Mengenal Berbagai Jenis Displasia dan Gejalanya

Mengenal Berbagai Jenis Displasia dan Gejalanya

Penulis: Umi Fatimah

Displasia mengacu pada perkembangan sel yang tidak normal di dalam jaringan atau organ tubuh. Dengan memahami apa itu displasia dan mendapatkan pemeriksaan serta pengujian yang tepat sangat penting untuk deteksi dini dan pengobatan.

Displasia dapat terjadi di area tubuh mana pun dan tingkat keparahannya bervariasi. Tergantung pada jenisnya, penyakit ini dapat menyerang anak-anak dan orang dewasa.

Beberapa jenis displasia dapat menimbulkan gejala, sementara jenis displasia lainnya mungkin tidak menimbulkan gejala apa pun. Bahkan beberapa jenis displasia dapat berkembang menjadi kanker. Pengobatan dan faktor risiko displasia pun bervariasi berdasarkan jenisnya.

Baca Juga: Neurofibromatosis Tipe 1, Tumor pada Jaringan Saraf

Berikut ini adalah beberapa jenis displasia berdasarkan lokasi pertumbuhannya:

1. Displasia serviks

Displasia serviks mengacu pada pertumbuhan sel-sel abnormal pada permukaan serviks. Kebanyakan penderita displasia serviks tidak mengalami gejala apa pun. Namun, jika seorang wanita dengan displasia serviks memiliki gejala, gejala-gejala tersebut berupa:

  • Keputihan tidak normal
  • Bercak di antara periode menstruasi
  • Pendarahan setelah berhubungan seksual
  • Sakit saat berhubungan seksual
  • Pendarahan saat menopause.

Tingkat keparahan displasia serviks bisa berkisar dari ringan hingga berat. Pada displasia serviks ringan, pertumbuhan sel abnormal berkembang secara perlahan dan bisa hilang dengan sendirinya. Sedangkan dalam kasus displasia serviks berat, sel-sel abnormal dapat berkembang menjadi kanker serviks jika tidak diobati.

2. Sindrom mielodisplastik

Sindrom mielodisplastik (MDS) adalah kondisi ketika sumsum tulang sumsum tulang tidak berfungsi dengan baik dan tidak menghasilkan cukup sel darah sehat. Seiring berjalannya waktu, sel-sel darah yang abnormal ini mengambil ruang di sumsum tulang atau darah, sehingga sel darah yang sehat dan trombosit tidak dapat berkembang.

Kondisi ini tidak akan menyebabkan tanda dan gejala pada stadium awal. Namun, tanpa sel darah sehat yang cukup, penderitanya bisa mengalami gejala akibat gangguan fungsi darah, seperti:

  • Kelelahan (anemia) dan sesekali sesak napas (karena rendahnya jumlah sel darah merah)
  • Sering terkena infeksi (karena rendahnya jumlah sel darah putih)
  • Memar dan mudah berdarah, seperti mimisan (karena rendahnya jumlah trombosit).

3. Displasia fibrosa

Displasia fibrosa terjadi ketika jaringan parut berkembang menggantikan tulang yang sehat. Pertumbuhan jaringan parut di dalam tulang ini dapat melemahkan tulang seiring berjalannya waktu, sehingga menyebabkan tulang rapuh dan lebih rentan mengalami patah tulang.

Displasia fibrosa terjadi ketika suatu gen bermutasi (berubah) saat janin berkembang di dalam rahim. Perubahan gen menyebabkan sel-sel pembentuk tulang gagal matang, sehingga menghasilkan jaringan abnormal pada tulang tertentu.

Karena perubahan gen ini terjadi saat bayi sedang berkembang, maka hanya tulang tertentu yang akan mengalami displasia fibrosa. Artinya displasia fibrosa tidak menyebar dari satu tulang ke tulang lainnya.

Penyakit ini dapat memengaruhi tulang mana pun di tubuh penderitanya, tetapi paling sering memengaruhi tulang paha, tulang kering, tulang iga, tengkorak, dan panggul.

Beberapa penderita displasia fibrosa hanya mengalami sedikit atau tanpa gejala sama sekali. Namun pada kasus lain, displasia fibrosa dapat berkembang pada banyak tulang dan membuat kondisi penderitanya menjadi lebih parah.

Gejala displasia fibrosa yang paling umum meliputi:

  • Kelelahan, terutama pada anak kecil
  • Nyeri dan kelemahan tulang di area sekitar tulang yang terkena
  • Patah tulang
  • Tulang cacat
  • Bercak yang berubah warna atau menjadi gelap pada kulit
  • Gejala gangguan endokrin, seperti tiroid yang terlalu aktif atau pubertas dini.

