Memahami Pentingnya Proses Inflamasi Bagi Tubuh

Memahami Pentingnya Proses Inflamasi Bagi Tubuh

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 7 November 2022

 

Inflamasi sering kali dikaitkan sebagai sesuatu yang negatif. Padahal peradangan merupakan sebuah respons alami dari sistem kekebalan tubuh kita saat menghadapi cedera atau penyakit.

Bahan kimia inflamasi dalam aliran darah bekerja untuk melindungi tubuh dari zat asing, seperti bakteri dan virus. Ketika tubuh kita terluka, respons inflamasi lokal memainkan peran penting dalam proses penyembuhan.

Ada dua jenis peradangan yakni akut dan kronis. Peradangan akut bisa dianggap sebagai peradangan jenis baik karena membantu tubuh dalam prose penyembuhan. Sedangkan peradangan kronis merupakan jenis peradangan buruk karena berhubungan erat dengan berbagai macam penyakit kronis.

Penelitian menunjukkan bahwa peradangan kronis berperan dalam beberapa kondisi kesehatan termasuk radang sendi, penyakit jantung, diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit Alzheimer.

Baca Juga: Kendalikan Peradangan dengan 8 Makanan Sehat Ini

Inflamasi Akut dan Gejalanya

Inflamasi atau peradangan akut umumnya disebabkan oleh cedera (seperti kaki yang terkilir) atau penyakit, seperti infeksi bakteri dan virus yang umum. Proses peradangan akut bisa terjadi dengan cepat dan kadang bisa juga parah.

Kalau Anda pernah terluka atau mengalami patah tulang, Anda bisa melihat dengan jelas munculnya gejala radang, seperti:

  • Kulit tampak merah
  • Terasa sakit dan lembut jika ditekan
  • Muncul pembengkakan atau benjolan
  • Bagian yang terluka terasa hangat dan kaku
  • Kesulitan bergerak.

Peradangan biasanya bergantung pada seberapa parah cedera yang Anda alami. Inflamasi akut ini bisa bertahan mulai dari beberapa hari sampai beberapa bulan.

Inflamasi akut bisa terlokalisasi pada satu area saja dan bisa juga bersifat sistemik, seperti yang terjadi ketika Anda terinfeksi virus.

Ketika tubuh mengidentifikasi adanya virus atau bakteri berbahaya, respons imunitas akan muncul untuk melawannya. Sel darah putih memicu pelepasan beberapa bahan kimia inflamasi. Jenis inflamasi akut ini menyebabkan Anda merasa sakit dan kelelahan. Ini karena tubuh menggunakan semua energi yang ada untuk melawan infeksi.

Inflamasi akut yang sifatnya sistemik biasanya memunculkan berbagai gejala, seperti demam, mual, lesu, mengantuk, pilek, sakit tenggorokan, hidung tersumbat, dan sakit kepala. Gejala ini bisa muncul selama beberapa hari dan dalam kasus yang serius, mungkin akan bertahan lebih lama.

Beberapa kasus inflamasi akut sifatnya terlokalisasi dan biasanya dinamai dengan akhiran ‘itis’. Contohnya adalah sinusitis (inflamasi pada sinus), bronkitis akut, apendisitis akut, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Blefaritis, Peradangan Kronis pada Kelopak Mata

Inflamasi Kronis dan Gejalanya

Inflamasi kronis atau inflamasi jangka panjang bisa berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup. Kondisi ini bahkan sering dimulai tanpa adanya cedera atau penyakit dan berlangsung yang lebih lama dari seharusnya.

Para ilmuwan masih belum mengetahui mengapa inflamasi kronis bisa terjadi, tetapi biasanya tidak memiliki tujuan seperti peradangan akut. Namun, karena berlangsung dalam waktu lama bisa menyebabkan perubahan besar pada jaringan, organ, dan sel tubuh.

Peradangan kronis adalah salah satu dari beberapa faktor yang berkontribusi dalam perkembangan penyakit. Sejauh ini hubungan terkuat antara peradangan kronis dan penyakit terlihat pada diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Kondisi lain yang terkait inflamasi kronis termasuk tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, gangguan ginjal, berbagai jenis kanker, depresi, gangguan neurodegeneratif, seperti Alzheimer, gangguan autoimun, osteoporosis, dan lain sebagainya.

Apa yang Menyebabkan Inflamasi Kronis?

Para peneliti telah mengidentifikasi beberapa penyebab umum inflamasi sistemik kronis. Sebagian besar terkait erat dengan gaya hidup dan proses penuaan. Beberapa di antaranya adalah:

  • Tidak aktif secara fisik. Proses kimia anti-inflamasi terjadi dalam aliran darah ketika otot-otot dalam tubuh bergerak. Orang yang tidak memenuhi rekomendasi aktivitas minimum untuk kesehatan yang optimal memiliki risiko lebih tinggi mengalami penyakit yang berhubungan dengan usia.
  • Kegemukan. Jaringan lemak terutama lemak visceral yang ada di sekitar organ perut menghasilkan bahan kimia yang mendukung proses inflamasi.
  • Diet. Diet tinggi lemak jenuh, lemak trans, dan gula rafinasi dihubungkan dengan peningkatan inflamasi, terlebih bagi mereka yang kelebihan berat badan.
  • Merokok. Merokok bisa menurunkan produksi molekul anti-inflamasi yang meningkatkan peradangan.
  • Hormon seks yang rendah. Hormon seks, seperti estrogen dan testosterone mampu menekan peradangan. Tingkat hormon yang rendah terutama pada usia lanjut akan meningkatkan risiko munculnya penyakit akibat inflamasi.
  • Stres. Stres psikologis berhubungan dengan peningkatan inflamasi.
  • Gangguan tidur. Orang dengan jadwal tidur yang tidak teratur memiliki lebih banyak gejala peradangan dibanding mereka yang tidur delapan jam dalam sehari.

Inflamasi sebenarnya merupakan sebuah respons kekebalan tubuh yang normal. Namun, jika terjadi dalam jangka panjang, kondisi ini bisa merusak.

Jika Anda mengalami peradangan atau inflamasi jangka panjang, pastikan untuk memeriksakan diri secara berkala ke dokter. Dokter mungkin akan menyarankan perubahan gaya hidup sebagai langkah pencegahan atau dengan memberikan saran perawatan yang berbeda.

Baca Juga: Proses Pembekuan Darah Saat Terjadi Luka

 

Sumber

Cleveland Clinic. (2014). Why You Should Pay Attention to Chronic Inflammation. www.health.clevelandclinic.org

Future Learn. (2021). What Is Inflammation and How Is It Useful? www.futurelearn.com

Verywell Health. (2021). What Is Inflammation? www.verywellhealth.com

Webmd. (2020). Inflammation. www.webmd.com