Ketahui Seputar Sindrom Mielodisplasia (Preleukemia)

Ketahui Seputar Sindrom Mielodisplasia (Preleukemia)

Penulis: Dita | Editor: Umi

Istilah sindrom mielodisplasia atau Myelodysplastic Syndrome (MDS) mengacu pada sekumpulan penyakit yang mengganggu kemampuan tubuh untuk memproduksi sel darah yang sehat. Efeknya, sel darah tidak terbentuk dengan sempurna atau tidak bisa berfungsi dengan baik.

Sindrom ini terjadi karena ada yang salah dalam bahan spons di dalam tulang tempat di mana sel-sel darah diproduksi (sumsum tulang). Sindrom mielodisplasia dikenal juga dengan nama preleukemia.

Penanganan paling umum pada pasien sindrom mielodisplasia umumnya bertujuan untuk memperlambat perkembangan penyakit, meredakan gejala, dan mencegah terjadinya komplikasi.

Baca Juga: Sering Memar dan Mimisan? Waspadai Leukemia Mieloblastik Akut!

Apa yang Terjadi pada Tubuh Penderita Sindrom Mielodisplasia?

Dalam kondisi yang normal, jaringan spons yang ditemukan di dalam sumsum tulang belakang akan menghasilkan:

  • Sel darah merah untuk membawa oksigen ke seluruh tubuh
  • Sel darah putih untuk membantu melawan infeksi
  • Trombosit untuk membantu proses pembekuan darah.

Namun, pada tubuh penderita sindrom mielodisplasia, sumsum tulang tidak bisa membuat sel-sel darah sehat ini dalam jumlah yang cukup. Sebaliknya, sumsum tulang justru membuat sel-sel abnormal yang tidak berkembang dengan sempurna (belum matang).

Seiring dengan perkembangan kondisi, sumsum tulang Anda secara bertahap diambil alih oleh sel darah yang belum matang. Hal ini akan membuatnya tidak bisa berfungsi dengan baik.

Sel darah yang tidak matang akan memeras sel yang sehat, membuat jumlah sel yang berhasil masuk ke aliran darah semakin rendah.

Kondisi ini bisa berkembang perlahan (dikenal dengan nama indolen) atau berkembang dengan cepat (agresif).

Pada beberapa pasien, sindrom mielodisplasia bisa berkembang menjadi salah satu jenis leukemia yang disebut dengan leukemia myeloid akut (acute myeloid leukemia/AML). Itulah sebabnya kenapa MDS juga disebut sebagai kondisi preleukemia.

Gejala Sindrom Mielodisplasia

Orang dengan sindrom mielodisplasia mungkin pada awalnya tidak mengalami tanda dan gejala khusus. Namun, seiring berjalannya waktu, sindrom ini bisa menyebabkan sejumlah gejala, seperti:

  • Kelelahan
  • Sesak napas
  • Pucat yang tidak biasa karena jumlah sel darah merah yang sangat rendah (anemia)
  • Memar atau perdarahan yang mudah terjadi atau tidak biasa. Kondisi ini terjadi karena rendahnya jumlah trombosit dalam darah (trombositopenia)
  • Munculnya bintik-bintik merah tepat di bawah kulit yang disebabkan oleh perdarahan (petechiae)
  • Infeksi yang sering terjadi karena kondisi jumlah sel darah putih yang rendah (leukopenia).

Jika Anda merasakan gejala yang mengkhawatirkan terkait MDS, jangan ragu untuk segera memeriksakan diri ke pusat kesehatan terdekat.

Baca Juga: Sama-sama Kanker Darah, Apa Perbedaan Leukemia dan Limfoma?

Penyebab dan Faktor Risiko Sindrom Mielodisplasia

Penyebab MDS umumnya tidak diketahui. Kondisi ini disebut dengan MDS primer.

Namun, dalam kasus yang jarang terjadi, MDS juga bisa disebabkan oleh kemoterapi. Ini disebut sebagai MDS sekunder atau MDS yang terkait dengan pengobatan.

MDS biasanya tidak diturunkan antar anggota keluarga. Akan tetapi, dalam jenis yang langka, ada juga yang mendapatkannya karena faktor genetik.

Adapun faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami sindrom mielodisplasia antara lain:

  • Usia. Kebanyakan sindrom mielodisplasia menyerang pasien dengan usia yang sudah tua (di atas 60 tahun)
  • Pengobatan dengan radiasi atau kemoterapi yang pernah dilakukan keduanya. Kemoterapi maupun radiasi adalah dua jenis pengobatan yang digunakan dalam perawatan kanker
  • Paparan bahan kimia tertentu. Bahan kimia, termasuk benzena diklaim berhubungan dengan sindrom mielodisplasia.

Komplikasi pada Pasien dengan Sindrom Mielodisplasia

Beberapa komplikasi bisa terjadi pada pasien dengan sindrom mielodisplasia yakni:

  • Anemia: Berkurangnya sel darah merah bisa menyebabkan anemia yang akan membuat Anda merasa cepat lelah
  • Infeksi yang berulang: Jika jumlah sel darah putih di dalam tubuh terlalu sedikit, risiko infeksi serius akan semakin tinggi
  • Perdarahan yang tidak berhenti: Kurangnya trombosit dalam darah akan membuat Anda kesulitan menghentikan perdarahan. Efeknya, darah yang hilang akan semakin banyak
  • Peningkatan risiko kanker: Beberapa orang dengan MDS umumnya memiliki risiko lebih besar terserang kanker sumsum tulang dan kanker darah (leukemia).

Penanganan terhadap Sindrom Mielodisplasia

Jenis perawatan yang diberikan kepada pasien MDS umumnya tergantung pada jenisnya. Beberapa faktor lain, seperti risiko leukemia mieloblastik akut (AML) dan kondisi kesehatan lain juga perlu dipertimbangkan sebelum perawatan diberikan.

Tujuan utama dari pengobatan MDS adalah mendapatkan jumlah dan jenis sel darah dalam aliran darah agar kembali normal dan mengelola gejala sehingga tidak mengganggu kualitas hidup penderitanya.

Langkah-langkah umum yang biasa dilakukan dokter mencakup transfusi darah dan obat-obatan untuk meningkatkan produksi sel darah.

Dalam situasi tertentu, pasien mungkin akan membutuhkan transplantasi sumsum tulang atau transplantasi sel induk. Prosedur ini direkomendasikan untuk menggantikan sumsum tulang yang sakit dengan sumsum yang sehat dan normal dari pendonor.

Jika MDS yang Anda alami memiliki risiko rendah berubah menjadi kanker, Anda mungkin tidak membutuhkan pengobatan apa pun pada awalnya dan mungkin hanya dipantau dengan tes darah rutin.

Baca Juga: Mengenal Jenis Kanker Langka Neuroblastoma

Sumber

Cancer. (2022). Myelodysplastic Syndromes Treatment (PDQ®)–Patient Version. www.cancer.gov

Healthline. (2019). Myelodysplastic Syndromes (MDS). www.healthline.com

Mayo Clinic. (2021). Myelodysplastic Syndromes. www.mayoclinic.org

NHS. (2021). Myelodysplastic Syndrome (Myelodysplasia). www.nhs.uk