Alopecia Areata: Tipe, Penyebab, dan Gejala

Alopecia Areata: Tipe, Penyebab, dan Gejala

Penulis: Dea | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 11 Januari 2023

 

Alopecia areata merupakan masalah autoimun umum yang memicu rambut rontok atau kebotakan. Jumlah kerontokan yang dialami setiap penderitanya berbeda. Ada beberapa orang yang mengalami rambut rontok hanya sebagian saja, sedangkan yang lain bisa mengalaminya dalam jumlah banyak.

Terkadang rambut bisa tumbuh kembali, tetapi kembali rontok. Di sisi lain, ada yang rambutnya tumbuh kembali untuk selamanya.

Alopecia areata sendiri bisa memengaruhi setiap orang tanpa melihat usia dan jenis kelamin, walaupun kasus ini paling banyak ditemukan pada orang berusia sebelum 30 tahun.

Baca Juga: Perawatan Efektif untuk Rambut Kering

Tipe Alopecia Areata

Terdapat beberapa tipe alopecia areata. Setiap tipenya ditandai dengan tingkat kerontokan rambut dan gejala lain yang Anda alami. Selain itu, setiap tipenya mungkin juga memiliki pengobatan dan prognosis yang sedikit berbeda.

1. Alopecia Totalis

Alopecia totalis ditandai oleh kehilangan semua rambut di kepala Anda. Pada sebagian orang, munculnya rambut rontok diawali dengan kerontokan rambut yang sangat cepat sehingga bercak tidak tampak sebelum mayoritas rambut yang ada di kulit kepala menghilang.

2. Alopecia Universalis

Alopecia universalis dipicu oleh rontoknya rambut di seluruh bagian tubuh Anda, meliputi kulit kepala, wajah (alis dan bulu mata), dan daerah kemaluan (bulu kemaluan).

3. Diffuse Alopecia Areata (Alopecia Areata Incognita)

Diffuse alopecia areata menyebabkan menipisnya rambut di seluruh kulit kepala secara tiba-tiba, dan bukan hanya sekadar di satu bagian saja. Terkadang kondisi ini juga dinamakan dengan Alopecia Areata Incognita.

Kondisi ini bisa sulit didiagnosis, karena bisa tampak sangat mirip dengan jenis kondisi rambut rontok lainnya, seperti Telogen Effluvium dan Androgenetic Alopecia (bentuk rambut rontok yang terjadi pada pria atau wanita).

4. Alopecia Areata Ophiasis

Kerontokan rambut yang mempunyai pola khusus, yaitu rambut rontok dari samping dan belakang kulit kepala bagian bawah. Alopecia areata ophiasis menjadi lebih sulit diobati, karena tidak dapat merespons pengobatan dengan cepat.

Penyebab Alopecia Areata

Alopecia areata muncul saat sel darah putih mengganggu sel-sel yang ada di folikel rambut, sehingga memicu pengurangan dan melambatkan produksi rambut. Belum diketahui secara pasti penyebab sistem imun menargetkan folikel rambut.

Apabila Anda mengalami alopecia areata, sistem imun Anda secara keliru memengaruhi folikel rambut Anda. Akibatnya folikel mengecil dan berhenti memproduksi rambut, bahkan menjadi pemicu kerontokan pada rambut.

Namun, kondisi ini paling sering menyerang seseorang yang mempunyai riwayat keluarga dengan kondisi autoimun lainnya, seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis. Inilah yang menjadi alasan bagi para ilmuwan memperkirakan genetika bisa berkontribusi pada pengembangan alopecia areata.

Baca Juga: Cara Memanjangkan Rambut Secara Alami yang Bisa Anda Lakukan Di Rumah

Gejala Alopecia Areata

Gejala utama dari alopecia areata adalah rambut rontok. Bercak rambut berukuran koin mulai rontok, umumnya dari kulit kepala. Setiap tempat tumbuhnya rambut juga bisa terpengaruh, termasuk janggut dan bulu mata.

Rambut rontok bisa terjadi dalam waktu singkat dan secara tiba-tiba. Rasa gatal atau terbakar juga muncul di daerah tersebut sebelum rambut Anda rontok. Folikel rambut tidak hancur, ketika peradangan di folikel mereda, maka rambut bisa tumbuh lagi.

Orang dengan kerontokan rambut yang lebih sedikit biasanya sering pulih secara tiba-tiba dan tanpa melakukan perawatan apa pun. Gejala lainnya yang bisa terjadi adalah penderitanya mengalami rambut rontok lebih banyak di cuaca dingin.

Alopecia areata juga bisa memengaruhi kuku jari tangan dan kaki. Terkadang perubahan tersebut menjadi pertanda awal perkembangan kondisi ini. Berikut ini adalah beberapa perubahan kecil yang bisa muncul pada kuku Anda:

  • Kuku jari tangan dan kaki menjadi merah, rapuh, dan berlubang
  • Permukaan kuku menjadi kasar
  • Kuku kehilangan kilaunya
  • Kuku menjadi lebih tipis dan rentan terbelah.

Pengobatan Alopecia Areata

Alopecia areata tidak dapat disembuhkan, tetapi bisa diobati dan rambut Anda dapat tumbuh lagi. Bila Anda mengalaminya, berikut ini adalah beberapa obat yang bisa Anda gunakan untuk mengobati kondisi ini:

Kortikosteroid

Kortikosteroid merupakan obat anti peradangan yang digunakan untuk menangani penyakit autoimun. Obat ini bisa dikonsumsi dengan berbagai cara, seperti disuntik, dikonsumsi secara oral, dan dioleskan pada kulit.

Apabila diberikan dalam bentuk suntikan, maka dokter akan menyuntikkannya ke kulit kepala atau daerah lainnya. Bila dikonsumsi secara oral, dokter akan memberikannya dalam bentuk pil. Sedangkan jika dioleskan pada kulit, dokter akan memberikannya dalam bentuk salep, krim, atau busa.

Imunoterapi Topikal

Imunoterapi topikal digunakan untuk menangani kerontokan rambut yang terjadi lebih dari sekali. Bahan kimia yang dioleskan ke kulit kepala bisa menimbulkan reaksi alergi. Bila berhasil, maka reaksi tersebutlah yang sebenarnya dapat menumbuhkan rambut kembali.

Reaksi lain yang timbul dari obat ini adalah memicu munculnya ruam gatal. Pada umumnya pemakaiannya harus diulang beberapa kali untuk memelihara pertumbuhan rambut baru.

Minoksidil

Minoksidil digunakan dengan cara mengoleskannya di kulit kepala. Umumnya dibutuhkan waktu kurang-lebih selama 12 minggu sebelum Anda melihat pertumbuhan rambut Anda.

Minoxidil sendiri merupakan obat resep sehingga penggunaannya memerlukan resep dari dokter. Pastikan Anda tetap mengikuti petunjuk penggunaan yang diberikan oleh dokter Anda.

Baca Juga: 5 Tips untuk Menangani Rambut Rontok Akibat Kemoterapi

 

Sumber

Alopecia UK. Alopecia Areata. www.alopecia.org.uk

Healthline. (2019). Everything You Need to Know About Alopecia Areata. www.healthline.com

Medical News Today. (2017). What’s to Know About Alopecia Areata?. www.medicalnewstoday.com

Web MD. (2020). Alopecia Areata. www.webmd.com