Ketahui Adenomiosis Lebih Jauh

Ketahui Adenomiosis Lebih Jauh

Penulis: Dea | Editor: Umi

Adenomiosis merupakan gangguan pada sistem reproduksi wanita yang menjadi pemicu penebalan dan pembesaran rahim. Adenomiosis timbul ketika jaringan tersebut tumbuh ke dalam miometrium. Tambahan jaringan tersebut bisa berakibat pada peningkatan risiko perdarahan rahim yang abnormal.

Meskipun adenomiosis sering dikira sebagai kondisi yang tidak berbahaya, rasa sakit yang sering muncul dan perdarahan hebat bisa memperburuk kualitas hidup wanita.

Umumnya gejala akan menghilang atau membaik setelah menopause saat kadar estrogen seorang wanita sedang menurun secara alami.

Baca Juga: Darah Haid Menggumpal, Apakah Normal atau Berbahaya?

Perbedaan Adenomiosis dan Endometriosis

Adenomiosis dan endometriosis merupakan gangguan pada jaringan endometrium. Kedua keadaan tersebut bisa sangat menyakitkan. Berikut ini hal yang membedakan kedua kondisi tersebut:

Tempat tumbuh jaringan endometrium:

  • Adenomiosis: jaringan endometriumnya tumbuh di dalam otot rahim
  • Endometriosis: jaringan endometriumnya  tumbuh di luar rahim

Usia:

  • Adenomiosis: wanita berusia 40 hingga 50 tahun
  • Endometriosis: wanita berusia 30 dan 40-an.

Penyebab Adenomiosis

Dokter masih belum mengetahui apa yang memicu adenomiosis, tetapi ada sebagian teori mengenai pemicu adenomiosis yang meliputi:

  • Janin yang berkembang: adenomiosis bisa jadi sudah ada sebelum seseorang lahir ketika rahim pertama kali terbentuk di janin.
  • Inflamasi: peradangan yang muncul di rahim wanita ketika operasi pada rahim atau infeksi juga berpotensi mengembangkan risiko adenomiosis.
  • Jaringan invasif: nyeri di rahim, misalnya ketika berlangsungnya persalinan atau operasi pada rahim juga bisa memicu adenomiosis.
  • Asal sel induk: ada kemungkinan sel induk sumsum tulang bisa memengaruhi otot rahim dan memicu adenomiosis.

Faktor Risiko Adenomiosis

Berbagai faktor risiko bisa memicu adenomiosis yang mencakup:

  • Memasuki usia 40 atau 50 tahun (periode sebelum menopause)
  • Mempunyai anak
  • Pernah melakukan operasi pada rahim, seperti operasi caesar atau operasi untuk menyingkirkan fibroid.

Gejala Adenomiosis

Gejala yang muncul pada kondisi ini beragam, mulai dari ringan sampai berat. Bahkan sebagian wanita ada yang tidak mengalami gejala sama sekali. Gejala yang paling sering terjadi termasuk:

  • Kram menstruasi yang terjadi terus-menerus
  • Flek di antara periode menstruasi
  • Perdarahan menstruasi yang banyak
  • Siklus menstruasi yang lebih panjang dari umumnya
  • Darah menggumpal ketika menstruasi
  • Rasa sakit ketika berhubungan seks
  • Nyeri tekan di perut
  • Infertilitas
  • Rahim yang membesar.

Diagnosis Adenomiosis

Dokter sering mendiagnosis adenomiosis mengikuti gejala atau beberapa tes berikut ini:

  • Pemeriksaan panggul: ketika pemeriksaan panggul berlangsung, dokter akan mengecek apakah ukuran rahim Anda menjadi lebih besar, teksturnya menjadi lebih lembut, atau lebih sakit ketika dilakukan palpasi.
  • USG: USG transvaginal memakai gelombang suara agar mendapatkan gambar organ panggul. Gambar-gambar tersebut kadang-kadang bisa memperlihatkan menebalnya otot.
  • MRI: MRI berfungsi untuk membantu menentukan pembesaran rahim atau penebalan area tertentu pada rahim yang bisa menjadi pertanda adenomiosis.
  • Sonohisterografi (SHG): pada tes ini, larutan garam disuntikkan lewat tabung kecil ke dalam rahim ketika menjalani USG.
  • Biopsi: pada adenomiosis jaringan tumbuh di dalam dinding rahim, jadi satu-satunya cara untuk melakukan biopsi jaringan adalah setelah menjalani histerektomi.

Cara Menangani Adenomiosis

Sebagian penanganan adenomiosis bergantung pada gejala yang Anda miliki, tingkat keparahan, dan apakah Anda telah selesai melakukan persalinan. Gejala yang ringan bisa diobati dengan obat nyeri yang dijual bebas dan pemakaian bantal penghangat untuk mengurangi kram.

1. Obat anti-inflamasi

Dokter memberikan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS/NSAIDs) untuk mengurangi nyeri ringan akibat adenomiosis. Pemakaian OAINS umumnya dimulai 1 sampai 2 hari sebelum awal periode menstruasi Anda dan berlanjut sampai beberapa hari pertama menstruasi Anda.

2. Terapi hormon

Gejala seperti periode atau nyeri yang berat bisa dikendalikan menggunakan terapi hormonal, seperti IUD pelepas levonorgrestel, aromatase inhibitor, dan analog GnRH.

3. Ablasi endometrium

Teknik ini dipakai untuk membasmi endometrium (lapisan rongga rahim). Ini merupakan prosedur rawat jalan dengan waktu penyembuhan yang cepat.

Namun, tidak semua orang berhasil dengan prosedur ini, karena adenomiosis sering memengaruhi otot yang lebih dalam.

4. Obat suntik

Obat-obatan yang diberikan dengan jarum suntik bisa menjadi pemicu menopause palsu atau sementara. Metode ini hanya dipakai dalam jangka waktu singkat dan tidak cocok untuk pemakaian jangka panjang.

5. Embolisasi arteri uterina

Prosedur ini dilakukan dengan cara menempatkan tabung di arteri utama selangkangan Anda, serta menyuntik area yang terdampak adenomiosis.

Cara ini dapat memberhentikan pasokan darah yang telah sampai ke daerah yang terpapar, sehingga bisa memperkecil adenomiosis dan meredakan gejalanya.

6. Histerektomi

Bila rasa sakit Anda semakin memburuk dan tidak ada lagi metode perawatan yang efektif, maka dokter merekomendasikan Anda untuk melakukan operasi pengangkatan rahim.

Baca Juga: Masalah Kesehatan yang Bisa Dideteksi Melalui USG

Sumber

Medical News Today. (2018). What to Know About Adenomyosis. www.medicalnewstoday.com

Healthline. (2019). Adenomyosis. www.healthline.com

Cleveland Clinic. (2020). Adenomyosis. my.clevelandclinic.org

Mayo Clinic. (2020). Adenomyosis. www.mayoclinic.org

Web MD. (2020). What Is Adenomyosis?. www.webmd.com