Ketahui Tentang Perlemakan Hati Non-Alkohol

Ketahui Tentang Perlemakan Hati Non-Alkohol

Penulis: Dita | Editor: Umi

Perlemakan hati non-alkohol merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan berbagai kondisi yang disebabkan oleh penumpukan lemak pada organ hati. Masalah ini biasanya sering terjadi pada mereka yang kelebihan berat badan atau mengalami obesitas. Seperti namanya, kondisi hati ini dialami oleh orang-orang yang mengonsumsi sedikit alkohol atau tidak mengonsumsi alkohol sama sekali.

Di tahap awal, perlemakan hati non-alkohol biasanya tidak berdampak buruk. Namun jika semakin parah, bisa menyebabkan kerusakan hati yang serius, termasuk sirosis. Kadar lemak yang tinggi di hati juga dikaitkan dengan peningkatan risiko sejumlah penyakit serius termasuk tekanan darah tinggi, penyakit ginjal, dan diabetes.

Bagi pasien yang menderita diabetes, masalah perlemakan hati non-alkohol bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya masalah jantung. Jika terdeteksi dan dikelola dengan baik di tahap awal, perlemakan bisa dihentikan agar tidak semakin parah dan berdampak buruk.

Baca Juga: Gangguan Hati: Penyebab, Jenis, dan Penanganannya

Tahapan Perkembangan Perlemakan Hati Non-Alkohol

Perlemakan hati non-alkohol bisa berkembang menjadi 4 tahapan utama. Pada tahap pertama, banyak orang yang tidak menyadari gejalanya sama sekali.

Dalam sejumlah kecil kasus, penyakit ini bisa berkembang dan menyebabkan kerusakan hati jika tidak terdeteksi dan ditangani dengan baik. Adapun tahapan perkembangan perlemakan hati non-alkohol adalah:

1. Steatosis

Pada tahapan ini terjadi penumpukan lemak di sel hati yang sebagian besar tidak berbahaya. Biasanya ini ditemukan ketika orang tersebut melakukan tes untuk pemeriksaan kesehatan lain (bukan ditujukan untuk pemeriksaan perlemakan hati).

2. Steatohepatitis non-alkohol

Pada tahap ini adalah masalah perlemakan hati non-alkohol yang lebih serius. Di tahap ini, hati sudah mengalami peradangan.

3. Fibrosis

Peradangan terus-menerus pada hati menyebabkan munculnya jaringan parut di sekitar hati dan pembuluh darah di sekitarnya. Pada tahap ini, hati masih bisa berfungsi secara normal.

4. Sirosis

Kondisi ini merupakan tahapan yang paling parah. Hati akan mengalami penyusutan dan membentuk bekas luka serta gumpalan. Kerusakan ini bersifat permanen dan bisa menyebabkan gagal hati (hati pasien berhenti bekerja) dan kanker hati.

Untuk berkembang ke fibrosis atau sirosis, biasanya akan memakan waktu sampai bertahun-tahun. Dibutuhkan perubahan gaya hidup agar kondisi pasien tidak semakin parah.

Penyebab dan Faktor Risiko

Penyebab perlemakan hati non-alkohol sampai saat ini tidak diketahui dengan pasti. Para peneliti percaya bahwa faktor genetik, kondisi kesehatan tertentu, pola makan, dan sistem pencernaan mungkin berperan menyebabkan seseorang mengidap perlemakan hati non-alkohol.

Penyebab potensial lainnya yang menjadi faktor terbesar untuk mengembangkan perlemakan hati non-alkohol adalah obesitas. Faktor risiko lainnya, termasuk masalah kesehatan yang sering terjadi bersamaan dengan obesitas, seperti diabetes tipe 2 dan sindrom metabolik.

Jika Anda didiagnosis dengan lebih dari satu masalah kesehatan ini, peluang Anda untuk mengembangkan perlemakan hati non-alkohol akan meningkat. Faktor risiko lainnya termasuk:

Baca Juga: Waspada Hepatitis Alkoholik bagi Peminum Alkohol

Gejala Perlemakan Hati Non-Alkohol

Perlemakan hati non-alkohol umumnya tidak menimbulkan gejala pada tahap awal. Ketika gejala muncul biasanya seseorang yang mengidap penyakit ini akan mengalami:

  • Kelelahan
  • Nyeri atau rasa tidak nyaman di perut kanan atas (di sisi kanan bawah tulang rusuk).

