Kenali Kondisi Hipersensitivitas

Kenali Kondisi Hipersensitivitas

Penulis: Gradita | Editor: Alhasbi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 25 Desember 2022

 

Hipersensitivitas merupakan suatu kondisi yang membuat sistem kekebalan tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap zat tertentu. Ini merupakan kondisi yang umum, tetapi dapat berakibat fatal ketika tidak segera mendapatkan penanganan sehingga dapat terjadi berulang kali.

Sistem imunitas tubuh berperan dan bertanggung jawab untuk melindungi tubuh. Selain itu, imunitas juga berperan dalam mempertahankan diri terhadap invasi mikroorganisme patogen melalui mekanisme non spesifik dan spesifik yang dapat membahayakan tubuh.

Namun, sistem imunitas terkadang juga bisa keliru atau bereaksi secara berlebihan terhadap zat yang sebenarnya tidak membahayakan tubuh, sehingga memunculkan efek yang tidak diinginkan. Reaksi tersebut lebih dikenal dengan hipersensitivitas.

Meski kondisi ini sangat umum terjadi, apabila penderita tidak segera mendapat penanganan dengan baik dan terjadi berulang kali maka dapat berakibat fatal.

Baca Juga: Alergi Cuaca: Gejala, Penyebab dan Pengobatannya

Tipe reaksi hipersensitivitas

Pada dasarnya, reaksi kondisi ini terbagi menjadi ke dalam empat tipe, yaitu sebagai berikut.

Hipersensitivitas tipe 1

Hipersensitivitas tipe 1 merupakan reaksi alergi yang dapat menyebabkan respons secara langsung dari sistem imun tubuh setelah seseorang terkena alergen.

Reaksi tipe ini terjadi saat antibodi tertentu dalam tubuh, yaitu imunoglobulin E (IgE) mengenali alergen dan menempel padanya.

Saat menempel pada alergen, antibodi IgE akan menghasilkan pelepasan zat kimia histamin yang dapat memicu reaksi alergi ringan hingga berat.

Terdapat pemicu alergen yang menyebabkan reaksi alergi tipe 1 ini, seperti:

  • Bahan makanan meliputi kacang-kacangan, ikan, dan kerang
  • Hewan meliputi bulu hewan peliharaan, tikus, dan gigitan serangga
  • Lingkungan meliputi jamur, debu, tungau, dan lateks.

Adapun gejala yang muncul pada Hipersensitivitas tipe 1 yaitu sebagai berikut.

  • Ruam pada kulit
  • Gatal-gatal
  • Biduran
  • Rhinitis
  • Bersin
  • Mata merah
  • Sakit perut
  • Asma
  • Sesak napas
  • Nyeri dada
  • Tekanan darah menurun.

Baca Juga: Tak Hanya Segar, Ketahui 17 Manfaat Timun Berikut Ini

Hipersensitivitas tipe 2

Hipersensitivitas tipe 2 atau dikenal juga dengan reaksi hipersensitivitas sitotoksik. Hal ini terjadi ketika sel-sel yang sehat menjadi mati akibat sistem kekebalan tubuh yang merespons antigen.

Reaksi ini melibatkan antibodi tubuh meliputi imunoglobulin G (IgG) dan imunoglobulin M (IgM) yang akan memengaruhi sel-sel tubuh yang sehat. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan sel dan jaringan dalam tubuh.

Umumnya, obat antibiotik seperti penisilin dapat menjadi penyebab terjadinya hipersensitivitas tipe 2. Selain itu, terdapat obat-obatan lain seperti, tiazid dan sefalosporin juga dapat memicu hipersensitivitas.

Adapun beberapa kondisi yang terjadi akibat dari tipe 2, seperti:

  • Anemia hemolitik autoimun, yaitu sel darah merah mati lebih cepat dari waktu seharusnya.
  • Trombositopenia, yaitu berkurangnya kadar sel darah merah atau trombosit dalam tubuh.
  • Neutropenia, yaitu kadar neutrofil atau sel darah putih tertentu terlalu rendah.
  • Gangguan autoimun lain, seperti penyakit Graves (Graves disease).

Hipersensitivitas tipe 3

Hipersensitivitas tipe 3 dikenal juga dengan sebutan reaksi kompleks imun. Kondisi ini melibatkan antibodi imunoglobulin G (IgG) yang terikat pada antigen asing dalam aliran darah. Kompleks atau gabungan antara antibodi dan antigen ini akan mengendap pada bagian tertentu dalam pembuluh darah seperti pada kulit, persendian, atau ginjal.

Semakin lama, kompleks yang menumpuk dapat menyebabkan serangkaian reaksi yang memicu kerusakan lokal pada jaringan.

Terdapat beberapa penyakit yang dapat terjadi akibat reaksi tipe 3, meliputi:

  • Vaskulitis, yaitu gangguan yang terjadi pada pembuluh darah.
  • Penyakit serum, yaitu reaksi terhadap protein antiserum yang berasal dari sumber hewani.
  • Lupus, yaitu gangguan sistem kekebalan akibat produksi antibodi secara berlebihan.
  • Rheumatoid arthritis (rematik), yaitu peradangan sendi akibat gangguan autoimun.
  • Henoch-Schonlein purpura, yaitu gangguan autoimun yang menyebabkan peradangan dan pendarahan pada pembuluh darah kecil.

Umumnya hipersensitivitas tipe 3 terjadi akibat efek obat-obatan, termasuk antivenom dan obat untuk mengelola angguan autoimun. Selain itu, sengatan atau gigitan serangga juga dapat menyebabkan reaksi tipe 3.

Hipersensitivitas tipe 4

Hipersensitivitas tipe 4 terkenal sebagai hipersensitivitas tipe lambat, karena reaksinya relatif lebih lama daripada tipe hipersensitivitas lain, yaitu terjadi sekitar 48–72 jam setelah terkena alergen.

Kondisi ini tidak melibatkan antibodi, tetapi melibatkan sel darah putih yang disebut sebagai sel T. Adapun contoh dari reaksi ini adalah dermatitis kontak alergi yang mengakibatkan kulit merah meradang setelah kontak dengan alergen dari lingkungan.

Gejala yang muncul dapat berupa:

  • Gatal-gatal
  • Nyeri kulit
  • Sensasi terbakar pada kulit
  • Luka lenting yang lembap dan bernanah
  • Muncul luka seperti sayatan kulit.

Umumnya hipersensitivitas tipe 4 terjadi karena logam perhiasan, karet lateks, parfum, pewarna rambut, deterjen, dan minyak esensial. Selain itu, reaksi tipe 4 juga bisa terjadi akibat reaksi alergi obat-obatan seperti antibiotik dan antikonvulsan (antikejang).

Apabila Anda mengalami salah satu tipe hipersensitivitas di atas, disarankan untuk segera melakukan pemeriksaan ke dokter agar dapat segera di atasi dengan baik.

Baca Juga: Alergi Kulit: Gejala dan Cara Mengatasinya

 

Sumber

DermNet NZ. (2017). Allergies explained. www.dermnetnz.org

Health Direct. (2020). Allergies and hypersensitivities. www.healthdirect.gov.au

Healthline. (2018). Everything You Need to Know About Allergies. www.healthline.com

Medscape. (2020). Immediate Hypersensitivity Reactions. www.emedicine.medscape.com

Medscape. (2018). Delayed Hypersensitivity Reactions. www.emedicine.medscape.com