Ablasi Retina, Gangguan Mata Serius yang Bisa Berakibat Kebutaan

Ablasi Retina, Gangguan Mata Serius yang Bisa Berakibat Kebutaan

Penulis: Dea | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 24 April 2023

 

Ablasi retina terjadi ketika retina (lapisan tipis jaringan yang menutupi sebagian besar bagian belakang mata) terpisah dari posisi normalnya.

Ketika cahaya melewati mata kita, lensa akan memfokuskan gambar pada retina. Retina, yang terletak di bagian belakang mata, mengubah gambar menjadi sinyal yang dikirim ke otak melalui saraf optik.

Retina bekerja dengan bagian mata lainnya dan otak untuk menghasilkan penglihatan normal. Jadi, ketika retina terlepas dari posisinya, kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya penglihatan sebagian atau total, tergantung seberapa banyak retina yang terlepas.

Ablasi retina atau disebut juga ablasio retina merupakan kondisi darurat medis dan membutuhkan perawatan segera untuk mencegah kebutaan permanen.

Baca Juga: Blefaritis, Peradangan Kronis pada Kelopak Mata

Penyebab dan Jenis Ablasi Retina

Terdapat 3 jenis jenis ablasi retina yang dibedakan berdasarkan penyebabnya.

1. Ablasi Retina Regmatogen

Jenis yang paling umum dari ablasi retina ini terjadi ketika ada robekan kecil di retina. Cairan mata yang disebut vitreous dapat merembes masuk melalui robekan dan terkumpul di belakang retina. Cairan vitreous membuat retina terlepas dari bagian belakang mata.

Ablasi retina regmatogen biasanya terjadi seiring bertambahnya usia. Saat vitreous mengalami perubahan tekstur dan menipis seiring bertambahnya usia, cairan ini akan merobek lapisan retina.

2. Ablasi Retina Traksi

Ablasi retina traksi terjadi ketika jaringan parut atau jaringan abnormal lainnya terbentuk di permukaan retina sehingga menyebabkan retina tertarik dan terlepas dari bagian belakang mata. Kondisi ini biasanya dialami oleh penderita diabetes.

Diabetes yang kadar gulanya tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan masalah pada sistem pembuluh darah mata atau dikenal sebagai retinopati diabetik.

Kerusakan pembuluh darah pada mata ini dapat menimbulkan jaringan parut di mata dan menyebabkan ablasi retina.

3. Ablasi Retina Eksudatif

Juga dikenal sebagai ablasi retina eksudatif atau serosa, ablasi retina eksudatif terjadi ketika cairan menumpuk di bawah retina karena peradangan, kondisi medis, atau cedera pada mata.

Jadi, penumpukan cairan di retina ini terjadi bukan disebabkan oleh adanya robekan pada retina, melainkan karena pembengkakan di bagian belakang mata yang terjadi akibat cedera mata atau kondisi medis, seperti peradangan pada mata, kanker mata, dan degenerasi makula.

Faktor Risiko Ablasi Retina

Faktor risiko tertentu bisa membuat Anda lebih rentan mengalami ablasi retina jika:

  • Berusia di atas 50 tahun
  • Memiliki riwayat keluarga dengan ablasi retina
  • Pernah mengalami pukulan atau cedera pada kepala, wajah, atau mata yang serius
  • Pernah menjalani operasi mata, seperti operasi katarak

Selain itu, memiliki masalah pada mata juga dapat meningkatkan risiko ablasi retina, termasuk:

  • Tingkat rabun jauh (miopia) yang tinggi
  • Detasemen vitreous posterior (PVD), kondisi lepasnya cairan vitreous yang menempel pada retina
  • Degenerasi kisi (penipisan di sepanjang tepi retina)
  • Mengalami ablasi retina sebelumnya
  • Retinopati diabetik
  • Tumor atau kanker mata.

