Pilih Obat Batuk Pseudoephedrine atau Phenylephrine?

Pilih Obat Batuk Pseudoephedrine atau Phenylephrine?

Penulis: Dita | Editor: Umi

Pseudoephedrine dan Phenylephrine merupakan dua jenis kandungan yang terdapat dalam obat batuk dan flu.

Meski obat batuk dan flu biasanya dijual bebas tanpa resep, salah satu dari kedua zat ini jika disalahgunakan sebagai psikotropika, bisa sangat berbahaya dan menyebabkan kecanduan. Oleh karena itu, BPOM melakukan pengawasan penuh terhadap penggunaannya.

Lalu, mana yang lebih baik, obat batuk dengan kandungan pseudoephedrine atau phenylephrine? Simak pembahasan lengkapnya berikut ini!

Baca Juga: Beda Gejala Batuk Pilek dan Covid-19

Perbedaan Utama Pseudoephedrine dengan Phenylephrine

Kedua zat ini sama-sama berfungsi sebagai dekongestan hidung yang digunakan untuk menghilangkan hidung tersumbat atau tekanan jangka pendek pada sinus dan saluran hidung. Masalah ini biasanya disebabkan oleh flu biasa, demam, atau alergi lainnya.

Phenylephrine

Phenylephrine adalah dekongestan hidung yang tersedia dalam bentuk tunggal atau sebagai campuran obat flu dan batuk.

Obat ini tersedia di apotek dan bisa diperoleh tanpa resep dokter. Meskipun bisa meredakan hidung tersumbat, konsumsi obat ini ternyata bisa menyebabkan peningkatan denyut jantung.

Pseudoephedrine

Pseudoephedrine adalah jenis dekongestan hidung yang tersedia dalam bentuk tunggal atau sebagai bagian dari kombinasi obat flu dan batuk.

Meski bisa dibeli tanpa resep, pembeliannya dibatasi dengan aturan yang berbeda-beda. Di Indonesia sendiri, beberapa merek obat-obatan dengan kandungan pseudoephedrine tidak bisa diperjualbelikan dengan bebas karena termasuk prekursor narkotika.

Pseudoephedrine diketahui menjadi bahan utama dalam pembuatan metamfetamin ilegal dan pernah dipakai sebagai doping untuk meningkatkan performa atlet.

Pseudoephedrine merangsang reseptor alfa-adrenergik di mukosa hidung, serta reseptor beta-adrenergik di seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan dekongestan hidung dan relaksasi bronkus, tetapi juga menyebabkan peningkatan denyut jantung dan kontraktilitas.

Kondisi Kesehatan yang Bisa Diatasi dengan Pseudoephedrine dan Phenylephrine

Ada bentuk injeksi phenylephrine yang disetujui untuk digunakan mengatasi hipotensi atau tekanan darah sangat rendah dalam situasi yang berhubungan dengan syok atau anestesi. Dosis ini biasanya diberikan dalam bentuk suntikan dengan pengawasan dokter dan tenaga medis lainnya.

Ada juga yang menggunakan obat ini untuk mengatasi priapisme iskemik (ereksi yang berlangsung terlalu lama pada pria).

Bentuk phenylephrine yang dijual bebas digunakan sebagai dekongestan hidung. Sementara itu, pseudoephedrine hanya disetujui digunakan untuk dekongestan hidung saja.

Mana yang Lebih Baik: Pseudoephedrine atau Phenylephrine untuk Mengatasi Batuk dan Flu?

Pada dasarnya, obat flu dan batuk yang mengandung kedua zat di atas bisa dibeli bebas di Indonesia. Namun, bagi Anda yang memiliki berbagai kondisi berikut ini, sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter:

  • Gangguan pada ginjal
  • Tekanan darah tinggi
  • Diabetes
  • Mengalami pembesaran kelenjar prostat
  • Gangguan tiroid
  • Mengalami penyumbatan atau penyempitan bagian sistem pencernaan yang membutuhkan tindakan medis.

Pengidap glaukoma juga sebaiknya mengkonsultasikan penggunaan pseudoephedrine pada dokter terlebih dahulu.

Wanita hamil atau menyusui sebaiknya juga berkonsultasi dengan dokter karena baik pseudoephedrine dan phenylephrine sama-sama bisa meningkatkan risiko cacat lahir pada bayi serta menurunkan produksi ASI.

Obat ini juga bisa masuk ke dalam ASI sehingga dapat berdampak pada bayi yang disusui.

Hal-hal yang Perlu Diperhatikan Sebelum Mengonsumsi Pseudoephedrine dan Phenylephrine

Ada beberapa hal lain yang juga perlu diperhatikan sebelum Anda mengonsumsi obat dengan kandungan pseudoephedrine dengan phenylephrine:

  • Pastikan Anda hanya mengonsumsi kedua jenis obat setelah berkonsultasi dengan dokter
  • Karena memiliki cara kerja yang sama, hindari menggunakan kedua obat ini bersamaan karena bisa meningkatkan tekanan darah (kecuali ada saran khusus dari dokter)
  • Hindari mengonsumsi kedua jenis obat ini bersamaan dengan obat lain termasuk vitamin atau obat-obatan herbal karena bisa membuat obat tidak efektif bahkan bisa membahayakan
  • Konsultasikan terlebih dahulu konsumsi kedua obat ini jika Anda sedang dalam pengobatan lain (misalnya saja mengonsumsi obat penambah nafsu makan, penurun berat badan atau obat asma)
  • Beberapa jenis obat antidepresan yang termasuk dalam golongan MAOIs (monoamine oxidase inhibitor) serta obat dengan kandungan isocarboxazid, amitriptilline dan doxepin juga tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan pseudoephedrine dan phenylephrine
  • Hindari menggunakan kedua obat secara berlebihan karena bisa menyebabkan sejumlah efek samping yang membahayakan
  • Pseudoephedrine sebaiknya tidak diberikan pada anak di bawah 6 tahun dan phenylephrine tidak dianjurkan untuk anak di bawah 12 tahun

Pseudoephedrine pernah menjadi satu-satunya dekongestan hidung yang tersedia di pasaran. Namun, di beberapa negara, penjualan produk mulai dibatasi dan diawasi secara ketat.

Maka dari itu, produsen berupaya memformulasikan ulang produk mereka dengan bahan aktif lain agar tetap dapat dibeli dengan mudah. Meski begitu, untuk mencegah efek yang membahayakan, pastikan Anda berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi keduanya.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Batuk Akibat Alergi dan Batuk Flu

Sumber