Waspada, Penyebab Demam Naik-Turun

Waspada, Penyebab Demam Naik-Turun

Penulis: Faruq

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 3 Desember 2022

 

Demam naik-turun sebenarnya bukan sebuah penyakit, melainkan sebuah gejala dari adanya gangguan kesehatan. Biasanya terjadi ketidakstabilan suhu tubuh antara siang dan malam. Meskipun dapat membaik seiring waktu, Anda sebaiknya tidak menganggap remeh demam karena bisa jadi ada penyakit yang datang menghampiri.

Demam adalah meningkatnya suhu tubuh karena infeksi. Kita mungkin tidak tahu kapan virus atau bakteri masuk ke dalam tubuh. Dengan menaikkan suhu, tubuh sebenarnya mencoba melawan infeksi yang terlanjur menyerang sistem imun.

Seseorang dikatakan demam ketika mempunyai suhu tubuh di atas rata-rata suhu normal (sekitar 37 derajat Celcius). Selain itu, biasanya penderita merasakan beberapa gejala, seperti tidak enak badan dan kekurangan energi, berkeringat dan merasa panas, dehidrasi, gemetar, gigi gemetar, wajah memerah, sulit berkonsentrasi. Pada anak-anak biasanya menunjukkan gejala, seperti panas ketika disentuh, pipi menjadi merah, dan berkeringat.

Baca Juga: Kompres saat Demam, Apakah Efektif?

Penyakit yang menyebabkan demam naik-turun

Setidaknya ada 3 penyakit yang bisa menyebabkan demam naik-turun.

Demam berdarah

Demam berdarah atau yang lebih dikenal dengan DBD adalah infeksi karena virus dengue yang menular melalui gigitan nyamuk aedes aegypti. Penyakit ini sering muncul di wilayah tropis seperti di Indonesia, terlebih pada musim penghujan.

Selain timbul ruam atau bintik-bintik merah di kulit, pasien DBD juga biasanya akan mengalami siklus demam yang dikenal dengan istilah siklus pelana kuda. Siklus demam pada demam berdarah ini memiliki pola naik-turun-naik, seperti pelana kuda.

Pasien DBD akan mengalami demam pada hari ke-1 hingga ke-3, lalu pada hari ke-4 hingga ke-6 demam akan turun (di mana ini adalah fase kritis), dan demam akan kembali naik pada fase penyembuhan (biasanya terjadi setelah fase kritis yaitu di hari ke-7 hingga hari ke-9).

Baca Juga: Demam Berdarah Dengue (DBD): Penyebab, Gejala dan Pengobatannya

Malaria

Penyebab malaria adalah parasit plasmodium yang menular melalui gigitan nyamuk. Jenis parasit ini juga ada di wilayah tropis dan subtropis, seperti Indonesia. Banyak kasus terjadi di Papua, Nusa Tenggara, Sulawesi Tengah, dan Maluku.

Gejala yang muncul dikenal dengan trias malaria, yaitu demam naik turun setelah terinfeksi, menggigil, dan berkeringat. Demam paling tinggi biasanya terjadi pada hari pertama hingga ketiga, tergantung pada parahnya infeksi. Selain itu, penderita biasanya merasakan sangat lelah dan mudah beringat.

Baca Juga: Ketahui Penyebab Malaria, Gejala, dan Pengobatannya

Tipes (demam tifoid)

Demam tipes terjadi karena bakteri salmonella yang menyebar ke manusia melalui makanan atau minuman. Umumnya, bakteri ini berada di area yang kumuh, mempunyai sanitasi yang buruk, dan akses air bersih yang terbatas.

Pola yang biasa terjadi, demam akan turun pada pagi hari dan kembali tinggi sepanjang hari (3940 derajat Celcius). Selain itu, suhu akan meningkat bertahap dari hari ke hari.