Gejala Ablasi Retina

Ablasi retina biasanya tidak menimbulkan rasa sakit. Bahkan gejala ablasi retina bisa terjadi secara tiba-tiba, yang meliputi:

  • Kilatan cahaya pada satu atau kedua mata (fotopsia)
  • Melihat banyak serpihan kecil berupa bintik hitam yang mengambang pada penglihatan (floaters)
  • Bayangan yang muncul pada bagian samping penglihatan dan secara bertahap menyebar ke area pusat penglihatan
  • Bayangan seperti tirai di bagian atas penglihatan
  • Penglihatan kabur.

Perlu Anda ketahui bahwa gejala ablasi retina biasanya terjadi dengan cepat. Jika masalah ini tidak segera diatasi maka Anda berisiko mengalami kebutaan permanen.

Baca Juga: Ketahui 4 Jenis Kelainan Refraksi Mata

Diagnosis Ablasi Retina

Untuk mendiagnosis ablasi retina, dokter akan melakukan pemeriksaan mata secara menyeluruh.

Dokter akan memberikan obat tetes mata untuk melebarkan pupil Anda. Kemudian dokter akan melakukan pemeriksaan funduskopi atau oftalmoskopi dengan menggunakan alat khusus untuk memeriksa bagian belakang mata Anda, termasuk retina.

Selanjutnya, dokter mungkin perlu melakukan USG mata jika terjadi pendarahan di mata, sehingga sulit untuk melihat retina Anda.

Dokter akan memeriksa kedua mata meskipun Anda hanya merasakan gejala pada satu mata.

Pengobatan Ablasi Retina

Perawatan ablasi retina bergantung pada jenis, tingkat keparahan, dan lokasi ablasi retina. Adapun pilihan pengobatan untuk ablasi retina mencakup:

Terapi Laser (Fotokoagulasi)

Prosedur ini menggunakan sinar laser yang diarahkan ke mata melalui pupil untuk memperbaiki robekan retina. Sinar laser akan membakar jaringan sekitar robekan sehingga membantu retina tetap menempel di dinding mata.

Krioterapi (Kriopeksi)

Untuk perawatan ini, dokter menggunakan metode pembekuan pada area robekan retina sehingga menahan retina tetap menempel di dinding mata.

Sementara itu, dokter dapat merekomendasikan pembedahan untuk mengembalikan retina ke posisi normalnya jika sebagian besar retina terlepas.

Retinopeksi Pneumatik

Dalam prosedur ini, ahli bedah menyuntikkan gelembung udara atau gas ke bagian tengah mata (rongga vitreous).

Gelembung gas akan mendorong retina kembali menempel pada dinding mata. Metode ini bisa menjadi pilihan jika retina yang terlepas hanya sedikit.

Vitrektomi

Prosedur ini melibatkan pengangkatan cairan vitreous dari mata. Kemudian, ahli bedah akan menyuntikkan gelembung udara atau silikon ke dalam ruang vitreous untuk menahan retina pada posisi yang tepat.

Seiring waktu, gelembung udara akan terserap oleh tubuh dengan sendirinya, dan retina dapat menempel pada dinding mata.

Scleral Buckle

Pada prosedur ini, dokter meletakkan pita kecil silikon di bagian putih mata (sklera). Silikon akan dengan lembut mendorong dinding bola mata mata mendekat ke retina sehingga  retina menempel kembali ke posisinya.

Silikon ditempatkan pada posisi yang tidak menghalangi penglihatan Anda dan biasanya terpasang secara permanen.

Baca Juga: Uveitis, Peradangan Pada Lapisan Tengah Mata

Sumber

Cleveland Clinic. (2021). Retinal Detachment. my.clevelandclinic.org

Healthline. (2022). Retinal Detachment. www.healthline.com 

Mayo Clinic. (2020). Retinal detachment. www.mayoclinic.org 

Web MD. (2022). Retinal Detachment. www.webmd.com