Pahami Perbedaan Insomnia dan Hipersomnia

Pahami Perbedaan Insomnia dan Hipersomnia

Penulis: Umi Fatimah

Gangguan tidur sangat umum dialami oleh kebanyakan orang. Kondisi gangguan tidur ini dapat mencakup dari kesulitan tidur hingga tidur terlalu lama.

Meskipun kebanyakan orang pada umumnya akrab dengan insomnia, tidak semua orang mengetahui jenis gangguan tidur umum lainnya yang dikenal sebagai hipersomnia.

Baik insomnia maupun hipersomnia bisa menyebabkan berkurangnya produktivitas, penurunan kualitas hidup, serta perasaan lelah dan depresi. Lantas, apa perbedaan kedua gangguan tidur ini? Mari kita ketahui lebih lanjut mengenai perbedaan hipersomnia dan insomnia.

Baca Juga: Ketahui Durasi Jam Tidur yang Ideal Berdasarkan Usia

Perbedaan Utama Insomnia dan Hipersomnia

Insomnia dan hipersomnia adalah dua kondisi yang berlawanan dalam kategori atau jenis gangguan tidur. Keduanya bisa berdampak pada penurunan kualitas hidup penderitanya dan menimbulkan berbagai komplikasi, tetapi dengan cara yang berbeda.

Adapun perbedaan mendasar antara insomnia dan hipersomnia antara lain:

1. Pola dan Durasi Tidur

Perbedaan terbesar antara insomnia dan hipersomnia terletak pada pola dan durasi tidur. Pada insomnia, penderitanya akan kesulitan untuk tertidur, tetap tertidur, atau kembali tidur setelah bangun. Penderita insomnia juga mungkin akan kesulitan untuk bangun terlalu pagi.

Sementara pada kondisi hipersomnia, penderitanya akan sulit bangun, kesulitan mengatasi rasa ngantuk di siang hari, dan tetap merasa lelah sepanjang hari meskipun sudah tidur lama di malam hari.

2. Frekuensi Gangguan Tidur

Selain pola tidur, ada beberapa perbedaan antara hipersomnia dan insomnia yang berhubungan dengan frekuensi munculnya gangguan tidur.

Insomnia sendiri bisa berkembang menjadi kondisi akut (berlangsung dalam waktu singkat) atau kronis (jangka panjang).

Kondisi insomnia akut biasanya berlangsung dalam waktu singkat dan sering kali disebabkan oleh peristiwa traumatis (misalnya kehilangan orang yang dicintai) atau stres yang berlebihan di tempat kerja.

Sedangkan Insomnia kronis dapat berlangsung dalam jangka panjang. Biasanya insomnia kronis disebabkan oleh faktor kesehatan yang mendasari, seperti penggunaan obat-obatan tertentu atau penggunaan narkoba.

Pada kondisi insomnia akut, biasanya gejala dapat hilang dengan sendirinya setelah penderita mengatasi traumanya. Namun, untuk insomnia kronis, penderitanya memerlukan perawatan profesional untuk mengatasi kebiasaan dan gangguan tidur yang dialaminya.

Untuk hipersomnia, kondisi ini bisa bersifat primer atau sekunder. Hipersomnia sekunder terjadi ketika penderitanya memiliki kondisi yang mendasari, seperti sleep apnea, penyakit Parkinson, masalah neurologis, kebiasaan mengonsumsi obat-obatan, dan gangguan mood. Sementara hipersomnia primer terjadi tanpa alasan yang jelas.

Perbedaan Gejala Insomnia dan Hipersomnia

Selain perbedaan di atas, gejala ditimbulkan antara insomnia dan hipersomnia juga berbeda.

Gejala Insomnia

Kondisi insomnia akan menyebabkan penderitanya mengalami kesulitan tidur atau tetap tertidur, meski dalam keadaan lelah. Gejala insomnia yang paling umum meliputi:

  • Tidur dalam waktu singkat
  • Sulit tidur setelah terbangun di malam hari
  • Bangun pagi-pagi sekali
  • Kesulitan memulai tidur di malam hari
  • Sering merasa seperti belum tidur.

