Demam Rematik, Komplikasi Berbahaya Akibat Radang Tenggorokan

Demam Rematik, Komplikasi Berbahaya Akibat Radang Tenggorokan

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Pernahkah Anda mendengar demam rematik? Demam rematik merupakan masalah kesehatan yang berkembang akibat radang tenggorokan atau demam scarlet yang tidak diobati dengan benar.

Penyakit ini adalah peradangan yang disebabkan oleh infeksi bakteri Streptococcus tipe A. Demam rematik bisa dialami oleh siapa saja di segala usia, tetapi paling sering menyerang anak-anak usia 5–15 tahun.

Meski demam rematik tidak dapat ditularkan kepada orang lain, penderita radang tenggorokan dapat menyebarkan infeksi bakteri Streptococcus melalui percikan air liur saat batuk atau bersin.

Baca Juga: Meredakan Panas Dalam pada Anak dengan Air Hangat

Penyebab dan Faktor Risiko Demam Rematik

Dalam kasus demam rematik, sistem kekebalan tubuh secara keliru menyerang jaringan sehat, terutama di jantung, persendian, kulit, dan sistem saraf pusat. Reaksi sistem kekebalan inilah yang menyebabkan peradangan.

Sayangnya, belum diketahui pasti penyebab sistem kekebalan tubuh pada penderita demam rematik menyerang tubuhnya sendiri.

Para peneliti percaya bahwa kondisi ini terjadi karena bakteri Streptococcus tipe A memiliki protein yang mirip dengan protein pada jaringan tubuh. Akibatnya, sistem kekebalan justru menyerang jaringan tubuh sendiri, karena menganggapnya sebagai zat asing, seperti bakteri.

Beberapa faktor tertentu juga dapat meningkatkan risiko Anda terkena demam rematik:

  • Faktor lingkungan, seperti kepadatan penduduk, sanitasi yang buruk, dan akses yang buruk ke layanan kesehatan
  • Berusia antara 5–15 tahun
  • Memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah
  • Faktor genetik yang diturunkan dari orang tua.

Gejala Demam Rematik

Biasanya dibutuhkan waktu sekitar 1–5 minggu setelah radang tenggorokan untuk berkembang menjadi demam rematik.

Demam rematik dapat ditandai dengan beberapa gejala, seperti:

  • Demam
  • Nyeri sendi yang paling sering pada lutut, pergelangan kaki, siku, dan pergelangan tangan
  • Nyeri pada satu sendi yang berpindah ke sendi lain
  • Sendi terlihat merah, terasa panas, atau bengkak
  • Sakit dada
  • Kelelahan
  • Ruam datar atau sedikit terangkat, tetapi tidak terasa nyeri dengan tepi yang tidak rata
  • Gerakan tubuh yang tersentak-sentak dan tidak terkendali (Sydenham chorea) yang paling sering muncul di tangan, kaki, dan wajah
  • Ledakan perilaku yang tidak biasa, seperti menangis atau tertawa yang tidak pantas, yang menyertai Sydenham chorea
  • Benjolan kecil tanpa rasa sakit di bawah kulit
  • Masalah jantung, seperti peradangan (miokarditis), jantung membesar (kardiomegali), detak jantung cepat (takikardia), atau murmur (suara berdesing pada jantung)
  • Penurunan rentang perhatian.

Baca Juga: Waspadai Bahaya Penyakit Kawasaki Pada Anak, Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Diagnosis Demam Rematik

Ketika dokter mencurigai Anda mengalami demam rematik, dokter akan menyeka tenggorokan Anda untuk memeriksa bakteri Streptococcus tipe A.

Dokter mungkin akan menggunakan tes radang cepat atau memeriksa kultur tenggorokan.

Tes radang cepat memang dapat memberikan hasil dalam 10 menit, tetapi pemeriksaan ini bisa saja memberikan hasil negatif palsu.

Sementara itu, kultur tenggorokan membutuhkan waktu beberapa hari untuk mendapatkan hasil.

