Ketahui Bahaya Memberikan Madu pada Bayi

Ketahui Bahaya Memberikan Madu pada Bayi

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Bayi di atas 6 bulan sudah boleh mengeksplor aneka makanan untuk membantu proses tumbuh kembangnya. Namun, ada salah satu makanan yang sebaiknya tidak Anda berikan, yakni madu. Apakah ada bahaya memberi madu pada bayi?

Madu memang bahan alami yang kaya akan nutrisi dan memiliki berbagai manfaat untuk kesehatan. Akan tetapi, Anda tidak boleh memberikan madu kepada anak-anak di bawah usia 12 bulan.

Hal ini karena konsumsi madu pada bayi bisa berisiko menyebabkan botulisme yang bisa berakibat sangat fatal. Berikut penjelasan bahaya memberi madu pada bayi.

Baca Juga: Pahami Bahaya Memberikan Air Putih pada Bayi

Bahaya Memberikan Madu pada Bayi

Memberikan madu pada bayi berusia di bawah 1 tahun bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan. Salah satunya adalah botulisme. Botulisme merupakan sejenis keracunan makanan pada bayi usia di bawah 12 bulan.

Madu mengandung spora bakteri Clostridium botulinum. Tak hanya pada madu, bakteri Clostridium botulinum juga dapat hidup di tanah, debu, dan mudah menempel pada permukaan, seperti karpet, serta lantai.

Ketika tertelan oleh bayi, spora tumbuh dan bakteri Clostridium botulinum tersebut dapat melepaskan racun yang menyebabkan botulisme.

Bakteri ini dapat menyerang sistem saraf bayi (saraf, otak dan sumsum tulang belakang) dan menyebabkan kelumpuhan (kelemahan otot). Itulah alasannya, sangat berbahaya memberikan madu dalam bentuk apa pun pada bayi di bawah usianya 1 tahun.

Umumnya, botulisme menyerang bayi yang berusia 3 minggu hingga 6 bulan. Namun, semua bayi berisiko mengalami botulisme sebelum usianya menginjak 1 tahun.

Selain itu, pemberian madu pada bayi juga tidak dianjurkan karena madu mengandung kadar gula yang tinggi. Terlalu banyak mengonsumsi gula bisa mengakibatkan berbagai masalah kesehatan, seperti kerusakan gigi, diabetes tipe 2, penyakit jantung, hingga obesitas saat mereka besar.

Gejala Botulisme pada Bayi

Bayi yang mengalami keracunan karena madu biasanya akan mengalami gejala berupa:

  • Sembelit
  • Otot wajah lemah yang membuat wajah mereka terlihat “datar”
  • Tangisan bayi lemah
  • Otot-otot lemah pada bagian lengan, kaki, dan leher
  • Bayi mengalami masalah pernapasan
  • Kesulitan menelan dengan banyak air liur
  • Bayi juga mungkin mengalami kejang
  • Kesulitan menghisap saat menyusui atau cara makan yang lambat
  • Refleks muntah berkurang.

Baca Juga: Variasi Menu Makan Balita agar Bayi Makan Lahap

Diagnosis Botulisme

Lantas, bagaimanakah Anda tahu bahwa bayi Anda mengalami keracunan madu? Jika bayi Anda mengalami salah satu dari gejala botulisme di atas, sebaiknya segera bawa Si Kecil ke dokter.

Gejala biasanya muncul dalam waktu 12 sampai 36 jam setelah bayi mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri dan sering dimulai dengan sembelit.

Namun, beberapa bayi yang mengalami botulisme juga mungkin tidak menunjukkan tanda-tanda sampai 14 hari setelah terpapar.

Dokter akan mendiagnosis botulisme pada bayi dengan menanyakan gejala bayi. Selain itu, dokter akan melakukan pemeriksaan, dan mungkin melakukan beberapa tes khusus untuk melihat bagaimana otot bayi bekerja.

Cara Mengatasi Bayi yang Mengalami Keracunan Madu

Karena sifat bakteri Clostridium botulinum yang sangat berbahaya, maka bayi dengan diagnosis botulisme memerlukan perawatan di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif (ICU).

Dalam hal ini, dokter dan tenaga kesehatan lain akan berusaha membatasi masalah yang ditimbulkan oleh toksin (racun) di dalam tubuh bayi.

Bayi yang mengalami botulisme akan diobati dengan antitoksin yang disebut botulisme imunoglobulin intravena (BIGIV).

Dokter akan memberikan antitoksin tersebut sesegera mungkin. Bayi yang mengalami botulisme dan mendapatkan BIGIV bisa pulih lebih cepat dan menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit daripada bayi yang tidak.

Apabila botulisme memengaruhi otot-otot pernapasan, bayi mungkin perlu menggunakan mesin pernapasan (ventilator) selama beberapa minggu sampai mereka menjadi lebih kuat.

Selain itu, bayi biasanya membutuhkan cairan infus (IV) atau menyusu melalui selang untuk mendapatkan makanan karena botulisme bisa memengaruhi otot-otot dalam proses menelan.

Untuk mencegah bayi mengalami botulisme, Anda tidak boleh memberikan mereka madu sebelum usianya tepat 1 tahun. Hindari juga memberikan makanan lain dengan tambahan madu di dalamnya.

Selain meminimalisir terjadinya botulisme yang fatal, menghindari bayi dari konsumsi makanan manis, seperti madu, juga bisa mencegahnya dari kerusakan gigi, penyakit diabetes, hingga obesitas.

Kapan Bayi Boleh Mengonsumsi Madu?

Anda baru boleh memberikan madu kepada anak-anak jika Si Kecil sudah berusia tepat 1 tahun atau di atasnya.

Spora bakteri Clostridium botulinum penyebab botulisme ini biasanya tidak berbahaya bagi anak-anak di atas 1 tahun dan orang dewasa.

Karena seiring bertambahnya usia anak-anak, sistem pencernaan mereka yang lebih matang dapat memindahkan spora bakteri Clostridium ke seluruh tubuh sebelum menyebabkan kerusakan.

Jadi, Anda tidak perlu terburu-buru dalam mengenalkan madu pada anak. Tunggu anak mencapai ulang tahun pertamanya, ya.

Anda bisa memberikan madu secara bertahap. Misalnya, dengan mengoleskannya pada roti, mencampurkan madu bersama yogurt, atau menambahkannya dalam smoothie.

Setelah memberikan anak madu, perhatikan juga apakah Si Kecil menunjukkan reaksi alergi. Jika iya, coba konsultasikan dengan dokter anak untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Baca Juga: Bahaya Disentri pada Bayi

Sumber

Verywell Family. (2020). When Can Babies Eat Honey?. www.verywellfamily.com

Kids Health. Infant Botulism. kidshealth.org

Healthline. (2018). When Is It Safe for Babies to Eat Honey?. www.healthline.com

Baby Center. When can my baby eat honey?. www.babycenter.com