Asfiksia: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Asfiksia: Penyebab, Gejala, dan Penanganan

Penulis: Umi Fatimah

Asfiksia merupakan suatu kondisi parah yang disebabkan oleh kurangnya pasokan oksigen ke jaringan tubuh akibat pernapasan yang tidak normal. Suplai oksigen yang tidak memadai ini pada akhirnya menyebabkan peningkatan karbon dioksida dan menghambat aktivitas normal tubuh.

Kondisi ini biasanya terjadi akibat adanya penyumbatan atau penyempitan pada saluran napas. Hambatan ini dapat disebabkan oleh adanya benda asing yang terjadi akibat tersedak atau cairan dalam jumlah besar akibat tenggelam. Cedera dan overdosis obat juga dapat mengakibatkan asfiksia.

Sangat penting untuk menangani asfiksia dengan cepat. Pasalnya, jika tidak diobati tepat waktu, asfiksia dapat mengakibatkan koma hingga kematian.

Baca Juga: Waspadai Asfiksia pada Bayi Baru Lahir

Penyebab Asfiksia

Ada beragam kondisi dan penyakit yang dapat menyebabkan asfiksia, termasuk:

1. Anafilaksis

Anafilaksis adalah reaksi alergi yang parah terhadap makanan, obat-obatan, atau sengatan serangga. Selama anafilaksis, sistem kekebalan tubuh melepaskan bahan kimia yang menyebabkan tubuh mengalami syok. Proses ini dapat menyebabkan saluran udara menyempit dan menyebabkan tenggorokan membengkak.

Jika tidak mendapatkan penanganan medis segera,  pasien anafilaksis bisa mengalami mengalami asfiksia dan henti jantung.

2. Asma

Asma adalah kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala, seperti kesulitan bernapas dan mengi.

Jika seseorang mengalami serangan asma yang parah, saluran udara bisa membengkak dan menyempit sehingga pasien tidak bisa mendapatkan cukup oksigen ke paru-parunya. Bila hal ini terjadi, pasien dapat mengalami asfiksia.

3. Tersedak

Tersedak dapat terjadi ketika makanan atau benda tersangkut di saluran napas dan menghalangi udara masuk ke paru-paru.

Orang lanjut usia mempunyai risiko lebih tinggi mengalami tersedak, terutama karena memakai gigi palsu atau kesulitan menelan. Bayi dan balita juga memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk tersedak karena makanan berukuran besar atau benda yang dimasukkan ke dalam mulutnya.

4. Tenggelam

Tenggelam terjadi ketika seseorang mengalami gangguan pernapasan akibat menghirup air. Saat tenggelam, cairan dapat masuk melalui mulut dan hidung sehingga memutus suplai oksigen ke tubuh.

5. Tercekik

Tercekik dapat menyebabkan udara berhenti masuk ke paru-paru sehingga menurunkan kemampuan seseorang dalam menghirup oksigen. Kondisi ini juga bisa menghalangi aliran darah ke otak. Hal ini terjadi ketika tangan, pengikat, atau benda lain menekan tenggorokan seseorang.

6. Overdosis obat

Overdosis obat (seperti opioid), dapat mengganggu kemampuan otak untuk mengatur pernapasan. Seiring waktu, overdosis akibat konsumsi obat dalam dosis tinggi dapat memperlambat pernapasan. Hal ini meningkatkan kadar karbon dioksida, dan mengurangi kadar oksigen dalam tubuh.

7. Kejang

Kejang dapat menyebabkan asfiksia dalam beberapa cara. Misalnya saja, kejang epilepsi dapat membuat pernapasan pasien tiba-tiba terhenti (kondisi ini disebut apnea).

Jeda pernapasan ini dapat menurunkan asupan oksigen dalam tubuh pasien dan dapat mengancam jiwa. Selain itu, kejang juga dapat menyebabkan adanya benda yang menyumbat atau menutupi saluran pernafasan seseorang sehingga mengakibatkan sesak napas.