Gejala Hipersomnia

Berbeda dengan insomnia, hipersomnia merupakan kondisi kronis dan dapat memengaruhi suasana hati penderitanya. Kondisi gangguan tidur ini diperkirakan terjadi pada 4 hingga 6 persen populasi dan ditandai dengan rasa kantuk berlebihan sepanjang hari.

Hipersomnia juga lebih sering terjadi pada wanita daripada pria. Adapun tanda dan gejala umum hipersomnia meliputi:

  • Durasi tidur lebih lama (bahkan hingga 13–14 jam), tapi tetap merasa belum cukup istirahat di pagi hari
  • Selalu merasa perlu untuk tidur siang
  • Merasa sangat lelah sepanjang hari
  • Kantuk berlebihan di siang hari
  • Kesulitan mengendalikan emosi
  • Kurangnya kewaspadaan dan konsentrasi
  • Sering merasa gelisah atau cemas
  • Kesulitan fokus dan mengingat
  • Sulit bangun meskipun ada alarm keras.

Baca Juga: Tidur Pagi Sebabkan Gangguan Medis, Ini Penjelasannya!

Dampak Kesehatan Akibat Insomnia dan Hipersomnia

Baik insomnia maupun hipersomnia dapat berdampak luas pada kesehatan mental dan fisik penderitanya jika tidak dikelola dengan baik.

Kedua kondisi tersebut bisa membuat penderitanya merasa lelah dan kehilangan energi sepanjang hari. Bahkan kedua gangguan tidur ini dapat menyebabkan penderitanya kesulitan untuk berkonsentrasi, berpikir, dan fokus.

Efek Insomnia Jangka Panjang

Seseorang dengan insomnia akut mempunyai risiko lebih tinggi terkena insomnia kronis. Sering kali, hal ini terjadi karena rasa cemas akibat kesulitan tidur yang ia alami.

Selain itu, insomnia kronis telah dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi dan tekanan darah tinggi.

Efek Hipersomnia Jangka Panjang

Selain rasa lelah dan kantuk yang berlebihan, hipersomnia juga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari penderitanya. Penderita hipersomnia sering kali mengalami kesulitan dalam mempertahankan pekerjaan, hubungan pribadi, atau kewajiban sosial lainnya.

Mirip dengan insomnia, depresi juga bisa dialami oleh penderita hipersomnia. Tak hanya itu, penderita hipersomnia juga sering mengalami sakit kepala, pusing, serta tangan dan kaki dingin.

Bisakah Mengalami Keduanya Secara Bersamaan?

Hipersomnia dan insomnia merupakan dua gangguan tidur yang memiliki gejala berlawanan. Namun, ada kemungkinan seseorang mengalami hipersomnia dan insomnia secara bersamaan.

Dalam beberapa kasus, insomnia dapat menyebabkan kantuk dan kelelahan di siang hari, yang dapat memperburuk hipersomnia. Pada akhirnya, hipersomnia dapat mengganggu kemampuan untuk tertidur di malam hari dan memperburuk insomnia.

Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang mengalami hipersomnia dan insomnia secara bersamaan. Misalnya depresi atau kecemasan.

Selain itu, penyalahgunaan zat atau obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan gangguan tidur yang mengakibatkan kombinasi hipersomnia dan insomnia.

Jika Anda merasakan gejala-gejala yang disebutkan di atas dan mencurigai bahwa Anda mungkin menderita gangguan tidur, sebaiknya konsultasikan dengan dokter. Dokter dapat meninjau gejala dan merekomendasikan tes untuk menentukan penyebabnya dan menentukan rencana pengobatan yang tepat untuk Anda.

Baca Juga: Power Nap, Tidur Siang Singkat untuk Memulihkan Energi

 

Sumber