Kenali Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk Mengatasi COVID-19

Kenali Perbedaan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca untuk Mengatasi COVID-19

Penulis: Anggita | Editor: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 1 September 2022

 

Sampai sekarang, program vaksinasi sebagai upaya pencegahan virus COVID-19 masih terus dijalankan.

Dari semua jenis vaksin yang digunakan di Indonesia, dua di antaranya adalah vaksin Sinovac dan AstraZeneca.

Mari kenali berbagai perbedaan dari kedua jenis vaksin ini.

Baca Juga: Pahami, Cara Menggunakan Masker Kain guna Mencegah Penularan COVID

Kandungan Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

Vaksin jenis Sinovac dan AstraZeneca memiliki satu perbedaan yang signifikan, yaitu kandungannya.

Vaksin Sinovac adalah vaksin yang diproduksi oleh perusahaan farmasi asal Negeri Tiongkok.

Jenis vaksin ini dibuat dengan penggunaan partikel virus tak aktif (inactivated particles) yang berasal dari virus penyebab COVID-19, yakni SARS-CoV-2.

Yang dimaksud dengan virus tak aktif adalah ketika bagian virus penyebab penyakit sudah tidak bereplikasi (inaktif), namun masih memiliki data genetik dalam tubuhnya yang tidak berbahaya bagi tubuh.

Jika disuntikan ke dalam tubuh, maka virus tak aktif ini akan melatih kekebalan tubuh Anda untuk melawan penyakit yang menyerang.

Di sisi lain, vaksin AstraZeneca merupakan vaksin yang berasal dari Inggris.

Vaksin ini diproduksi dari hasil modifikasi adenovirus simpanse.

Adenovirus adalah jenis virus yang umum menyebabkan penyakit seperti demam.

Tak hanya itu, adenovirus simpanse juga merupakan jenis adenovirus yang umumnya menginfeksi simpanse.

Para ilmuwan berusaha untuk memodifikasi adenovirus ini untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap virus penyebab COVID-19.

Baca Juga: Ketahui Seputar COVID-19 Varian Delta

Dosis dan Jadwal Pemberian Vaksin

Dosis yang bisa diberikan untuk penggunaan vaksin Sinovac adalah 2 kali.

Setiap dosis yang digunakan adalah sebanyak 0,5 ml vaksin.

Jarak waktu yang dibutuhkan untuk memberikan vaksin dari dosis pertama ke dosis kedua adalah 2-4 minggu atau sekitar 21 hari.

Sama halnya dengan Sinovac, vaksin AstraZeneca juga bisa diberikan sebanyak 2 dosis dengan pemberian 0,5 ml vaksin di setiap dosisnya.

Perbedaannya, jarak pemberian vaksin dari dosis pertama ke dosis selanjutnya membutuhkan waktu lebih lama, yaitu sekitar 8-12 minggu atau sekitar 3 bulan.

Siapa saja yang Bisa Mendapatkan Vaksin

Menurut laman resmi Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, vaksin Sinovac dan AstraZeneca aman diberikan untuk setiap orang yang sudah berusia 18 tahun ke atas.

Pada anak-anak usia tertentu, kedua jenis vaksin ini belum direkomendasikan karena masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Walaupun begitu pada anak berusia 6 tahun ke atas, vaksin Sinovac dapat diberikan menyesuaikan dengan jadwal pemberiannya sesuai dengan peraturan KEMENKES RI.

Sementara itu, vaksin Sinovac dan AstraZeneca bisa diberikan pada ibu hamil jika manfaat vaksin lebih besar daripada risiko yang mungkin hadir. Supaya tetap aman, konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter Anda untuk mengetahui mana jenis vaksin yang sesuai dengan kondisi Anda.

Perbedaan Efektivitas Kedua Jenis Vaksin

Menurut percobaan di Brazil, vaksin Sinovac memiliki nilai efikasi hingga 50,4 persen untuk mencegah infeksi bergejala serta efektivitas hingga 67 persen pada penelitian langsung di Chile.

Pada gejala yang parah, efikasi vaksin Sinovac lebih tinggi yakni mencapai 100 persen.

Apabila Anda sudah mendapatkan dosis kedua Sinovac selama 14 hari, maka vaksin ini bisa mencegah Anda untuk dirawat di rumah sakit.

Efektivitas vaksin AstraZeneca lebih tinggi dibandingkan Sinovac dalam mencegah infeksi bergejala, yakni sekitar 72 persen, khususnya jika Anda sudah mendapatkan 2 dosis vaksin.

Efek Samping Vaksin Sinovac dan AstraZeneca

Sangat wajar jika setiap jenis vaksin memiliki efek samping yang mirip, yakni:

  • Rasa sakit atau nyeri di area yang disuntik
  • Lelah
  • Otot menjadi lemas
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Dingin
  • Demam

Meski demikian, rasa sakit karena suntikan umumnya lebih sering terjadi dibandingkan gejala-gejala umum lainnya.

Orang-orang yang mendapatkan vaksin Sinovac melaporkan bahwa efek samping demam yang terjadi lebih rendah, dibandingkan dengan orang yang mendapatkan jenis vaksin lainnya.

Sementara itu, vaksin AstraZeneca sempat menuai kontroversi karena memiliki efek samping seperti kemunculan gumpalan darah pada beberapa orang.

Meski jarang, ada beberapa efek samping dari penggunaan vaksin AstraZeneca, yakni:

  • Demam tinggi
  • Anemia hemolitik
  • Peradangan di sekitar sumsum tulang belakang

Meskipun nilai efikasi dan efek samping dari vaksin Sinovac maupun AstraZeneca berbeda, jenis vaksin apa pun yang ditawarkan untuk Anda sama amannya untuk Anda.

Menurut Andrew Thomas, M.D. di laman Prevention, setiap vaksin sudah disetujui dan terbukti dapat mengurangi gejala parah, perawatan rumah sakit, hingga kematian.

Baca Juga: Tak Hanya COVID-19, Kenali Penyebab Anosmia Lainnya!

Sumber

Healthline. (2021). AstraZeneca vs. Sinovac Vaccines: Effectiveness, Side Effects. www.healthline.com

Medical News Today. (2022). Sinovac (CoronaVac) COVID-19 vaccine: Safety and side effects. www.medicalnewstoday.com

World Health Organization. (2022). The Sinovac-CoronaVac COVID-19 vaccine: What you need to know. www.who.int

World Health Organization. (2022). The Oxford/AstraZeneca (ChAdOx1-S [recombinant] vaccine) COVID-19 vaccine: what you need to know. www.who.int

Prevention. (2022). AstraZeneca vs. Pfizer vs. Moderna vs. J&J COVID-19 Vaccine. www.prevention.com