Penggunaan Antibiotik untuk Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Penggunaan Antibiotik untuk Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Penulis: Justina | Editor: Agnes

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang dapat terjadi dan memengaruhi setiap bagian dari sistem saluran kemih, termasuk ginjal, kandung kemih, dan uretra. Infeksi saluran kemih dapat terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih melalui uretra, lalu berkembang biak di kandung kemih. 

Meskipun sistem kemih sudah dirancang untuk mencegah infeksi karena bakteri, terkadang pertahanan tubuh bisa gagal. ISK pada umumnya sering terjadi terutama pada wanita.

Baca Juga: Inilah 10 Daftar Makanan Yang Kaya Akan Kalium

Jenis Infeksi Saluran Kemih

Ada dua jenis ISK yang perlu Anda ketahui berdasarkan faktor penyebabnya, yaitu sistitis dan uretritis. Jenis ISK sistitis umumnya disebabkan karena infeksi dari Escherichia coli (E. coli), yaitu sejenis bakteri yang sering ditemukan di saluran gastrointestinal (GI). Hubungan seksual juga dapat menyebabkan sistitis. Pada umumnya semua wanita berisiko terkena sistitis karena anatomi tubuhnya yaitu jarak pendek dari uretra ke anus dan pembukaan uretra ke kandung kemih.

Sementara itu, ISK uretritis terjadi ketika bakteri dari saluran gastrointestinal menyebar dari anus ke uretra. Hal ini juga bisa disebabkan karena uretra wanita terletak dekat dengan vagina. Beberapa infeksi menular seksual lainnya juga berpotensi menyebabkan ISK, seperti herpes, gonore, klamidia, dan mikoplasma.

Faktor Risiko ISK

Infeksi saluran kemih sering terjadi pada wanita dan banyak wanita mengalami lebih dari satu infeksi selama hidup mereka. Faktor risiko khusus wanita bisa terkena ISK meliputi:

  • Anatomi wanita

Wanita memiliki uretra yang lebih pendek daripada pria, sehingga memperpendek jarak yang harus ditempuh bakteri untuk mencapai kandung kemih.

  • Aktivitas seksual

Wanita yang aktif secara seksual cenderung lebih berisiko terkena ISK daripada wanita yang tidak aktif secara seksual. Tidak hanya itu, memiliki pasangan seksual yang baru juga meningkatkan risiko memiliki ISK. Selain itu, aktivitas seksual juga berpotensi menularkan infeksi menular seksual sehingga dapat memperparah kondisi ISK.

Baca Juga: Orang Dewasa Bisa Cacingan! Ini 5 Rekomendasi Obat Cacing untuk Dewasa

  • Penggunaan alat pengendali kelahiran

Wanita yang menggunakan diafragma dan spermisida sebagai alat pengendali kelahiran memiliki risiko lebih tinggi mengidap ISK.

  • Menopause

Setelah terjadi menopause, sirkulasi estrogen akan menurun yang dapat menyebabkan perubahan pada salurah kemih. Hal ini yang membuat wanita lebih rentan terkena ISK.

  • Kelainan saluran kemih

Bayi yang baru lahir dengan kelainan saluran kemih juga berisiko terkena ISK. Kelainan saluran kemih mengganggu jalannya urin untuk keluar dari rubuh secara normal. Selain itu, kelainan yang menyebabkan urin kembali lagi ke uretra juga akan meningkatkan risiko ISK.

  • Kebersihan pribadi

Beberapa kebiasaan yang berkaitan dengan kebersihan juga bisa menjadi faktor risiko ISK. Umumnya seperti menyeka dari belakang ke depan ketika buang air kecil yang membuat kotoran dari anus mengenai vagina dan kebiasaan menahan urin dalam waktu yang lama.

Pengobatan ISK

ISK dapat diobati salah satunya dengan mengonsumsi antibiotik. Antibiotik yang diresepkan akan tergantung pada kondisi kesehatan dan jenis bakteri yang menyebabkan ISK.

1. Pengobatan sistitis

Obat antibiotik untuk pengobatan ISK jenis sistitis tanpa komplikasi meliputi:

  • trimethoprim-sulfametoxazol (TMP-SMX)
  • nitrofurantoin monohidrat
  • fosfomisin.

Gejala sistitis pada umumnya akan sembuh dalam waktu enam hari setelah pengobatan. Pengobatan menggunakan antibiotik bisa memakan waktu lebih lama jika Anda mengalami ISK berulang atau memiliki gejala saluran kemih yang parah. 

Selain itu, mengonsumsi antibiotik untuk mengatasi ISK jenis sistitis dapat menimbulkan efek samping seperti:

  • sakit kepala
  • pusing
  • sakit perut
  • kelelahan
  • mual
  • muntah
  • gatal
  • ruam.

Antibiotik nitrofurantoin dan fosfomycin juga harus dihindari jika ada Anda memiliki riwayat ganguan ginjal dengan gejala meliputi:

  • nyeri pinggang
  • demam
  • mual
  • muntah
  • kedinginan.

2. Pengobatan pielonefritis

Sekitar 90% infeksi ginjal akut dapat diobati dengan mengonsumsi antibiotik oral. Obat antibiotik yang paling sering diresepkan meliputi:

  • fluoroquinolones (seperti ciprofloxacin dan levofloxacin)
  • sefalosporin
  • penisilin
  • amoksisilin
  • augmentin (kalium amoksisilin-klavulanat).

Pengobatan menggunakan antibiotik tersebut hanya perlu dilakukan selama lima sampai tujuh hari untuk orang dengan infeksi ringan. Sedangkan untuk wanita hamil, memerlukan waktu pengobatan hingga 14 hari. Sementara orang dengan kekebalan tubuh yang lemah memerlukan pengobatan hingga 21 hari. Kasus infeksi yang parah juga bisa memerlukan kombinasi antibiotik intravena (IV) dan oral.

Antibiotik ini jika memiliki efek samping yang serupa dengan obat untuk mengobati ISK jenis sistitis. Namun, obat-obatan tertentu seperti penisilin dapat menyebabkan alergi di seluruh tubuh yang dapat berpotensi mengancam keselamatan jiwa (anafilaksis).

Jika tidak diobati, anafilaksis dapat mengakibatkan syok, koma, gagal jantung, hingga kematian. Oleh karena itu, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter mengenai penggunaan obat dan riwayat kesehatan lainnya.

Baca Juga: Kenali Gejala Infeksi Kandung Kemih dan Pencegahannya

Sumber

Mayo Clinic. Urinary tract infection (UTI). www.mayoclinic.org

Verywell Health. (2019). How a Urinary Tract Infection Is Treated. www.verywellhealth.com

Verywell Health. (2020). UTIs: Causes and Risk Factors. www.verywellhealth.com

WebMD. (2019). Antibiotics for UTIs: What to Know. www.webmd.com