Stockholm Syndrome: Penyebab, Gejala dan Contoh Kasusnya

Stockholm Syndrome: Penyebab, Gejala dan Contoh Kasusnya

Penulis: Ossy | Editor: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 6 Maret 2023

 

Pernahkah Anda mendengar Stockholm Syndrome? Sindrom ini adalah bentuk dari respons emosional yang dialami korban pelecehan, penyanderaan atau penculikan.

Stockholm Syndrome terjadi ketika mereka yang diculik, disandera atau dilecehkan memiliki perasaan positif terhadap pelaku atau penculik.

Seseorang yang memiliki Stockholm Syndrome mungkin memiliki perasaan yang membingungkan terhadap pelaku, seperti:

  • Cinta
  • Simpati
  • Empati
  • Keinginan untuk melindungi pelaku

Baca Juga: Cari Tahu Rahasia Pacaran Sehat dengan 6 Tips Ini

Psikolog dan ahli kesehatan mental menetapkan istilah “Stockholm Syndrome” untuk kondisi yang terjadi ketika sandera mengembangkan hubungan emosional atau psikologis dengan orang-orang yang menahan mereka.

Akan tetapi, Stockholm Syndrome tidak diakui di edisi baru Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, yakni sebuah manual yang digunakan para ahli kesehatan mental dan spesialis lain untuk mendiagnosis gangguan kesehatan mental.

Sejarah Stockholm Syndrome

  • Stockholm Syndrome diciptakan oleh kriminolog sekaligus psikiater Nils Bejerot setelah adanya peristiwa perampokan  di Stockholm, Swedia, pada tahun 1973.
  • Pada 23 Agustus 1973, Jan-Erik Olsson berusaha merampok bank Normalmstorg. Selama perampokan, Olsson menyandera empat karyawan bank, yakni Brigitta Lundblad, Elisabeth Oldgren, Kristin Ehnmark, dan Sven Safstrom.
  • Kemudian, mantan teman satu sel Olsson, Clark Olofsson, bergabung dalam perampokan itu. Keduanya tetap berada di dalam bank bersama empat sandera. Saat itulah dua pria menyandera empat orang tersebut selama 6 hari setelah perampokan bank di Stockholm, Swedia.
  • Setelah para sandera dibebaskan, mereka menolak untuk bersaksi melawan para penculik mereka dan bahkan mulai mengumpulkan uang untuk pembelaan mereka.
  • Keempat sandera melaporkan bahwa Olsson dan Oloffson memperlakukan mereka dengan baik dan tidak menyakiti mereka secara fisik. Mereka membela para penculiknya dan menolak bersaksi melawan mereka. Olsson bahkan menunjukkan perasaan positif terhadap para sandera.

Penyebab Stockholm Syndrome

Belum diketahui pasti mengapa beberapa korban mengembangkan Stockholm Syndrome dan yang lainnya tidak.

Ketika penyelidik FBI mewawancarai pramugari yang disandera selama pembajakan pesawat, mereka menyimpulkan bahwa ada tiga faktor yang diperlukan untuk mengembangkan Stockholm Syndrome:

  • Penyandera dan korban terlibat dalam situasi yang berlangsung selama beberapa hari atau lebih
  • Para penyandera yang tetap berhubungan dekat dengan para korban selama penyanderaan
  • Para penyandera yang menunjukkan kebaikan kepada para korban atau setidaknya menahan diri untuk tidak menyakiti mereka

Baca Juga: Bagaimana Cara Menghadapi Toxic Relationship?

Gejala Stockholm Syndrome

Berikut adalah beberapa gejala Stockholm Syndrome yang mungkin dirasakan korban:

  • Korban mengembangkan perasaan positif terhadap orang yang menahan atau menyiksa mereka
  • Korban mengembangkan perasaan negatif terhadap polisi, atau siapa pun yang mungkin mencoba membantu mereka melarikan diri dari penculiknya
  • Korban merasa kasihan terhadap para penculik atau pelaku kekerasan
  • Korban mulai memahami ideologi atau pikiran penculik dan percaya bahwa mereka memiliki tujuan dan nilai yang sama
  • Korban merasakan kebaikan atau kasih sayang dari penculik atau pelakunya
  • Korban menolak untuk meninggalkan penculiknya, bahkan ketika diberi kesempatan untuk melarikan diri

Contoh Kasus Stockholm Syndrome

Untuk lebih memahami sindrom ini, Anda bisa membaca sejumlah contoh kasus yang pernah terjadi berikut ini:

  • Mary McElroy (1933)

Empat pria menculik Mary McElroy di tahun 1933. Para penculik membebaskannya setelah menerima uang tebusan $30.000 yang mereka minta.

Meskipun Mary McElroy setuju bahwa para penculiknya harus menerima hukuman, dia bersimpati dengan mereka dan bahkan mengunjungi mereka di penjara.

  • Natascha Kampusch (1998)

Natascha yang saat itu berusia 10 tahun diculik dan disekap di bawah tanah di sebuah ruangan gelap dan terisolasi selama lebih dari 8 tahun.

Dalam kurun waktu penyekapan tersebut, sang penculik, Wolfgang Přiklopil menunjukkan kebaikannya, tetapi dia juga memukulinya dan mengancam akan membunuhnya.

Natascha kemudian berhasil melarikan diri, dan Přiklopil berakhir mengakhiri nyawanya dengan bunuh diri.

Berita pada saat itu melaporkan bahwa Natascha “menangis tanpa henti” karena kematian sang penculik.

Penanganan Stockholm Syndrome

Jika Anda merasa diri Anda atau seseorang yang Anda kenal telah mengembangkan Stockholm Syndrome, Anda dapat mencari bantuan ke psikolog atau psikiater terdekat.

Konseling atau perawatan psikologis untuk gangguan stres pascatrauma (PTSD) dapat dilakukan untuk membantu meringankan masalah langsung yang terkait dengan pemulihan, seperti kecemasan dan depresi.

Selain itu, psikoterapi jangka panjang juga dapat lebih membantu pemulihan. Psikolog dan psikoterapis dapat mengajari Anda mekanisme koping yang sehat dan respons untuk membantu Anda memahami apa yang terjadi pada diri Anda.

Baca Juga: Memahami Sebuah Komitmen dalam Hubungan

Sumber

Healthline. (2019). What is Stockholm Syndrome and Who Does it Affect?. healthline.com

Medical News Today. (2020). What is Stockholm syndrome? www.medicalnewstoday.com

Very Well Mind. (2020). What Is Stockholm Syndrome?. verywellmind.com

WebMD. (2021). What Is Stockholm Syndrome? www.webmd.com