Ketahui Obat Antibiotik untuk Mengatasi Diare

Ketahui Obat Antibiotik untuk Mengatasi Diare

Penulis: Gradita | Editor: Alhasbi

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 28 Juni 2023

 

Diare merupakan suatu gangguan pencernaan yang membuat penderita lebih sering buang air besar, tetapi dengan kondisi tinja yang sangat encer atau berair. Penyebab diare yang paling umum adalah bakteri, virus, atau parasit yang masuk ke tubuh melalui makanan dan minuman yang telah terkontaminasi.

Menjadi salah satu penyakit yang umum terjadi di Indonesia, diare lebih berisiko terjadi pada bayi dan anak-anak. Penyakit ini sangatlah mengganggu aktivitas sehari-hari karena Anda akan lebih sering bolak-balik ke toilet.

Meski tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya, jika mendapat penanganan dengan tepat dan semakin memburuk, gangguan ini akan menyebabkan komplikasi yang fatal.

Untuk itu, ketahui obat antibiotik untuk mengatasi diare.

Pilihan obat antibiotik untuk mengatasi diare

Penyebab umum gangguan ini adalah infeksi bakteri, sehingga cocok untuk Anda atasi dengan mengonsumsi obat antibiotik yang bermanfaat untuk memperlambat, melawan, serta menghancurkan pertumbuhan bakteri dalam tubuh.

Oleh sebab itu, dokter mungkin akan meresepkan obat antibiotik, jika penyebab diare Anda akibat infeksi bakteri.

Namun, perlu Anda ingat bahwa tidak semua obat antibiotik dapat dikonsumsi oleh penderita diare. Pasalnya, terdapat obat antibiotik yang justru menimbulkan efek samping berupa gangguan pencernaan yang dapat memperparah diare.

Berikut beberapa pilihan obat antibiotik yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk mengatasi diare.

1. Cefixime

Ini merupakan salah satu obat antibiotik golongan sefalosporin yang ampuh mengatasi diare akibat infeksi bakteri Salmonella typhi. Umumnya diare karena bakteri Salmonella muncul dengan gejala muntaber (gastroenteritis).

Namun, jika Anda diresepkan untuk mengonsumsi cefixime, ada baiknya tidak mengonsumsi makanan yang terlalu berat sebelum mengonsumsi obat serta lebih banyak minum air putih karena cefixime berpotensi menyebabkan mual dan rasa tidak nyaman pada perut.

2. Metronidazole

Ini merupakan obat antibiotik yang bermanfaat untuk mengatasi infeksi bakteri pada lambung atau usus yang menyebabkan diare.

Jika dokter telah meresepkan metronidazole pada Anda dalam bentuk tablet, sebaiknya Anda menelannya utuh-utuh dengan menenggak air. Jangan menghancurkan, mengunyah, atau membelah tablet karena dapat menurunkan kualitas obat.

Adapun dosis harian metronidazole untuk mengatasi diare adalah sekitar 250-750 mg yang diminum tiga kali sehari selama 7-10 hari.

Namun penting untuk Anda ketahui bahwa metronidazole dapat menimbulkan efek samping berupa sakit kepala dan pusing. Sebaiknya Anda mengonsumsi metronidazole sesuai anjuran dan dosis dokter untuk meminimalisir risiko efek samping.

Baca Juga : Ketahui Cara Membedakan Diare Akut dan Diare Kronis

3. Cotrimoxazole

Ini merupakan obat antibiotik yang mengandung dua jenis zat obat, yaitu trimetoprim dan sulfametoksazol. Umumnya, dokter memberikan resep cotrimoxazole untuk mengatasi diare karena infeksi Escherichia coli (E. coli).

Cotrimoxazole dapat diresepkan untuk anak kecil dan dewasa yang mengalami alergi terhadap penilisin, namun tidak untuk penderita alergi sulfonamide. Adapun dosis antibiotik sekitar 2 tablet untuk dewasa dengan waktu 2 kali sehari. Sementara untuk dosis untuk anak-anak tergantung pada berat badan.

Seperti obat lainnya, cotrimoxazole juga memiliki efek samping berupa sakit kepala. Namun, apabila Anda mengalami ruam kulit atau alergi, harap memberitahu dokter saat konsultasi. Hal ini agar dokter meresepkan antibiotik lainnya untuk mengatasi diare yang Anda alami.

4. Ciprofloxacin

Ini merupakan obat antibiotik golongan fluorokuinolon yang bermanfaat untuk mengatasi diare karena bakteri Campylobacter jejuni dan Salmonella enteritidis.

Biasanya dokter akan memberikan ini ketika cotrimoxazole dan cefixime tidak mempan mengatasi diare. Anda bisa mengonsumsi ciprofloxacin secara oral untuk mendapatkan reaksi lebih cepat.

5. Azithromycin

Ini merupakan obat golongan makrolida yang dapat mengobati infeksi bakteri Campylobacter jejuni. Umumnya, dokter memberikan azithromycin untuk seseorang yang sedang bepergian karena obat antibiotik ini dapat mengobati diare hanya dalam waktu sekitar 72 jam.

Penting untuk Anda ketahui bahwa azithromycin  juga memiliki efek samping berupa mual, muntah, sembelit, sakit perut ringan, kebelet buang air besar, dan perut kembung. Namun, sebagian besar efek samping tersebut tergolong ringan dan bisa sembuh dengan sendirinya.

Baca Juga : Pilihan Obat Diare untuk Anak yang Efektif

Ada baiknya Anda berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu sebelum ingin mengobati diare yang Anda alami, agar mengetahui terlebih dahulu penyebab diare tersebut, sehingga dokter dapat meresepkan obat yang tepat sesuai dengan penyebab diare.

Sumber

AAFP. (2014). Acute Diarrhea in Adults. www.aafp.org

Mayo Clinic. (2021). Antibiotic-associated diarrhea. www.mayoclinic.org

Medscape. (2020). Diarrhea Medication. www.emedicine.medscape.com

NCBI. (2004). Management of infectious diarrhoea. www.ncbi.nlm.nih.gov

PubMed. (2017). Antibiotic Therapy for Acute Watery Diarrhea and Dysentery. www.pubmed.ncbi.nlm.nih.gov