8. Asfiksia kimia

Asfiksia kimia terjadi ketika seseorang menghirup bahan kimia yang mengganggu asupan atau penggunaan oksigen. Bahan kimia yang dapat menghalangi sel Anda mengambil oksigen dan menyebabkan asfiksia

Salah satu contoh asfiksia kimia adalah keracunan karbon monoksida. Jika seseorang menghirup karbon monoksida, karbon tersebut akan bercampur dengan sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika Anda menghirup terlalu banyak karbon monoksida, darah menjadi tidak mampu membawa oksigen. Hal ini kemudian dapat menyebabkan sel-sel di organ vital mati lemas dan mati.

9. Asfiksia erotis 

Jenis asfiksia ini mengacu pada tindakan seksual ketika seseorang memutus pasokan oksigen pasangannya untuk meningkatkan kepuasan seksual.

Orang yang melakukannya biasanya melibatkan tindakan, seperti mencekik atau menggunakan suatu benda untuk menyebabkan sesak napas (misalnya mengikat tali erat-erat di leher pasangannya saat melakukan hubungan seksual). Tindakan ini akan menghentikan aliran darah ke otak dan dapat menciptakan sensasi menyenangkan, yang dapat memperparah orgasme.

Namun, perlu dipahami bahwa asfiksia erotis bisa berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian. Pasalnya orang yang mengalami asfiksia mungkin tidak dapat menyampaikan bahwa mereka tidak dapat bernapas.

Gejala Asfiksia

Asfiksia dapat menimbulkan berbagai gejala meliputi:

  • Suara serak
  • Sakit tenggorokan
  • Kesulitan menelan
  • Sesak napas
  • Hiperventilasi (bernapas dengan cepat)
  • Detak jantung lambat
  • Kebingungan atau kecemasan
  • Sakit kepala
  • Mimisan
  • Penglihatan kabur atau berkurang
  • Penurunan kesadaran.

Seseorang yang mengalami asfiksia juga dapat mengalami perubahan pada warna bibir atau kulit menjadi biru keunguan. Hal ini disebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.

Pengobatan Asfiksia

Pengobatan asfiksia tergantung pada penyebabnya. Pilihan penanganan pada pasien asfiksia antara lain:

  • Resusitasi jantung paru (CPR): Prosedur yang melibatkan kompresi dada untuk meningkatkan sirkulasi darah dan oksigen. CPR digunakan ketika jantung pasien berhenti berdetak.
  • Manuver Heimlich: Teknik pertolongan pertama pada tersedak. Teknik ini menggunakan dorongan perut di bawah diafragma untuk mengeluarkan benda asing yang menyumbat saluran napas pasien yang tersedak.
  • Terapi oksigen: Terapi oksigen mengantarkan oksigen ke paru-paru pasien dengan menggunakan ventilator, selang pernapasan, dan masker atau selang hidung.
  • Obat-obatan: Pemberian obat-obatan dapat membantu meringankan efek reaksi alergi, serangan asma parah, atau overdosis obat.

Ingatlah bahwa asfiksia merupakan kondisi darurat medis. Anda mungkin merasa panik jika Anda atau seseorang di sekitar Anda menunjukkan tanda-tanda asfiksia. Namun, penting untuk tetap tenang. Perhatikan tanda-tanda kesulitan bernapas, termasuk tangan yang memegangi tenggorokan.

Hubungi layanan gawat darurat dan lakukan pertolongan pertama selama menunggu bantuan medis datang. Tindakan penanganan asfiksia cepat dan tepat, dapat mengurangi dampak dan meningkatkan peluang pemulihan orang tersebut.

Baca Juga: Hipoksemia, Rendahnya Kadar Oksigen dalam Darah

 

Sumber

Cleveland Clinic. Asphyxiation. my.clevelandclinic.org

Healthline. (2021). What is Asphyxiation?. healthline.com

Medical News Today. What to know about asphyxiation. medicalnewstoday.com

WebMD. (2023). Asphyxia: Types, Causes, Symptoms. webmd.com