Jika steatohepatitis non-alkohol atau sirosis (tahap paling lanjut) berkembang, Anda bisa mengalami gejala yang lebih parah, seperti:

  • Pembengkakan perut (asites)
  • Pembesaran pembuluh darah tepat di bawah permukaan kulit
  • Kelelahan yang sangat parah
  • Kulit gatal
  • Pembengkakan di kaki, pergelangan kaki, atau telapak tangan (edema)
  • Penurunan berat badan
  • Pembesaran limpa
  • Telapak tangan memerah
  • Kulit dan mata menguning (jaundice).

Jika Anda mengalami gejala di atas yang terjadi terus-menerus dan mengkhawatirkan, jangan ragu untuk segera menghubungi dokter.

Diagnosis Perlemakan Hati Non-Alkohol

Kondisi ini biasanya dapat dideteksi selama pemeriksaan rutin saat hasil tes darah menunjukkan tingkat enzim hati yang lebih tinggi dari normal. Jika hasil tes darah Anda menunjukkan kadar enzim hati tinggi, dokter akan merekomendasikan pemeriksaan darah lengkap untuk menyingkirkan penyebab lain dari peningkatan enzim hati.

Tes pencitraan, seperti CT scan atau MRI juga diperlukan untuk mendeteksi adanya jaringan parut di hati.

Cara lain untuk mendiagnosis perlemakan hati non-alkohol adalah dengan melakukan biopsi hati. Biopsi hati melibatkan pengambilan sampel jaringan hati Anda dengan jarum untuk diuji di laboratorium. Dengan menganalisis jaringan, dokter dapat mengetahui tanda-tanda peradangan dan jaringan parut.

Baca Juga: Mengenal Uji Fungsi Hati

Penanganan Perlemakan Hati Non-Alkohol

Jika Anda mengalami perlemakan hati non-alkohol yang tidak disertai masalah medis lainnya, Anda tidak membutuhkan perawatan apa pun. Dokter biasanya akan menyarankan untuk melakukan perubahan gaya hidup, termasuk menurunkan berat badan, menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah, mengontrol diabetes, dan menghindari konsumsi alkohol.

Apabila sudah sampai pada tahap steatohepatitis non-alkohol, tidak ada obat yang tersedia yang bisa memperbaiki kondisi penumpukan lemak pada hati. Dalam beberapa kasus, kerusakan hati bisa berhenti bahkan pulih dengan sendirinya. Namun, ada juga yang berkembang semakin parah.

Jika Anda sudah berada di tahap steatohepatitis non-alkohol, dokter akan menyarankan Anda untuk melakukan sejumlah perubahan gaya hidup termasuk:

  • Menurunkan berat badan
  • Mengonsumsi obat penurun kolesterol dan trigliserida
  • Mengonsumsi obat untuk menurunkan tekanan darah
  • Mengonsumsi obat untuk mengontrol diabetes
  • Menghindari konsumsi alkohol
  • Berkonsultasi dengan dokter spesialis hati.

Saat ini, ada beberapa jenis obat yang sedang dipelajari untuk pengobatan steatohepatitis non-alkohol. Ini termasuk penggunaan antioksidan, seperti vitamin E.

Ilmuwan juga sedang mempelajari beberapa obat diabetes baru untuk mengatasi steatohepatitis non-alkohol, termasuk jika pasien tidak menderita diabetes. Namun, obat-obatan ini baru bisa dikonsumsi setelah pasien berkonsultasi dengan dokter spesialis hati.

Baca Juga: Berbagai Fakta Tentang Pembengkakan Hati (Hepatomegali)

 

Sumber

Cleveland Clinic (2022). Non-Alcohol Related Fatty Liver Disease. www.clevelandclinic.org

John Hopkins Medicine (2023). Nonalcoholic Fatty Liver Disease. www.hopkinsmedicine.org

Mayo Clinic (2021). Nonalcoholic Fatty Liver Disease. www.mayoclinic.org

NHS (2022). Non-alcoholic fatty liver disease (NAFLD). www.nhs.uk