Epidural Hematoma: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Epidural Hematoma: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Penulis: Umi Fatimah

Hematoma epidural (EDH) adalah kumpulan darah yang terbentuk antara tengkorak dan selaput pelindung luar yang menutupi otak (duramater). Secara lebih luas, kondisi ini merupakan jenis cedera otak traumatis.

Trauma atau cedera lain di kepala dapat menyebabkan otak membentur bagian dalam tengkorak. Jika hal ini terjadi, maka sebagian sel, lapisan dalam, atau pembuluh darah di otak bisa pecah. Sel-sel yang rusak tersebut dapat menyebabkan pendarahan antara lapisan pelindung di sekitar otak dan tengkorak. Jenis perdarahan ini disebut hematoma epidural.

Hematoma epidural dapat memberi tekanan pada otak dan menyebabkannya membengkak. Jika tidak segera mendapatkan penanganan, hematoma epidural dapat menyebabkan kerusakan otak atau bahkan kematian.

Baca Juga: Ketahui Risiko Fatal dari Cedera Kepala

Gejala hematoma epidural

Gejala hematoma epidural dapat berkembang dengan cepat setelah cedera atau secara perlahan selama beberapa jam. Waktu yang dibutuhkan hingga gejala muncul bergantung pada tingkat keparahan cedera dan seberapa cepat darah terisi ke dalam lapisan antara otak dan tengkorak.

Seseorang yang mengalami hematoma epidural biasanya menunjukkan pola gejala yang khas, yaitu hilangnya kesadaran, kemudian sadar, lalu hilang kesadaran lagi. Namun, perubahan pola kesadaran ini tidak muncul pada semua orang.

Oleh karena itu, penting untuk segera menghubungi layanan darurat medis jika ada seseorang yang mengalami cedera kepala yang menyebabkan hilangnya kesadaran sesaat, atau jika terdapat gejala lain setelah cedera kepala (meskipun tanpa kehilangan kesadaran).

Selain itu, gejala hematoma epidural lainnya, yang terjadi beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera kepala, meliputi:

  • Sakit kepala parah
  • Mual dan muntah
  • Pupil membesar di salah satu mata
  • Kebingungan
  • Ucapan tidak jelas
  • Pusing
  • Kelemahan pada satu sisi tubuh.

Jika tidak diobati dan pendarahan terus berlanjut, tekanan otak akan terus meningkat dan gejalanya bisa bertambah buruk. Adapun gejala yang dapat terjadi jika kondisi pasien tidak segera mendapatkan pertolongan antara lain:

  • Kejang
  • Masalah pernapasan
  • Hilangnya fungsi otak
  • Koma
  • Kematian.

Penyebab hematoma epidural

Hematoma epidural sering kali disebabkan oleh patah tulang tengkorak, sobek atau kerusakan pada lapisan dura, dan pecahnya pembuluh darah di otak yang terjadi akibat dari trauma atau cedera pada kepala. Cedera kepala ini bisa terjadi akibat olahraga kontak (seperti sepak bola), kecelakaan mobil atau motor, jatuh dari tangga, atau terkena kekerasan fisik (pukulan) di area kepala.

Selain disebabkan oleh cedera kepala, hematoma epidural juga bisa terjadi akibat kondisi non-trauma, seperti:

  • Infeksi atau abses
  • Koagulopati (gangguan pembekuan darah yang mengakibatkan perdarahan yang berlebihan)
  • Tumor otak
  • Malformasi vaskular (kelainan pembuluh darah sehingga mudah pecah).

Tak hanya itu, terdapat beberapa faktor yang juga dapat meningkatkan seseorang mengalami hematoma epidural, termasuk:

  • Kondisi yang meningkatkan risiko jatuh, termasuk lansia, pernah mengalami stroke, pengguna alkohol, dan orang yang mengalami kesulitan berjalan
  • Mengonsumsi obat pengencer darah
  • Pasien dengan kelainan perdarahan
  • Orang yang pekerjaannya melibatkan ketinggian, seperti pekerja bangunan
  • Pernah mengalami trauma di kepala
  • Atlet olahraga kontak fisik, seperti senam atau sepak bola

Kapan harus ke dokter?

