Ketahui Fungsi Ceftriaxone dan Efek Sampingnya

Ketahui Fungsi Ceftriaxone dan Efek Sampingnya

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 9 November 2022

 

Ceftriaxone termasuk dalam kelas obat yang disebut dengan antibiotik sefalosporin. Antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri, bekerja dengan mencegah atau membunuh pertumbuhannya, serta untuk mengatasi strain bakteri yang umumnya resisten terhadap jenis antibiotik lain.

Ceftriaxone diberikan baik dengan injeksi dalam otot besar (intramuskular) atau intravena (intravena). Obat ini hanya tersedia dengan resep dokter. Ceftriaxone dan antibiotik sejenisnya tidak dapat mengobati infeksi virus, jamur, atau parasit, hanya berfungsi untuk mengobati infeksi bakteri saja.

Kegunaan

Ceftriaxone bekerja dengan memecah asam amino yang membentuk dinding sel, merusak bakteri dan menyebabkan kematian sel-sel bakteri dengan cepat. Antibiotik ini seringkali digunakan untuk mengobati infeksi kulit, pernapasan, jaringan lunak, saluran kemih, telinga, hidung, dan tenggorokan yang disebabkan oleh bakteri:

  • Spesies Citrobacter
  • Escherichia coli (E.coli)
  • Spesies Haemophilus
  • Klebsiella pneumoniae
  • Neisseria gonorrhoeae
  • Proteus mirabilis
  • Salmonella typhi
  • Serratia marcescens
  • Spesies staphylococcus
  • Streptococcus pneumoniae
  • Streptococcus pyogenes
  • Treponema pallidum

Daftar tersebut merupakan jenis bakteri yang cenderung resisten terhadap antibiotik generasi sebelumnya. Resistensi antibiotik dapat berkembang jika obat tersebut digunakan secara berlebihan. Jika bakteri menjadi resisten terhadap antibiotik tersebut, maka akan mengurangi kemampuannya dalam menyembuhkan infeksi.

Jenis Infeksi yang Diobati

Meskipun ceftriaxone dan antibiotik generasi ketiga lainnya efektif dalam mengobati berbagai macam infeksi bakteri, obat-obatan ini cenderung dicadangkan untuk kasus yang lebih sulit diobati. Sehingga hal ini dapat mencegah penggunaan obat yang berlebihan, dan dapat memperlambat perkembangan resistensi terhadap ceftriaxone. Berikut adalah daftar umum infeksi yang dapat diobati menggunakan ceftriaxone:

  • Abses otak
  • Endokarditis bakterial (infeksi jantung)
  • Meningitis bakterial merupakan radang jaringan di sekitar otak dan sumsum tulang belakang.
  • Otitis media bakterial (infeksi telinga tengah)
  • Sepsis bakteri adalah reaksi berlebihan kekebalan yang parah terhadap infeksi.
  • Infeksi bakteri kulit
  • Infeksi saluran kemih
  • Infeksi tulang dan sendi
  • Chancroid, penyakit menular seksual akibat infeksi bakteri.
  • Pneumonia yang disebabkan dari penularan di masyarakat.
  • Epididimitis, peradangan pembuluh darah di dalam testis.
  • Radang tenggorokan (Epiglottitis)
  • Gonorrhea
  • Infeksi intra abdomen
  • Infeksi saluran pernapasan bawah
  • Komplikasi neurologis penyakit lyme (Lyme neuroborreliosis).
  • Sipilis
  • Demam tifoid

Ceftriaxone juga terkadang digunakan sebelum operasi untuk mengurangi risiko infeksi pasca operasi. Ini disebut sebagai profilaksis pra operasi.

Efek Samping

Seperti semua obat-obatan dan antibiotik, ceftriaxone dapat menyebabkan efek samping. Efek yang dapat ditimbulkan umumnya mirip dengan antibiotik injeksi atau intravena pada umumnya.

Ceftriaxone tidak selalu menimbulkan gejala pada semua orang, tetapi lebih mungkin efek samping muncul jika Anda menggunakannya pada dosis yang lebih tinggi. Efek samping yang seringkali terjadi antara lain:

  • Nyeri dan kemerahan di tempat suntikan.
  • Sensasi hangat, dan pengerasan kulit setelah penggunaan intravena.
  • Diare, mulai dari ringan hingga berat.
  • Ruam yang umumnya tersebar luas pada area kulit dan muncul benjolan kecil.
  • Jumlah sel darah putih abnormal, paling sering terjadi adalah eosinofilia (eosinofil tinggi) dan leukopenia (leukosit rendah).
  • Jumlah sel darah merah yang tidak normal, terutama trombosit yang berlebihan (Trombositosis).

Efek samping yang kurang umum termasuk:

  • Sakit kepala
  • Mual
  • Muntah
  • Radang vagina (Vaginitis)
  • Sariawan

Pada anak-anak terkadang dapat mengembangkan batu empedu, karena produksi empedu yang berlebihan.

Meskipun jarang terjadi, ceftriaxone dapat menyebabkan reaksi obat yang parah dan berpotensi mengancam jiwa yang dikenal sebagai sindrom Stevens-Johnson (SJS) atau nekrolisis epidermal toksik (TEN). Keduanya ditandai dengan munculnya lepuhan dan pengelupasan kulit yang cepat dan meluas.

Stevens-Johnson (SJS) atau nekrolisis epidermal toksik (TEN) biasanya ditandai dengan gejala seperti flu, termasuk demam tinggi, sakit tenggorokan, kesulitan menelan, batuk, nyeri tubuh, dan mata merah dan bengkak.

Selama berjam-jam atau berhari-hari, ruam yang muncul atau menyakitkan dapat berkembang mulai dari batang tubuh, dan bergerak ke area wajah dan anggota badan lainnya. Lepuhan akan segera terjadi, dan diikuti dengan pengelupasan kulit secara luas.

Jika tidak ditangani sebagai keadaan darurat medis, SJS, dan TEN dapat menyebabkan dehidrasi berat, sepsis, syok, pneumonia, kegagalan organ multipel, dan kematian. Ceftriaxone memang antibiotik yang efektif, namun memiliki keterbatasan. Sehingga jika digunakan secara tidak tepat, dapat menyebabkan lebih banyak kerusakan daripada mengobati.

Baca Juga: Penggunaan Antibiotik untuk Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Sumber

Mayo Clinic. (2022). Ceftriaxone (Injection Route). www.mayoclinic.org

Cleveland Clinic. (2022). Ceftriaxone Injection. my.clevelandclinic.org

Drugs.com. (2021). Ceftriaxone (injection). www.drugs.com

Verywell Health. (2021). What to Know About Ceftriaxone. www.verywellhealth.com