Anemia Defisiensi Besi: Pengertian, Penyebab, dan Gejala

Anemia Defisiensi Besi: Pengertian, Penyebab, dan Gejala

Penulis: Unik Fa | Editor: Atsa

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 23 Juli 2020

Anemia defisiensi besi bisa terjadi akibat menurunnya cadangan zat besi dalam tubuh dibawah kadar normal, dan akibatnya penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang dan pada akhirnya pembentukan hemoglobin pada tubuh menjadi berkurang.

Anemia jenis ini paling sering dijumpai di negara beriklim tropis. Anemia defisiensi besi dapat diderita oleh semua orang dari berbagai lapisan masyarakat. Namun, lebih sering menimpa anak dalam masa pertumbuhan dan pria atau wanita saat pasca menopouse.

Baca Juga : Serupa tapi Tak Sama, Inilah Perbedaan Anemia dan Tekanan Darah Rendah

Penyebab Anemia Defisiensi Besi

Anemia defisiensi besi biasanya disebabkan oleh rendahnya masukan zat besi, gangguan absorbsi dan kehilangan zat besi akibat perdarahan menahun. Rendahnya masukan besi disini misalnya seperti pada prematuritas, pada masa pertumbuhan, atau kehamilan yang membutuhkan peningkatan kebutuhan zat besi.

Sedangkan untuk gangguan absorbsi zat besi biasanya dikarenakan kolitis kronis dan gastrektomi (pengangkatan sebagian atau seluruh lambung melalui pembedahan). Selain itu, kehilangan besi akibat perdarahan menahun dapat berasal dari beberapa kasus dibawah ini:

  • Saluran Pencernaan. Akibat dari tukak peptik kanker lambung, kanker colon, divertikulosis, hemoroid, dan infeksi dari cacing tambang.
  • Saluran Napas. Hemoptoe atau yang biasa disebut batuk berdarah.
  • Saluran Kemih. Hematuria yang artinya kehadiran sel-sel darah merah (eritrosit) dalam urin (kencing berdarah)
  • Saluran Genetalia wanita. Menoragi (kondisi ketika terjadi perdarahan haid dalam jumlah yang banyak) atau Metroragi (perdarahan disfungsional uterus, adalah istilah medis yang digunakan untuk mendeskripsikan siklus haid yang tidak teratur.

Perdarahan yang terjadi secara terus-menerus menyebabkan tubuh kehilangan zat besi dan mengakibatkan cadangan besi makin menurun. Apabila kekurangan zat besi terus terjadi, maka penyediaan besi untuk eritropoesis atau proses yang menghasilkan sel darah merah terus berkurang dan menyebabkan terjadinya perubahan bentuk eritrosit, tetapi pada saat ini anemia belum terjadi.

Selanjutnya akan terjadi anemia hipokromik mikrositer (mengecilnya sel darah merah). Pada kejadian ini terjadi kekurangan besi pada epitel serta pada beberapa enzim yang dapat menimbulkan gejala pada kuku, faring, epitel mulut dan beberapa gejala lainnya.

Baca Juga : Kenali Gejala dan Cara Mengatasi Anemia Selama Kehamilan

Gejala Anemia Defisiensi Besi

Gejala “umum” anemia ditandai jika kadar hemoglobin <13,5 g/dl pada pria dan <12 g/dl pada wanita. Tubuh juga biasanya akan menjadi lemah, lesu, dan mudah capek, mata berkunang-kunang serta telinga berdengung.

Pada anemia defisiensi besi, gejala bisa sangat ringan sehingga tidak diketahui. Tetapi ketika tubuh menjadi lebih kekurangan zat besi dan anemia memburuk, tanda dan gejala semakin meningkat. Bahkan kebanyakan penderitanya tidak menyadari bahwa mereka mengalami anemia ringan sampai mereka melakukan tes darah rutin.

Gejala “khusus” anemia defisiensi besi artinya gejala-gejala berikut biasanya hanya ditemukan pada anemia defisiensi besi, diantaranya :

  • Koilorikia – Biasa disebut Spoon Nail dimana keadaan kuku menjadi rapuh, bergaris vertikal dan melengkung seperti sendok.
  • Stomatitis Angularis – Peradangan pada sudut mulut sehingga lebih terlihat seperti bercak berwarna pucat.
  • Disfagia – Raa nyeri ketika menelan karena terjadi kerusakan hipofaring
  • Atrofi Papila Lidah – Lidah menjadi licin karena papil lidah menghilang

Baca Juga : 5 Pengobatan pada Anemia Aplastik

Sumber

NHS. Iron deficiency anaemia. www.nhs.uk

American Society of hematology. Iron-Deficiency Anemia. www.hematology.org

Mayo Clinic. 2019. Iron deficiency anemia. www.mayoclinic.org

Healthline. 2020. Iron Deficiency Anemia. www.healthline.com