Baca Juga: Waspadai Kondisi Sarkoma Jaringan Lunak

4. Displasia lambung

Displasia lambung terjadi ketika sel-sel lapisan lambung (disebut mukosa) berubah dan menjadi tidak normal. Sel-sel abnormal ini pada akhirnya bisa berkembang menjadi adenokarsinoma, salah satu jenis kanker perut yang paling umum terjadi.

Displasia pada lambung biasanya tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun, kondisi yang menyebabkan displasia bisa menimbulkan gejala, seperti sakit perut, kembung, dan mual.

Adapun beberapa kondisi faktor yang meningkatkan peluang seseorang terkena displasia lambung antara lain:

  • Infeksi Helicobacter pylori
  • Gastritis atrofi kronis (peradangan lambung jangka panjang)
  • Metaplasia usus (perubahan bentuk sel di lambung)
  • Anemia pernisiosa.

Masing-masing kondisi ini menyebabkan perubahan pada lapisan lambung yang dapat menyebabkan berkembangnya sel abnormal dan displasia.

5. Displasia ektodermal 

Displasia ektodermal (ED) adalah kelainan yang menyerang kulit, kelenjar keringat, rambut, gigi, dan kuku. Kelainan ini terjadi ketika lapisan luar jaringan (ektodermal) tidak berkembang secara normal.

Kondisi ini adalah penyakit langka yang disebabkan oleh perubahan gen. Bahkan ED dapat diturunkan dalam keluarga yang memiliki cacat genetik, atau dapat terjadi pada keluarga tanpa riwayat penyakit tersebut.

Tergantung pada gen mana yang terpengaruh, displasia ektodermal dapat menimbulkan gejala termasuk:

  • Tidak berkeringat atau mengeluarkan sedikit keringat karena kelenjar keringat tidak normal atau tidak ada, sehingga tubuh menjadi sulit dalam dalam mengatur suhu dengan baik
  • Kuku tidak normal
  • Gigi tidak normal atau hilang, atau jumlah gigi kurang dari normal
  • Bibir sumbing
  • Pigmentasi warna kulit menurun
  • Dahi besar
  • Jembatan/tulang hidung rendah
  • Rambut tipis dan jarang di kulit kepala dan tubuh
  • Penglihatan buruk dengan penurunan produksi air mata
  • Sistem kekebalan tubuh melemah.

6. Displasia fibromuskular 

Displasia fibromuskular (FMD) mengacu pada pertumbuhan sel abnormal di dinding arteri. Pertumbuhan sel yang tidak normal ini menyebabkan arteri menjadi lebih kaku dan rentan terhadap kerusakan.

Displasia fibromuskular paling sering menyerang arteri yang menuju ke ginjal dan otak. Namun, penyakit ini juga dapat memengaruhi arteri di kaki, jantung, area perut, dan di lengan.

Meski dapat menyerang semua usia dan jenis kelamin, displasia fibromuskular biasanya berkembang pada wanita. Gejala displasia fibromuskular bergantung pada arteri mana yang terkena.

Jika arteri ke ginjal terpengaruh, gejala umumnya meliputi tekanan darah tinggi dan masalah fungsi ginjal. Sementara pada kasus yang menyerang arteri di sekitar otak, gejalanya dapat berupa:

Konsultasikan dengan dokter jika Anda memiliki gejala yang tidak kunjung sembuh atau menerima hasil pap smear, kolonoskopi, atau endoskopi yang tidak normal yang menunjukkan displasia. Dokter akan menyarankan pengobatan yang tepat berdasarkan tingkatan dan lokasi displasia.

Dengan mendapatkan penanganan segera, kondisi Anda dapat terus dipantau untuk memastikan adanya perubahan sel prakanker dan diobati secara efektif. Jangan abaikan gejala atau kelainan hasil skrining Anda karena hal tersebut bisa menandakan kondisi serius.

Baca Juga: Interseks, Ketika Seseorang Terlahir dengan Dua Jenis Kelamin

 

Sumber

Centre for Clinical Haematology. Apa itu Sindrom Myelodysplastic (MDS)?. cfch.com.sg

Yale Medicine. Cervical Dysplasia. yalemedicine.org

Orthoinfo. Fibrous Dysplasia. orthoinfo.aaos.org

Cancer Research UK . High grade dysplasia of the stomach. cancerresearchuk.org