatan harus berbicara dengan dokter sebelum menggunakan penghambat ACE. Penghambat ACE mungkin juga tidak cocok untuk orang yang pernah mengalami serangan jantung, dan mereka yang telah menerima transplantasi ginjal.

Baca Juga : 5 Pantangan Makanan Bagi Penderita Hipertensi

4. ARB

ARB bekerja dengan cara yang mirip dengan penghambat ACE. Penghambat reseptor angiotensin II (disebut ARB) juga mengurangi tekanan darah dengan melebarkan arteri.

Obat-obatan jenis ini dianggap lebih baik dari jenis penghambat ACE karena efektivitasnya yang tinggi dengan efek samping yang lebih sedikit.

ARB sebaiknya tidak digunakan selama kehamilan. Obat yang bekerja langsung pada sistem renin-angiotensin dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian pada janin yang sedang berkembang. Ketika kehamilan terdeteksi, konsultasikan dengan dokter sesegera mungkin.

5. Beta Blocker

Jenis obat-obatan beta blocker tidak dianggap sebagai pilihan pertama untuk pengobatan hipertensi kecuali pasien memiliki riwayat penyakit lain, seperti penyakit jantung iskemik, pernah mengalami gagal jantung, atau memiliki kondisi aritmia (detak jantung yang tidak normal).

Obat jenis beta blocker bekerja dengan memblokir efek adrenalin pada sistem kardiovaskular sehingga detak jantung akan menjadi lambat, serta tekanan pada jantung dan arteri akan berkurang. Kemungkinan efek sampingnya termasuk pusing, sakit kepala, sesak napas, kelelahan, tangan dan kaki dingin, serta insomnia.

Selain kelima jenis obat-obatan di atas, masih banyak lagi obat lain yang juga digunakan untuk mengatasi masalah tekanan darah tinggi. Bagi sebagian besar orang, pengobatan pilihan pertama untuk tekanan darah tinggi adalah diuretik tiazid.

Namun bagi sebagian orang lagi, penggunaan diuretik saja tidak cukup sehingga harus dikombinasikan dengan jenis obat-obatan lain. Agar hasilnya maksimal, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi salah satu dari obat-obatan di atas.

Baca Juga : Bisoprolol: Fungsi, Cara Penggunaan, dan Efek Sampingnya

Sumber

Heart. (2020). Types of Blood Pressure Medications. www.heart.org

Healthline. (2020). A List of Blood Pressure Medications. www.healthline.com

Mayo Clinic. (2018). High Blood Pressure (Hypertension). www.mayoclinic.org

Medical News Today. (2018). Blood pressure medications: Everything you need to know. www.medicalnewstoday.com

Verywell Health. (2020). Medications Used to Treat High Blood Pressure. www.verywellhealth.com