Ketahui Kontrasepsi Tubektomi dan Risikonya

Ketahui Kontrasepsi Tubektomi dan Risikonya

Penulis: Nunik | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Winda Atika Sari

Terakhir ditinjau: 1 Juni 2023

Tubektomi atau ligasi tuba adalah salah satu kontrasepsi untuk perempuan. Kontrasepsi ini bersifat permanen. Prosedurnya yaitu dengan pemotongan pada saluran telur, yang bertujuan agar saluran telur itu tidak turun ke rahim dan tidak bisa dibuahi.

Jika saluran telur sudah dipotong, akan sulit sekali untuk menyambungnya kembali. Itu sebabnya tubektomi bersifat permanen. Oleh karena itu, sebelum melakukan tubektomi hendaknya Anda pikirkan dahulu matang-matang.

Baca Juga: Levonorgestrel, Si Alat Kontrasepsi Darurat

Prosedur Tubektomi

Saat akan melakukan tubektomi, dokter akan meminta Anda melakukan persiapan. Misalnya, pemeriksaan yang perlu Anda lakukan, mencari tahu riwayat kesehatan dan alat kontrasepsi yang Anda gunakan sebelumnya, dan memberi penjelasan tentang prosedur.

Prosedur tubektomi bisa dengan dua cara yaitu laparotomi, laparoskopi, dan histeroskopi.

1. Laparotomi

Tindakan ini bersamaan dengan proses persalinan baik secara normal maupun caesar. Pada saat bersalin, sekaligus membuat sayatan atau pemotongan saluran tuba yang ada pada bagian bawah pusar.

2. Laparoskopi

Pemotongan saluran tuba tidak bersamaan dengan proses bersalin. Pada laparoskopi dokter akan melakukan operasi dengan memberikan obat bius umum.

Langkah-langkah dalam operasi laparoskopi adalah:

• Dokter akan memberikan obat bius umum melalui selang infus.
• Dokter akan memasang selang pada tenggorokan untuk membantu pasien bernapas selama proses operasi.
• Setelahnya dokter akan memberikan obat antiseptik pada bagian perut, pada area yang akan dibuat sayatan untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi.
• Membuat sayatan pada area dekat pusar.
• Akan dipompakan gas ke dalam perut pasien agar organ-organ dalam terlihat jelas.
• Membuat sayatan pada tempat lain untuk memasukkan alat laparoskopi.
• Lalu membuat sayatan lagi untuk mencapai tuba falopi.
• Dokter akan mengikat, menjepit, menyumbat, atau memotong saluran telur atau tuba falopi.
• Semua sayatan ditutup kembali.

3. Histeroskopi

Yaitu prosedur tubektomi dengan melakukan operasi, yang bisa menggunakan obat bius secara umum maupun lokal.

Langkah-langkah operasi histeroskopi adalah:

• Dokter akan memasukkan alat bernama histeroskopi ke dalam vagina hingga leher rahim.
• Alat tersebut diletakkan pada tuba falopi.
• Dilakukan tindakan berupa jaringan parut yang berfungsin untuk menyumbat tuba falopi.

Risiko pada Tubektomi

Meskipun pada sebagian orang kontrasepsi berupa tubektomi terbilang aman dan bekerja dengan baik dalam mencegah kehamilan, pada kenyataannya ada risiko, komplikasi, dan efek samping yang mungkin terjadi. Misalnya:

1. Kegagalan prosedur

Hal ini mungkin saja terjadi, yaitu meskipun sudah dioperasi dan dilakukan tindakan permanen, ada juga yang masih bisa hamil. Kehamilan yang tidak diinginkan ini terjadi karena ada kegagalan prosedur.

2. Kerusakan pada organ tubuh

Semua prosedur operasi pasti ada efek sampingnya. Pada operasi tubektomi ada kemungkinan efek samping berupa kerusakan pada kandung kemih, usus, maupun pembuluh darah besar.

3. Alergi anestesi

Ada orang yang rentan mengalami alergi pada anestesi. Akibatnya, risiko ini bisa terjadi karena semua prosedur tubektomi pasti akan dilakukan anestesi atau pemberian obat bius.

4. Infeksi

Ada kemungkinan, pada sayatan-sayatan yang dibuat, mengalami infeksi. Hal ini terjadi apabila kondisi penyembuhan pasca operasi tidak berjalan dengan baik.

5. Nyeri yang menetap

Risiko lain pada tindakan operasi tubektomi adalah kemungkin terjadinya rasa nyeri pada panggul dan bagian perut. Rasa nyeri ini bersifat menetap.

Kontrasepsi tubektomi memang merupakan kontrasepsi yang dapat bekerja dengan baik karena sifatnya permanen. Namun, ketika akan melaksanakan kontrasepsi ini, pikirkan dahulu. Lebih besar mana manfaat atau risikonya?

Baca Juga: Ketahui Metode Sterilisasi untuk Pria dan Wanita!