Dokter juga mungkin akan melakukan tes lain bergantung pada gejala yang Anda alami, seperti tes darah untuk memastikan infeksi radang.

Bisa juga melakukan tes jantung, seperti elektrokardiogram (EKG) dan ekokardiogram (ultrasound jantung) untuk mengetahui fungsi jantung Anda.

Cara Mengatasi Demam Rematik

Adapun beberapa perawatan yang mungkin akan Anda dapatkan jika mengalami demam rematik meliputi:

1. Antibiotik

Karena demam rematik merupakan infeksi bakteri, maka perawatan yang umumnya digunakan adalah menggunakan antibiotik.

Dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati infeksi bakteri yang mendasarinya. Umumnya, dokter akan memberikan antibiotik penisilin melalui suntikan.

Pasien akan diberikan antibiotik setiap 28 hari, minimal selama 5 tahun atau hingga anak berusia 21 tahun.

Sementara pada pasien yang mengalami kerusakan pada katup jantung, antibiotik akan diberikan selama 10 tahun atau lebih.

Meski tubuh sudah terasa lebih baik atau gejala sudah hilang, jangan menghentikan pengobatan ini tanpa berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu. Menghentikan pengobatan tanpa anjuran dokter bisa menyebabkan demam rematik kambuh kembali dan kerusakan katup jantung yang lebih parah.

2. Perawatan Anti-inflamasi

Selain pemberian antibiotik, dokter juga akan meresepkan obat antiradang, seperti aspirin atau ibuprofen untuk mengurangi peradangan atau pembengkakan di seluruh tubuh.

Anda mungkin juga akan mendapatkan obat yang lebih kuat, seperti kortikosteroid, bila gejala tidak kunjung membaik.

3. Obat antikonvulsan

Dokter dapat meresepkan obat antikejang, seperti carbamazepine atau asam valproat, untuk mengatasi kejang pada pasien yang disebabkan oleh Sydenham chorea.

4. Terapi Lainnya

Pengobatan demam rematik lainnya bisa disesuaikan tergantung pada kondisi pasien itu sendiri. Jadi, pilihan perawatan antara satu pasien bisa berbeda dengan pasien lainnya.

Intinya, dokter akan berusaha untuk memberikan pengobatan yang terbaik demi kesembuhan pasien.

Bahkan dalam kasus yang sangat parah, pasien mungkin memerlukan operasi jantung atau perawatan sendi untuk mengobati komplikasi serius akibat demam rematik ini.

Komplikasi yang paling umum terjadi jika demam rematik tidak ditangani, termasuk kerusakan jantung jangka panjang atau disebut juga dengan penyakit jantung rematik.

Penyakit jantung rematik ini dapat melemahkan katup antara bilik jantung sehingga perlu penanganan serius karena bisa menyebabkan kematian.

Pencegahan Demam Rematik

Mengingat demam rematik bisa menyebabkan gejala dan komplikasi yang serius, maka Anda perlu berhati-hati akan penyakit yang satu ini.

Salah satu cara untuk menghindarinya, yakni dengan melakukan pencegahan. Pencegahan terbaik yang bisa Anda lakukan adalah dengan menjaga kebersihan.

Jadi, rajinlah mencuci tangan, terutama setelah batuk atau bersin, dan sebelum menyiapkan atau menyantap makan.

Selain itu, Anda harus mengobati radang tenggorokan atau demam scarlet setuntas mungkin ketika mengalaminya sehingga tidak menyebabkan infeksi bakteri.

Baca Juga: Kenali Gejala Demam Paratifus dan Faktor Penyebabnya

Sumber

CDC. Rheumatic Fever: All You Need to Know. www.cdc.gov

Cleveland Clinic. Rheumatic Fever. my.clevelandclinic.org

Healthline. (2018). Rheumatic Fever. www.healthline.com

Mayo Clinic. Rheumatic Fever. www.mayoclinic.org