Waspadai Gejala TBC Kelenjar dan Cara Penanganannya
Waspadai Gejala TBC Kelenjar dan Cara Penanganannya
Penulis: Justina | Editor: Ratna
Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD
Terakhir ditinjau: 27 Desember 2022
Pada umumnya, bakteri penyebab tuberkulosis menyerang organ paru-paru. Akan tetapi pada kasus TBC kelenjar, bakteri penyebab TBC justru menyerang organ selain paru-paru seperti kelenjar getah bening, otak, tulang, saluran pencernaan, dan sebagainya.
Kondisi di mana bakteri penyebab tuberkulosis menyebabkan gejala di luar paru-paru juga disebut dengan nama skrofuladerma. Biasanya, skrofuladerma berbentuk peradangan dan iritasi kelenjar getah bening di leher. Skrofuladerma juga merupakan bentuk paling umum dari infeksi tuberkulosis yang terjadi di luar paru-paru.
Baca Juga: Perbedaan Kanker Getah Bening dan TB Kelenjar
Gejala TBC Kelenjar
TBC kelenjar seperti skrofuladerma paling sering menyebabkan pembengkakan dan lesi pada area sisi leher. Biasanya hal ini berbentuk pembengkakan kelenjar getah bening atau kelenjar getah bening bisa terasa seperti nodul bulat kecil saat diraba. Nodul tersebut biasanya bertekstur agak kasar atau tidak lembut dan terasa hangat saat disentuh. Lesi ini bisa mulai membesar bahkan mengeluarkan nanah atau cairan lain setelah beberapa minggu.
Selain itu, seseorang yang mengalami TBC kelenjar juga akan mengalami gejala seperti:
- Demam
- Malaise atau merasa tidak sehat
- Muncul keringat saat malam hari
- Berat badan menjadi turun tanpa alasan yang dapat dijelaskan
Penyebab TBC Kelenjar
TBC kelenjar pada orang dewasa bisa disebabkan karena bakteri Mycobacterium tuberculosis. Namun, ada beberapa kasus TBC kelenjar yang disebabkan karena bakteri Mycobacterium avium intracellulare.
Pada anak-anak, penyebab bakteri non tuberkulosis justru lebih sering terjadi. Hal ini terjadi karena anak-anak mudah tertular karena kebiasaan memasukkan barang-barang yang telah terkontaminasi ke dalam mulut mereka.
Faktor Risiko
Orang-orang yang mengalami defisiensi imun atau immunocompromised memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena TBC kelenjar. Seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu baik karena kondisi atau pengobatan yang mendasarinya membuat tubuh mereka menjadi tidak memiliki banyak sel sistem kekebalan seperti sel T yang berfungsi untuk melawan infeksi. Akibatnya, seseorang dengan gangguan sistem kekebalan lebih rentan terkena TBC kelenjar. Seseorang yang mengalami HIV yang menjalani terapi antiretroviral juga cenderung mengalami respons inflamasi yang lebih besar terhadap bakteri tuberkulosis.
Diagnosis
Jika dokter telah mencurigai adanya bakteri tuberkulosis yang menyebabkan suatu benjolan di leher, dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes yang dikenal sebagai tes turunan protein murni (PPD). Tes ini dilakukan dengan cara menyuntikkan sejumlah kecil PPD tepat di bawah kulit.
Jika tubuh Anda terdapat bakteri tuberkulosis, Anda akan mengalami indurasi, atau ada area kulit yang menonjol berukuran milimeter. Namun, tes ini tidak 100 persen dapat dijadikan kesimpulan bahwa Anda terkena infeksi bakteri yang menyebabkan TBC kelenjar, karena ada bakteri lain yang juga menyebabkan skrofuladerma.
Selain menggunakan cara tersebut, dokter juga bisa meminta Anda untuk melakukan tes menggunakan sinar X untuk mengetahui massa di leher, apakah terlihat seperti kasus skrofuladerma lainnya. Hal ini karena terkadang dokter salah mengidentifikasikan skrofuladerma sebagai massa leher yang dapat bersifat kanker.
Pilihan pengujian lainnya yaitu dengan melihat cairan dari kelenjar yang mengalami pembengkakan di bawah mikroskop. Dokter akan menggunakan bantuan jarum halus untuk mengambil sampel cairan. Kemudian, dokter akan menganalisis cairan untuk melihat apakah ada bakteri tuberkulosis di dalam cairan tersebut.
Penanganan dan Pengobatan TBC Kelenjar
TBC kelenjar adalah infeksi serius dan membutuhkan penanganan selama beberapa bulan. Berikut beberapa metode pengobatan untuk mengatasi TBC kelenjar.
1. Memberikan Resep Antibiotik
TBC kelenjar dapat diobati menggunakan antibiotik. Dokter akan memberikan resep yang berisi kombinasi obat yang mampu menghentikan infeksi. Metode ini adalah pengobatan jangka panjang. Pasien dengan TBC kelenjar harus mengonsumsi obat resep tersebut selama 9 sampai 9 bulan. Jika pasien TBC kelenjar memiliki kondisi gangguan kekebalan seperti HIV atau gangguan sistem kekebalan lainnya, mungkin akan memerlukan konsumsi obat antibiotik lebih lama.
2. Pembedahan
Dalam beberapa kasus, dokter bisa mengangkat kelenjar getah bening yang terkena dampak TBC kelenjar ini. Hal ini dilakukan dengan pembedahan, meski metode ini tidak selalu efektif untuk dilakukan. Akan tetapi, metode pembedahan ini mampu bekerja paling baik dalam kasus dimana skrofuladerma disebabkan karena bakteri non tuberkulosis.
Oleh karena itu, jika Anda menduga bahwa Anda mengalami skrofuladerma atau TBC kelenjar, maka segeralah untuk memeriksakan diri ke dokter agar mendapatkan perawatan medis yang cepat dan tepat untuk menyembuhkan infeksi.
Baca Juga: Waspadai Tuberkulosis Usus
SumberDrugs. (2021). Tuberculosis. drugs.com
Healthline. (2018). What Is Scrofula. www.healthline.com
NHS. Tuberculosis. www.nhs.uk
WebMD. What Is a Scrofula?. webmd.com