Prosedur Pasien Gangguan Jiwa Sebelum Dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa

Prosedur Pasien Gangguan Jiwa Sebelum Dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa

Penulis: Anita | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Winda Atika Sari

Terakhir ditinjau: 17 Juni 2023

 

Gangguan kesehatan jiwa merupakan permasalahan nyata yang tidak bisa diabaikan. Malahan sejak pandemi, berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan, sebanyak 20 persen masyarakat Indonesia berpeluang mengalami masalah kesehatan mental dan terdapat peningkatan gangguan depresi serta kecemasan sebanyak 6-9 persen.

Meskipun demikian, tidak semua orang yang mengalami masalah kesehatan mental perlu diarahkan ke rumah sakit jiwa. Faktanya, ada beberapa prosedur yang harus dijalani oleh pasien gangguan jiwa sebelum dirujuk ke rumah sakit jiwa.

Baca Juga: Ketahui 5 Macam Gangguan Jiwa yang Umum Terjadi

Apa Saja Prosedur yang Harus Dilalui oleh Pasien Gangguan Jiwa Sebelum Dirujuk ke Rumah Sakit Jiwa?

Orang yang mengalami gangguan mental sering dianggap perlu masuk ke rumah sakit jiwa. Padahal, ada beberapa pemeriksaan yang perlu dilewati untuk memvonis apakah seseorang harus dimasukkan ke rumah sakit jiwa atau tidak.

Pemeriksaan-pemeriksaan ini harus dilaksanakan agar psikiater bisa mengetahui seberapa parah masalah mental yang diderita oleh pasien dan apakah pasien memiliki kemungkinan untuk menyakiti dirinya atau orang lain.

Berikut adalah beberapa prosedur pemeriksaan yang harus dijalani oleh pasien gangguan jiwa sebelum dirujuk ke rumah sakit jiwa:

1. Diskusi dengan Psikiater

Penderita gangguan mental akan diminta untuk bertemu dengan psikiater. Nantinya, psikiater akan membicarakan dan menanyakan beberapa hal seputar masalah kejiwaan dan kehidupan personal yang dimiliki, seperti rekam medis, trauma yang pernah dialami, dan cara pasien menangani gangguan jiwa yang dialami.

Terkadang psikiater juga bisa meminta izin pasien untuk berbicara dengan teman, keluarga, atau pasangan mengenai gangguan mental yang dihadapi.

2. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik perlu dilakukan untuk memastikan bahwa gejala masalah kejiwaan bukan dikarenakan masalah fisik, seperti gangguan pada saraf atau tiroid.

3. Pemeriksaan Laboratorium

Psikiater akan meminta pasien untuk menjalani pemeriksaan laboratorium, seperti tes darah, tes urine, CT Scan, dan MRI. Umumnya, psikiater juga akan menanyakan pasien mengenai obat-obatan atau suplemen yang sedang atau pernah dikonsumsi.

4. Evaluasi Mental

Pasien gangguan mental akan dievaluasi dan diobservasi perilaku, emosi, dan pemikirannya. Saat evaluasi mental, psikiater akan bertanya secara rinci perihal gejala gangguan jiwa dan dampaknya ke kehidupan sehari-hari.

5. Evaluasi Kognitif

Berbeda dengan evaluasi mental, evaluasi kognitif melibatkan analisis kemampuan pasien dalam mengingat informasi, berpikir secara jelas, dan membentuk pola pikir.

Persiapan Sebelum Pemeriksaan

Sebelum menjalani prosedur yang harus dilalui oleh pasien gangguan jiwa sebelum dirujuk ke rumah sakit jiwa, penderita gangguan mental bisa mencatat beberapa hal untuk ditunjukkan ke psikiater, seperti:

  • Trauma yang dialami
  • Emosi, pemikiran, dan perilaku yang menganggu
  • Gejala dan pemicu dari masalah mental serta seberapa sering gejala tersebut muncul
  • Durasi kemunculan gejala gangguan jiwa
  • Obat-obatan atau suplemen yang sedang atau pernah dikonsumsi

Penderita masalah kejiwaan bisa menuliskan detil-detilnya beberapa hari atau minggu sebelum menjalani pemeriksaan. Pasien juga dapat mencatat sudut pandang dari orang terdekatnya mengenai masalah mental yang dialami olehnya.

Penderita Gangguan Mental yang Perlu Masuk Rumah Sakit Jiwa

Apabila pasien gangguan jiwa mengalami masalah mental yang parah dan berpotensi membahayakan dirinya ataupun orang di sekitarnya, maka penderita sudah pasti perlu untuk dirawat di rumah sakit jiwa.

Biasanya tidak dibutuhkan persetujuan dari pasien apabila gangguan mental yang dialami terlalu parah dan tidak disadari oleh penderitanya. Namun, kasus seperti ini memerlukan pemeriksaan yang menyeluruh dengan berbagai pihak.

Kapan Penderita Gangguan Jiwa Perlu Diikat?

Kadang kala, pasien gangguan mental bisa bertindak kasar dan dapat melukai dirinya serta orang di sekitarnya. Kalau sudah demikian, penderita gangguan jiwa akan diikat dan diisolasi sendirian dalam sebuah kamar agar mereka tidak bisa keluar.

Selain diikat, pasien juga bisa diberikan obat penenang untuk menghentikan pergerakannya. Namun, isolasi, pengikatan, ataupun pemberian obat penenang hanya bisa dilakukan sebagai opsi terakhir. Oleh karena itu, tindakan ini sangat jarang dilakukan.

Apa yang Bisa Dilakukan untuk Mendukung Pasien Gangguan Mental?

Meskipun dirawat di rumah sakit jiwa, penderita gangguan mental tetap memerlukan dukungan, perhatian, dan kepedulian dari teman, keluarga, serta pasangan untuk bisa mengatasi masalah kejiwaan yang dimiliki.

Jika Anda memiliki kerabat yang mengidap atau menunjukkan ciri-ciri gangguan mental, jangan ragu untuk berdiskusi dengannya soal kondisi yang sedang dialami dan merujuknya ke psikiater atau psikolog.

Baca Juga: Waspadai Tanda-tanda Gangguan Jiwa Agitasi dan Penyebabnya

Sumber

Better Health Channel. Assessments and evaluations for mental illness treatment. www.betterhealth.vic.gov.au

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2019). Pentingnya Peran Keluarga, Institusi, dan Masyarakat Kendalikan Gangguan Kesehatan Jiwa. www.kemkes.go,id

The Royal Australian & New Zealand College of Psychiatrists. (2019). Psychiatric hospitals. www.yourhealthinmind.org

VOA. (2021). Kemenkes: Gangguan Jiwa Meningkatkan Akibat Pandemi. www.voaindonesia.com

WebMD. (2018). What Are Mental Health Assessments?. www.webmd.com