Sindrom Cushing: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Sindrom Cushing: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 3 Juli 2023

 

Sindrom Cushing merupakan gangguan yang disebabkan oleh kelebihan hormon kortisol pada tubuh. Kortisol sendiri merupakan hormon stres di dalam tubuh yang dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

Kelebihan hormon kortisol bisa berpengaruh buruk terhadap semua jaringan dan organ di dalam tubuh. Gejala yang timbul pun beragam, mulai dari munculnya punuk lemak di antara bahu, pinggang, punggung atas, dan wajah.

Sindrom Cushing dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, pengeroposan tulang, dan diabetes tipe 2.

Baca Juga: Ketahui Gejala Sindrom Klinefelter!

Penyebab Sindrom Cushing

Singkatnya, sindrom Cushing adalah kumpulan gejala yang muncul akibat produksi hormon kortisol berlebihan. Penumpukan kortisol ini dapat terjadi dari waktu ke waktu.

Selain tingginya kadar kortisol dalam tubuh, berbagai faktor juga bisa memicu sindrom Cushing. Berikut ini penyebab sindrom Cushing:

1. Kadar kortisol terlalu tinggi

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, peningkatan kadar kortisol yang terlalu tinggi menjadi penyebab utama sindrom Cushing. Tingginya kadar hormon kortisol ini berawal dari peningkatan adrenokortikotropik (ACTH) dalam tubuh.

ACTH sendiri merupakan hormon yang mengatur pembentukan hormon kortisol. Produksi ACTH yang berlebihan ini biasanya terjadi pada tumor hipofisis atau penyakit pada kelenjar adrenal (seperti tumor adrenal).

Sindrom Cushing akibat faktor internal ini merupakan kondisi medis spesifik yang disebut sebagai penyakit Cushing.

2. Sindrom Cushing Iatrogenik (Eksogen)

Sindrom Cushing juga bisa berasal dari sesuatu di luar fungsi tubuh. Penggunaan obat steroid dosis tinggi untuk waktu yang lama bisa menyebabkan terbentuknya sindrom Cushing.

Obat steroid atau kortikosteroid sebenarnya banyak digunakan untuk mengobati beberapa kondisi, seperti peradangan, lupus, asma, penyakit radang usus (IBD), dan rheumatoid arthritis.

Dalam beberapa kasus, jenis obat tersebut diresepkan dengan dosis tinggi dan untuk jangka waktu yang lama sehingga hal ini dapat meningkatkan risiko seseorang mendapatkan sindrom Cushing.

Faktor Risiko Sindrom Cushing

Selain penyebab utama sindrom Cushing, beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko Anda mengalami sindrom Cushing, seperti:

Gejala Sindrom Cushing

Tanda dan gejala sindrom Cushing dapat bervariasi tergantung pada tingkat kelebihan kortisol. Namun, gejala yang umum antara lain:

  • Penambahan berat badan dan timbunan jaringan lemak, terutama di antara bahu (buffalo bump) dan wajah (moon face)
  • Stretch mark ungu (striae) atau merah muda di area kulit perut, ketiak, sekitar payudara, paha, dan perut
  • Penipisan kulit sehingga mudah memar
  • Proses penyembuhan akibat gigitan serangga lebih lambat
  • Bercak merah pada pipi dan terlihat bengkak
  • Muncul jerawat dan penggelapan kulit
  • Infeksi
  • Pengeroposan tulang, menyebabkan patah tulang dari waktu ke waktu
  • Pada perempuan, gejala khasnya meliputi siklus menstruasi tidak teratur, rambut wajah dan tubuh menjadi lebih tebal dari biasanya (hirsutisme)
  • Pada laki-laki, gejala yang muncul termasuk penurunan gairah seks atau libido, disfungsi ereksi, dan kesuburan menurun
  • Gejala sindrom Cushing pada anak-anak berupa gangguan pertumbuhan.

Gejala lain yang sering timbul dan dirasakan pasien sindrom Cushing yakni kelelahan, otot melemah, sakit kepala, dan tekanan darah tinggi. Selain itu, emosi pun menjadi tidak stabil alias kehilangan kendali emosi sehingga mudah cemas, lekas marah, dan depresi.

Diagnosis

Dokter akan memeriksa riwayat penyakit dan  pemeriksaan fisik secara menyeluruh untuk melihat tanda-tanda sindrom Cushing. Selanjutnya, dokter akan meminta Anda melakukan tes darah dan tes urine untuk mengukur jumlah kortisol di dalam tubuh.

Jika kadar kortisol dalam tubuh Anda tinggi, dokter akan melakukan tes yang disebut tes supresi deksametason.

Tes ini dilakukan dengan memberikan pasien obat deksametason dosis rendah, kemudian tes darah dan urine diambil kembali untuk mengukur kortisol dan hormon adrenal lainnya.

Jika dokter mencurigai adanya tumor yang menjadi penyebab sindrom Cushing, tes lain mungkin perlu dilakukan termasuk CT scan atau MRI.

Dokter dapat meminta Anda melakukan prosedur pengujian lainnya yang lebih intensif untuk memastikan diagnosa sindrom Cushing dan menyingkirkan kemungkinan penyakit lain.

Pengobatan Sindrom Cushing

Perawatan untuk sindrom Cushing bertujuan untuk mengembalikan kadar kortisol tubuh menjadi normal dan memperbaiki gejala Anda. Semakin dini perawatan dimulai, semakin baik peluang Anda untuk pulih.

Ada 2 cara mengobati sindrom Cushing berdasarkan penyebabnya, yaitu:

Perawatan akibat penyakit Cushing

Pembedahan biasanya merupakan pilihan pengobatan pertama untuk pasien dengan penyakit Cushing. Pembedahan dilakukan oleh ahli bedah saraf untuk mengangkat tumor hipofisis dan terkadang seluruh bagian kelenjar hipofisis jika diperlukan.

Ketika tidak mungkin untuk melakukan pembedahan, alternatifnya berupa terapi radiasi untuk mengecilkan tumor. Jika tumor bersifat ganas (yang berpotensi berkembang menjadi kanker), maka dokter akan menganjurkan perawatan kemoterapi.

Perawatan akibat sindrom Cushing Iatrogenik

Jika sindrom Cushing disebabkan oleh obat kortikosteroid yang diresepkan, terapi yang terbaik adalah dengan mengurangi dosis obat secara bertahap atau mengganti kortikosteroid dengan obat lain.

Dokter mungkin juga menyarankan pasien agar menerapkan diet atau pola makan untuk mengontrol gula darah dan kolesterol. Sedangkan pada pasien dengan depresi atau tingkat kecemasan tinggi, dokter biasanya akan memberikan rujukan ke spesialis kesehatan mental untuk perawatan yang lebih efektif.

Baca Juga: Penyakit Meniere: Gejala, Penyebab, dan Penanganan

Sumber

AANS. (2021). Cushing’s Syndrome/ Disease. www.aans.org 

Mayo Clinic. (2021). Cushing Syndrome. www.mayoclinic.org

Verywell Health. (2021). An Overview of Cushing Syndrome. www.verywellhealth.com