Perlu Anda pahami bahwa hematoma epidural dapat mengancam jiwa sehingga memerlukan perawatan darurat. Segera cari pertolongan medis setelah Anda atau orang di sekitar Anda mengalami gejala hematoma epidural (terutama setelah mengalami cedera kepala), seperti:

  • Hilang kesadaran
  • Mengalami sakit kepala terus-menerus
  • Mengalami muntah-muntah, lemas, pandangan kabur, tidak stabil

Jika Anda tidak melihat tanda-tanda di atas setelah mengalami cedera kepala, perhatikanlah perubahan fisik, mental, dan emosional. Misalnya, jika seseorang tampak baik-baik saja setelah cedera kepala dan bisa berbicara, tetapi kemudian tidak sadarkan diri, segera dapatkan perawatan medis.

Bahkan jika Anda merasa baik-baik saja, mintalah seseorang untuk membawa Anda mendapatkan perawatan medis. Hilangnya ingatan setelah mengalami cedera kepala bisa membuat Anda lupa akan pukulan tersebut. Seseorang yang Anda beri tahu mungkin lebih mungkin mengenali tanda-tanda peringatan tersebut dan memberi Anda perhatian medis.

Baca Juga: Penyebab Encephalomalacia atau Pelunakan Otak

Diagnosis hematoma epidural

Untuk membantu mendiagnosis hematoma epidural, dokter akan menggunakan berbagai tes, mencakup:

  • Tes neurologis, untuk menilai atau mengevaluasi status mental, refleks, dan gerakan pasien
  • CT scan atau MRI untuk memeriksa kondisi tengkorak dan jaringan lunak di otak
  • Electroencephalogram (EEG) untuk menilai perubahan aktivitas otak.

Penanganan hematoma epidural

Perawatan untuk hematoma epidural akan bergantung pada tingkat keparahan cedera dan kesehatan pasien secara keseluruhan, serta adanya cedera atau penyakit lainnya. Penanganan kondisi ini dapat mencakup:

1. Operasi

Dalam banyak kasus hematoma epidural, dokter akan menggunakan salah satu dari dua prosedur pembedahan untuk mengeluarkan darah dari otak.

Secara umum, prosedur kraniotomi lebih mungkin digunakan untuk menangani hematoma yang parah. Dalam prosedur ini, dokter bedah akan membuka sebagian tengkorak pasien sehingga dapat menghilangkan gumpalan darah yang menumpuk dan mengurangi tekanan pada otak pasien.

Sementara pada kasus hematoma epidural yang tidak terlalu parah, kemungkinan besar dokter akan merekomendasikan aspirasi. Aspirasi melibatkan pengeboran lubang kecil di tengkorak dan dokter akan menggunakan penyedot untuk menghilangkan gumpalan darah yang menumpuk.

2. Obat-obatan

Sebelum melakukan pembedahan, dokter biasanya akan memberikan obat berupa infus manitol untuk mengurangi peradangan dan tekanan pada otak pasien.

Setelah operasi dilakukan, dokter akan memberikan obat antikejang untuk mencegah terjadinya kejang (yang merupakan kemungkinan komplikasi cedera kepala). Pasien mungkin perlu meminum obat tersebut selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

3. Terapi rehabilitasi

Selama proses pemulihan pasca operasi, dokter akan merujuk pasien ke dokter rehabilitasi medik untuk menjalani terapi fisik. Terapi fisik ini bertujuan mengembalikan fungsi tubuh yang terganggu akibat cedera, seperti kesulitan berjalan, mati rasa, atau kelumpuhan.

4. Pemulihan di rumah

Selain melakukan terapi, ada beberapa perawatan mandiri yang bisa dilakukan pasien di rumah untuk membantu proses pemulihan antara lain:

  • Meningkatkan aktivitas fisik secara perlahan
  • Istirahat yang cukup
  • Hindari olahraga kontak atau intensitas berat
  • Berhenti konsumsi alkohol
  • Lakukan latihan fisik rutin sesuai anjuran dan rekomendasi dokter.

Dengan mendapatkan perawatan medis segera dan mengikuti rencana perawatan yang direkomendasikan dokter dapat membantu pasien mendapatkan pemulihan terbaik, sekaligus menurunkan risiko komplikasi dan cacat permanen.

Baca Juga: Cedera Saraf Tulang Belakang: Dampak, Pengobatan, dan Pencegahan

 

Sumber

Cleveland Clinic. Epidural Hematoma. my.clevelandclinic.org

Healthline. Epidural Hematoma. healthline.com

Mayo Clinic. Intracranial hematoma. mayoclinic.org

Medical News Today. What is an epidural hematoma?. medicalnewstoday.com