Selain demam, gejala yang muncul meliputi tidak enak badan, nyeri perut, diare, serta merasa lemas dan tidak bertenaga selama 12 minggu.

Ketika terjadi tipes, sebaiknya segera mencari bantuan medis. Karena dapat bertambah parah jika tidak segera ditangani, serta bisa menyebabkan komplikasi yang berujung fatal.

Baca Juga: Cara Mencegah Tipes (Demam Tifoid) serta Tips Pemulihan Jika Terkena

Kapan harus mencari bantuan medis?

Jangan menganggap enteng demam yang Anda alami. Anda harus tetap siaga ketika terjadi beberapa hal berikut.

1. Tingkat keparahan suhu tubuh

Suhu tubuh tiap orang berbeda-beda. Akan tetapi, rata-rata suhu tubuh orang dewasa berada di bawah 38 derajat Celcius dan untuk anak-anak di bawah 37,5 derajat Celcius.

Demam pada orang dewasa biasanya terjadi ketika suhu tubuh berada di atas 38 derajat Celcius (pengukuran dari mulut) atau di atas 38,3 derajat Celcius (pengukuran dari anus atau mulut). Sedangkan anak dan balita terjadi pada suhu tubuh di atas 38 derajat Celcius.

Jika suhu tubuh berada di atas batas normal tersebut, sebaiknya Anda waspada dan segera mencari pertolongan medis. Hiperpireksia dapat terjadi ketika suhu tubuh mencapai 41,1 derajat Celcius. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi jika tidak segera mendapat penanganan.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Tekanan Darah Berdasarkan Usia

2. Durasi gangguan

Demam bisa saja terjadi selama berhari-hari bahkan berminggu-minggu tanpa penyebab yang jelas. Dokter biasanya menilai tingkat demam melalui durasi waktu terjadinya.

  • Demam akut terjadi selama kurang dari 7 hari
  • Sub-akut terjadi selama kurang dari 14 hari
  • Demam kronis atau parah terjadi jika lebih dari 14 hari.

Hal yang perlu diwaspadai

Selain ketiga penyakit di atas, demam naik-turun bisa menjadi tanda infeksi lain. Perkembangan terakhir memperlihatkan bahwa demam menjadi gejala COVID-19.

Konsultasikan dengan dokter jika Anda mengalami berada dalam kondisi berikut ini.

  • Tetap demam setelah tiga hari, meski menjalani perawatan di rumah
  • Suhu tubuh Anda lebih dari 40 derajat Celcius
  • Menggigil dan gemetar tanpa sadar, atau gigi Anda gemetar
  • Merasa panas, tetapi tidak berkeringat
  • Kondisi tubuh semakin memburuk seiring berjalannya waktu
  • Mengalami gejala yang tidak normal, seperti halusinasi, muntah, leher kaku, ruam kulit, detak jantung cepat, menggigil atau kejang otot
  • Menjadi mudah mengantuk
  • Sakit kepala parah yang tidak merespons obat penghilang rasa sakit
  • Demam setelah bepergian ke luar negeri atau setelah bepergian ke daerah endemis malaria.

Jika Anda atau orang di sekitar mengalami demam naik-turun disertai gejala lain (seperti batuk, sesak napas, penurunan indera penciuman) sebaiknya segera mencari pertolongan medis. Dokter akan memastikan gejala yang muncul dan memberikan penanganan dengan segera.

Baca Juga: Demam Rematik, Komplikasi Berbahaya Akibat Radang Tenggorokan

 

Sumber

Better Health Channel. (2014). Fever. www.betterhealth.vic.gov.au
Centers for Disease Control and Prevention. (2018). Typhoid Fever and Paratyphoid Fever. Symptoms and Treatment. www.cdc.gov
Mayo Clinic. (2021). Malaria. www.mayoclinic.org
Medical News Today. (2020). Fever: What you need to know. www.medicalnewstoday.com
WebMD. (2019). Dengue fever. www.webmd.com