Ketahui Kapan Harus Operasi Caesar dan Risikonya

Ketahui Kapan Harus Operasi Caesar dan Risikonya

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 3 Oktober 2022

 

Operasi caesar adalah prosedur persalinan untuk mengeluarkan bayi melalui sayatan pada perut dan rahim. Dokter membuat sayatan melintang pada bagian bawah garis pinggang. Metode ini adalah salah satu pilihan yang dapat Anda pertimbangkan jika Anda mengalami masalah kehamilan atau pernah menjalani caesar sebelumnya.

Prosedur persalinan ini dapat Anda rencanakan pada awal kehamilan. Namun, pada beberapa kondisi metode ini lebih sering dilakukan karena adanya komplikasi yang mempersulit persalinan normal hingga membahayakan ibu atau anak. 

Indikasi Operasi Caesar

Operasi caesar merupakan rekomendasi prosedur bedah dalam keadaan darurat jika persalinan normal terlalu berisiko. Berikut adalah berbagai kondisi Anda perlu melakukan operasi, antara lain:

  • Sebelumnya Anda pernah menjalani operasi caesar.
  • Ukuran bayi Anda terlalu besar untuk melakukan persalinan normal.
  • Waktu proses persalinan terjadi pendarahan hebat yang tentunya akan membahayakan nyawa ibu dan bayi.
  • Proses persalinan Anda tidak berjalan dengan baik merupakan salah satu alasan paling umum untuk caesar. Hal ini dapat terjadi jika serviks Anda tidak cukup terbuka meskipun kontraksi kuat selama beberapa jam.
  • Bayi tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen yang cukup, hingga harus segera dilakukan persalinan.
  • Posisi bayi Anda tidak normal. Operasi ini merupakan cara paling aman untuk dilakukan jika posisi bayi sungsang, atau dalam posisi miring atau melintang.
  • Operasi caesar mungkin Anda perlukan jika mengandung bayi kembar dan posisi bayi tidak normal, atau jika Anda memiliki bayi kembar tiga atau lebih.
  • Ada masalah dengan plasenta Anda. Jika posisi plasenta turun dan berada pada bagian bawah rahim sehingga menutupi jalan lahir Anda, maka dokter akan menganjurkan operasi caesar sebagai proses persalinan.
  • Tali pusar keluar lebih dahulu sebelum bayi Anda. Hal ini dapat terjadi karena tertekan oleh rahim waktu Anda sedang kontraksi.
  • Ketika Anda memiliki masalah kesehatan operasi caesar mungkin disarankan, seperti mengidap sakit jantung atau masalah kesehatan lainnya. Operasi caesar juga dokter sarankan jika Anda mengidap infeksi herpes genital aktif atau HIV sebagai proses persalinan.

Risiko

Operasi caesar merupakan operasi umum, meskipun begitu prosedur bedah ini merupakan operasi besar yang kemungkinan berisiko terhadap ibu dan anak. Tingkat risikonya bergantung pada beberapa sebab, antara lain:

Risiko pada Ibu

  • Reaksi terhadap anestesi.
  • Infeksi luka, umumnya menyebabkan kemerahan, bengkak, meningkatkan rasa sakit, dan keluarnya cairan pada area luka.
  • Infeksi lapisan rahim. Gejala yang timbul termasuk demam, sakit perut, keputihan abnormal, dan perdarahan vagina yang berat.
  • Pendarahan hebat, sehingga memerlukan transfusi darah pada kasus yang parah. Anda mungkin perlu menjalani operasi lebih lanjut untuk menghentikan perdarahan.
  • Pembekuan darah pada kaki. Hal ini dapat menyebabkan nyeri dan bengkak, dan bisa sangat berbahaya jika menyebar ke paru-paru (emboli paru).
  • Kerusakan pada kandung kemih atau saluran yang menghubungkan ginjal dan kandung kemih. Meskipun hal ini jarang terjadi, Anda mungkin memerlukan pembedahan lebih lanjut.
  • Memerlukan waktu pemulihan lebih lama dibandingkan dengan persalinan normal.
  • Meningkatnya risiko selama kehamilan berikutnya. Setelah operasi caesar, Anda menghadapi risiko komplikasi yang berpotensi serius lebih tinggi pada kehamilan berikutnya daripada setelah melahirkan secara normal. Semakin banyak operasi caesar yang Anda lakukan, semakin tinggi risiko Anda terkena plasenta previa dan plasenta akreta, kondisi saat plasenta menempel secara tidak normal ke dinding rahim.

Baca Juga: Ketahui 6 Gangguan pada Plasenta yang Membahayakan Janin

Risiko pada Bayi

  • Masalah pernapasan. Bayi yang lahir dengan operasi caesar cenderung mengalami penyakit takipnea transien, masalah pernapasan yang ditandai dengan pernapasan cepat yang tidak normal selama beberapa hari pertama setelah lahir.
  • Luka pada kulit. Hal ini kemungkinan bisa terjadi secara tidak sengaja saat proses pembedahan rahim. Namun, pada sayatan yang relatif kecil dapat sembuh dengan mudah

Pasca Operasi Caesar

Anda masih membutuhkan perawatan lebih lanjut di rumah sakit selama 3 atau 4 hari setelah operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk membantu pemulihan Anda dan memastikan jika Anda dan bayi baik-baik saja. Selama di rumah sakit Anda mendapatkan perawatan dan pengobatan sebagai berikut:

  • Pemberian obat penghilang rasa sakit untuk mengurangi nyeri dan ketidaknyamanan.
  • Tabung tipis dan fleksibel yang disebut kateter akan tetap berada pada kandung kemih Anda setidaknya selama 12 jam.
  • Luka jahit Anda akan ditutup dengan perban setidaknya selama 24 jam.
  • Ketika Anda sudah cukup sehat untuk pulang, Anda tidak dianjurkan untuk mengemudi selama beberapa minggu.

Dokter mungkin akan menjelaskan bagaimana cara merawat luka setelah operasi di rumah. Umumnya dapat Anda lakukan sendiri atau dengan bantuan anggota keluarga, seperti:

  • Bersihkan dan keringkan luka Anda dengan lembut setiap hari.
  • Kenakan pakaian yang longgar dan nyaman.
  • Minum obat penghilang rasa sakit jika luka terasa sakit, obat yang dianjurkan adalah parasetamol atau ibuprofen.
  • Hati-hati terhadap tanda-tanda infeksi seperti ruam, gatal atau rasa terbakar, pendarahan, dan demam.
  • Benang jahitan yang tidak dapat diserap tubuh biasanya akan dilepas oleh bidan Anda setelah 5 sampai 7 hari.

Baca Juga: Tips Persiapan Melahirkan Secara Caesar

Sumber

Mayo Clinic. 2020. C-section. www.mayoclinic.org

Web MD. 2020. C-Section. www.webmd.com

Healthline. 2018. C-Section (Cesarean Section). www.healthline.com

NHS. 2019. Caesarean section. www.nhs.uk

Medscape. 2018. Cesarean Delivery. www.emedicine.medscape.com