Pahami Perbedaan Disabilitas dan Difabel

Pahami Perbedaan Disabilitas dan Difabel

Penulis: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 6 Juli 2023

 

Sekilas disabilitas dan difabel merupakan kata yang hampir sama. Oleh karena itu, tidak ada salahnya Anda memahami perbedaan disabilitas dan difabel.

Sebagai manusia, kita hidup saling berdampingan dengan orang lain. Atas dasar ini, kita perlu menyadari bahwa setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda. Ada yang memiliki kekurangan tertentu, ada pula yang memiliki kelebihan yang luar biasa. Tak jarang, kita menemui orang-orang yang memiliki beberapa kebutuhan khusus yang berbeda dari orang pada umumnya.

Anda barangkali pernah menyebut orang dengan gangguan kecerdasan, orang buta, tuli, atau orang yang tidak memiliki anggota tubuh yang lengkap sebagai penyandang cacat. Tapi tahukah Anda, bahwa kini istilah “cacat” sudah tidak digunakan lagi?

Atas dasar kemanusiaan, istilah “cacat” dianggap sangat kasar dan tidak pantas. Kini masyarakat modern yang semakin inklusif lebih sering menggunakan istilah “difabel” dan “disabilitas” untuk kemudian dikaitkan pada orang-orang yang memiliki kebutuhan khusus dan spesial. Lalu apa perbedaan dari kedua kata ini?

Baca Juga: Kenali 5 Jenis Cerebral Palsy

Istilah Disabilitas

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), istilah disabilitas diartikan dalam beberapa definisi, yakni:

  1. Suatu keadaan, seperti cedera atau sakit yang berpotensi merusak atau membatasi kemampuan mental dan fisik seseorang
  2. Suatu keadaan yang membuat seseorang tidak mampu melakukan hal-hal tertentu dengan cara yang biasa

Kata disabilitas sendiri sebenarnya adalah kata serapan yang diambil dari bahasa Inggris, yakni disability yang  berarti ketidakmampuan.

Istilah Difabel 

Beberapa sumber menyebutkan bahwa istilah difabel berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yakni Different Ability People yang artinya orang-orang yang memiliki kemampuan yang berbeda. Istilah ini didasarkan pada realitas bahwa setiap manusia terlahir dengan keadaan yang berbeda-beda, namun tidak menutup kesempatan sekecil apapun bagi kaum difabel untuk masuk dan ikut terlibat di dalam masyarakat.

Pemahaman difabel ini kemudian memudarkan pemaknaan negatif dari kecacatan, sehingga memperbesar kemungkinan bagi semua orang dengan berbagai macam kondisi untuk tetap terlibat dalam kegiatan masyarakat dengan cara mereka masing-masing.

Istilah yang Sebaiknya Dipakai

Untuk mengacu pada sebagian komunitas masyarakat yang hidup dengan kebutuhan khusus, tentu kata “cacat” adalah istilah kuno yang memiliki konotasi buruk, sehingga istilah ini sebaiknya tidak Anda gunakan lagi.

Baik kata disabilitas atau difabel, walaupun memiliki beberapa perbedaan secara terminologi, tetapi sama-sama mengacu pada komunitas yang sama di dalam masyarakat dan dianggap pantas untuk digunakan.

Walaupun begitu, istilah difabel dianggap lebih halus dan lebih sering digunakan oleh para aktivis dan beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dibandingkan dengan istilah disabilitas.

Baca Juga: ADHD, Pengaruhnya dan Bagaimana Penanganannya

Jenis-jenis Disabilitas 

Setelah memahami istilah yang sebaiknya dipakai yang mengacu pada orang-orang dengan kebutuhan khusus, ada baiknya Anda juga memahami jenis-jenis disabilitas secara umum, yaitu:

1. Disabilitas Fisik (Tunadaksa)

Orang dengan disabilitas fisik diidentifikasi dengan adanya kerusakan atau kehilangan anggota tubuh tertentu.

Walaupun begitu, epilepsi adalah salah satu jenis disabilitas fisik yang tidak dapat Anda kenali langsung karena tidak ada ciri-ciri fisik yang terlihat pada pengidapnya.

Berikut adalah beberapa kondisi yang termasuk di dalam kelompok disabilitas fisik:

2. Disabilitas Sensori Penglihatan (Tunanetra)

Tunanetra merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari yang melibatkan kemampuan penglihatan.

Kondisi ini disebabkan karena adanya kerusakan pada mata dan organ-organ lain yang mampu mendukung terjadinya proses melihat.

3. Disabilitas Sensori Pendengaran (Tuli/Tunarungu)

Seseorang yang tidak dapat mendengar serta seseorang dengan ambang pendengaran 20 dB atau lebih dapat dikatakan mengalami gangguan pendengaran.

Gangguan pendengaran ini dapat bersifat ringan, sedang, berat, atau dalam.

Kondisi ini dapat mempengaruhi satu telinga saja atau kedua telinga, dan menyebabkan kesulitan dalam mendengar pembicaraan percakapan atau suara keras.

4. Disabilitas Intelektual (Tunagrahita)

Tunagrahita terdiri dari berbagai tingkatan, mulai dari ringan hingga berat.

Kondisi yang ditandai dengan rendahnya kemampuan mental dan tingkat kecerdasan ini juga menampilkan kurangnya keterampilan yang diperlukan untuk menjalani kehidupan sehari-hari.

Penyandang disabilitas intelektual memang mampu mempelajari keterampilan baru, tetapi mereka akan mempelajarinya dengan lebih lambat dari orang pada umumnya.

5. Autisme

Autisme merupakan sebuah kelainan perkembangan yang dapat menyebabkan masalah sosial, komunikasi, dan perilaku yang signifikan.

Orang dengan autis umumnya berkomunikasi, berinteraksi, berperilaku, dan belajar dengan cara yang berbeda dari kebanyakan orang lain.

Kemampuan berpikir, belajar dan pemecahan masalah dari orang-orang dengan gangguan spektrum autism dapat berkisar dari berbakat hingga sangat berbakat.

Baca Juga: Sering Dianggap Sama, Ketahui Perbedaan Autisme dan Down Syndrome

Sumber