Berbagai Jenis Aborsi, Prosedur dan Risikonya

Berbagai Jenis Aborsi, Prosedur dan Risikonya

Penulis: Meimei | Editor: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 10 April 2023

 

Aborsi adalah cara medis untuk mengakhiri kehamilan atau menggugurkan kandungan. Tindakan ini dilakukan ketika kehamilan tidak bisa dilanjutkan karena berbagai alasan, termasuk risiko kesehatan bagi ibu.

Di seluruh dunia, sekitar setengah dari semua kehamilan yang tidak diinginkan yang dilaporkan berakhir dengan aborsi. Aborsi memang tindakan yang ilegal di Indonesia, namun ada sejumlah negara yang melegalkannya dengan berbagai pertimbangan.

Aborsi yang legal dan dilakukan tenaga medis biasanya dilakukan pada trimester pertama atau awal trimester kedua. Trimester pertama berlangsung dari konsepsi hingga minggu ke-12 kehamilan.

Trimester kedua adalah dari minggu ke-13 hingga minggu ke-28. Aborsi jarang terjadi selama trimester ketiga, tetapi dokter dapat melakukannya setelah 29 minggu kehamilan jika kehidupan seorang wanita dalam bahaya.

Baca Juga: Berbagai Risiko Kesehatan Setelah Aborsi

Berbagai jenis aborsi sesuai usia kandungan

Metode aborsi yang ditawarkan biasanya disesuaikan dengan usia kandungan ibu hamil.

Pilihannya juga dikaitkan dengan kondisi kesehatan ibu dan risiko yang mungkin terjadi. Berikut adalah berbagai jenis aborsi yang tersedia sesuai usia kandungan.

1. Aborsi medis

Aborsi medis dilakukan dengan penggunaan dua obat, mifepristone dan misoprostol yang diminum dalam waktu berbeda.

Mifepristone berfungsi untuk menghentikan perkembangan janin, sedangkan misoprostol memicu pengosongan rahim, yang akan dimulai 1-4 jam setelah minum pil.

Setelah itu, Anda akan mengalami kram dan pendarahan yang terasa seperti menstruasi luar biasa berat. Biasanya dalam waktu sekitar 4-5 jam, jaringan kehamilan akan segera keluar dari tubuh meskipun mungkin bisa lebih lama.

Metode aborsi ini tergolong lebih aman karena tidak dilakukan melalui operasi atau anestesi. Namun tetap ada risiko yang ditimbulkan seperti mual, pendarahan berat, pusing, kelelahan, diare dan demam.

2. Vakum

Vakum adalah metode aborsi yang menggunakan proses pengisapan lembut untuk mengakhiri kehamilan. Biasanya direkomendasikan selama trimester pertama dengan memasukkan spekulum ke dalam vagina wanita.

Dokter lalu akan mengoleskan obat atau menggunakan suntikan untuk mematikan rasa di area tersebut.

Selanjutnya, digunakan batang tipis yang disebut dilator untuk membuka leher rahim, lalu memasukkan tabung ke dalam rahim. Selanjutnya, tindakan ini akan melibatkan alat penghisap manual atau mekanik untuk mengosongkan rahim.

Prosedur ini tergolong cepat, hanya dilakukan dalam waktu 5-10 menit. Selain itu, cara aborsi ini juga lebih bebas rasa sakit dan tidak membutuhkan anestesi.

Walaupun begitu, Anda mungkin akan merasakan kram, berkeringat, mual, atau kombinasi dari gejala-gejala ini. Komplikasi yang mungkin akan terjadi yakni termasuk perdarahan dan infeksi, meskipun risikonya tergolong rendah.

Anda juga bisa mengalami kram selama beberapa hari setelah prosedur dilakukan, dan pendarahan atau bercak tidak teratur dapat terjadi selama beberapa minggu.

3. Dilatasi dan evakuasi

Dilatasi dan evakuasi adalah jenis aborsi bedah yang biasa digunakan dokter selama trimester kedua. Anda akan diberikan anestesi agar tidak merasakan sakit selama prosedur.

Setelah itu, dokter akan memasukkan spekulum ke dalam vagina dan dilator untuk membuka serviks. Jaringan kehamilan lalu dikeluarkan dengan forsep kecil dan diselesaikan dengan suction agar tidak ada jaringan yang tersisa.

Risiko dari jenis aborsi ini adalah nyeri ringan dan kram dapat terjadi selama beberapa hari setelahnya dan risiko pendarahan hingga 2 minggu.

Komplikasinya termasuk infeksi, pendarahan hebat dan cedera rahim. Risiko cedera pada rahim atau organ lain selama aborsi trimester kedua kurang dari 1 dalam 1.000, menurut The American College of Obstetricians and Gynecologists.

4. Induksi persalinan

Induksi persalinan adalah tipe aborsi yang dilakukan guna mengakhiri kehamilan pada trimester kedua atau ketiga. Metode ini jarang disarankan oleh dokter kecuali jika nyawa Anda benar-benar terancam dengan kehamilan dan bayi di dalam kandungan.

Induksi persalinan menggunakan obat-obatan untuk mempercepat persalinan, yang menyebabkan rahim kosong selama sekitar 12-24 jam.

Diberikan juga anestesi lokal untuk meredakan nyeri atau mencegah Anda merasakan kram nyeri hebat yang biasanya terjadi selama proses aborsi ini.

Obat yang Anda Konsumsi untuk aborsi ini bisa menyebabkan efek samping berupa mual, muntah, diare dan demam.

Selain itu, induksi yang dilakukan untuk aborsi juga berisiko mengalami komplikasi seperti pendarahan, cedera serviks, infeksi, pecahnya rahim, dan pelepasan jaringan kehamilan yang tidak lengkap.

Baca Juga: Pahami Tindakan Medis Aborsi Ketika Kehamilan Bermasalah

Sumber

Medical News Today. (2019). What are the different types of abortion?. www.medicalnewstoday.com

WebMD. (2021). What Are the Types of Abortion Procedures?. www.webmd.com

Healthline. (2018). What Are the Different Types of Abortion?. www.healthline.com

Planned Parenthood. (2019). What are the different types of abortion?. www.plannedparenthood.org