Mengenal Gula Rafinasi dan Bahayanya untuk Kesehatan

Mengenal Gula Rafinasi dan Bahayanya untuk Kesehatan

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Winda Atika Sari

Terakhir ditinjau: 1 Juni 2023

 

Seiring semakin tingginya kesadaran akan kesehatan, masyarakat mulai menaruh perhatian lebih pada berbagai jenis makanan yang dianggap berbahaya bagi kesehatan. Salah satu di antara bahan makanan yang disukai banyak orang, tetapi menjadi penyebab berbagai masalah bagi tubuh adalah gula rafinasi.

Pada dasarnya, gula dalam segala bentuk merupakan karbohidrat sederhana yang akan diubah oleh tubuh menjadi glukosa dan digunakan sebagai sumber energi.

Namun, efeknya pada tubuh dan kesehatan Anda secara keseluruhan tergantung pada jenis gula yang Anda makan baik itu gula alami atau gula rafinasi.

Baca Juga: Cegah Diabetes dengan Batasi Konsumsi Gula

Apa Itu Gula Rafinasi?

Gula secara alami bisa Anda temukan dalam berbagai jenis makanan termasuk buah-buahan, sayuran, biji-bijian hingga susu.

Sementara itu, gula rafinasi adalah gula yang berasal dari tebu dan bahan lain yang diekstrak untuk diambil gulanya. Gula rafinasi biasanya ditemukan dalam bentuk sukrosa yakni kombinasi dari glukosa dan fruktosa.

Kita selalu menggunakan gula putih maupun gula merah untuk mempermanis kue kering, kopi, sereal bahkan buah-buahan.

Produsen makanan kerap menambahkan gula yang diproduksi secara kimia (umumnya dalam bentuk sirup jagung fruktosa tinggi) ke dalam makanan dan minuman yang mereka produksi. Termasuk camilan berupa kerupuk, yogurt dengan perasa, saus tomat, dan saus salad. Bahkan makanan yang diklaim rendah lemak juga menggunakan gula untuk menambah rasa.

Baca Juga: 5 Alternatif Pemanis Alami & Buatan Pengganti Gula

Bagaimana Gula Rafinasi Memengaruhi Tubuh Kita

Anda mungkin pernah mendengar setidaknya sekali seumur hidup tentang bahayanya mengonsumsi gula rafinasi dalam jumlah berlebihan. Sebenarnya, apa dampak yang ditimbulkan oleh gula rafinasi terhadap tubuh kita?

Perlu Anda ketahui bahwa cara tubuh kita memproses gula dalam buah dan susu berbeda dengan cara tubuh memetabolisme gula rafinasi yang ditambahkan ke dalam makanan olahan. Tubuh memecah gula rafinasi dengan cepat, menyebabkan kadar insulin dan gula darah meroket.

Karena gula rafinasi dicerna dengan cepat, Anda tidak akan merasa kenyang setelah makan. Tidak peduli sebanyak apa pun kalori yang sudah masuk ke dalam tubuh.

Sementara itu, serat yang berasal dari buah-buahan akan memperlambat metabolisme karena buah di usus akan mengembang untuk membuat Anda merasa kenyang.

Namun, perlu diingat bahwa ketika gula melewati perut dan mencapai usus kecil, maka gula dari buah dan susu maupun gula rafinasi tidak akan ada bedanya lagi. Berapa banyak gula dalam darah Anda akan menentukan bagaimana tubuh menggunakan gula tersebut.

Jika di dalam sistem tubuh sudah terlalu banyak lemak, maka apa yang baru saja Anda cerna akan membentuk lemak atau glikogen. Glikogen sendiri merupakan bentuk penyimpanan glukosa yang digunakan menjadi energi cepat. Asalnya bisa dari mana saja. Bisa berasal dari junk food, bisa juga berasal dari buah-buahan.

Pengaruh Konsumsi Gula Terhadap Otak dan Suasana Hati

Makan gula akan meningkatkan zat kimia bernama dopamin di dalam otak. Itulah sebabnya kenapa kita cenderung ingin makan permen dibanding apel atau wortel saat jam 3 sore. Ini karena makanan, seperti buah dan sayur, tidak menyebabkan peningkatan jumlah dopamine di otak.

Perasaan senang yang muncul dari produksi dopamin inilah yang membuat otak Anda menginginkan permen lagi dan lagi. Inilah yang menyebabkan Anda merasa sangat ingin makan es krim setelah selesai makan malam.

Konsumsi permen atau kue manis sesekali akan memberikan peningkatan energi dan kadar gula darah dengan cepat. Saat kadarnya turun di waktu sel sedang menyerap gula, Anda mungkin akan mulai merasa gelisah atau lebih dikenal dengan sebutan sugar crash.

Kalau Anda terlalu banyak makan permen atau camilan yang mengandung gula rafinasi, suasana hati Anda setelah jam 3 sore akan mulai terpengaruh secara negatif. Penelitian juga menyebut bahwa ada hubungan antara asupan gula yang tinggi dengan risiko depresi yang lebih besar pada orang dewasa.

Gula Rafinasi dan Peningkatan Risiko Kanker

Banyak orang hanya menghubungkan konsumsi gula yang tinggi dengan penyakit diabetes. Padahal hubungannya jauh lebih kompleks dari itu.

Pada hari ini, kita makan lebih banyak gula rafinasi dibandingkan orang tua dan kakek-nenek kita selama beberapa dekade lalu. Ini menyebabkan naiknya tingkat obesitas di antara orang dewasa dan anak-anak.

Obesitas sendiri telah dikaitkan dengan kanker tertentu termasuk payudara, prostat, rahim, kolorektal, dan pankreas. Di sisi lain, buah-buahan yang kaya antioksidan, seperti blueberry, blackberry, stroberi, dan apel bisa menurunkan risiko kanker.

Serat dalam buah terutama yang ditemukan di dalam kulitnya akan menekan nafsu makan. Ini bisa mencegah Anda makan berlebih dan menurunkan risiko obesitas. Karena itulah, ahli diet onkologi klinis lebih merekomendasikan makanan utuh yang rendah gula rafinasi.

Makanan utuh sendiri adalah makanan yang tidak diproses, seperti buah-buahan, sayuran, atau makanan yang mengalami proses minimal seperti biji-bijian.

Secara umum, mengonsumsi makanan yang rendah gula rafinasi adalah cara menjaga berat badan yang baik. Dengan mengurangi konsumsi gula, kita bisa membuat pilihan makanan yang lebih menyehatkan bagi tubuh.

Baca Juga: Kenali Lebih Jauh Tentang Gizi dan Faktanya

Sumber

Cancers Treatment Centers of America (2016). Natural vs. Refined Sugars: What’s the Difference?. www.cancercenter.com

Healthline (2019). What Is Refined Sugar? www.healthline.com

Verywell Health (2020). Negative Impact of Sugar on the Brain. www.verywellmind.com

Webmd (2017). How Does Too Much Sugar Affect Your Body. www.webmd.com