Tak Hanya COVID-19, Kenali Penyebab Anosmia Lainnya!

Tak Hanya COVID-19, Kenali Penyebab Anosmia Lainnya!

Penulis: Anita | Editor: Ratna

Sejak pandemi COVID-19, masyarakat mulai familiar dengan istilah anosmia atau kehilangan kemampuan indra penciuman. Namun, tahukah Anda kalau kondisi anosmia tak hanya bisa muncul karena infeksi virus COVID-19 saja?

Anosmia dapat terjadi karena banyak faktor serta bisa timbul secara permanen ataupun sementara. Masalah ini tentunya dapat menganggu aktivitas sehari-hari, khususnya saat sedang mengecap makanan. Lantas, apa saja penyebab anosmia?

Baca Juga: Indera Pembau: Anatomi, Kelainan dan Kiat Menjaga Kesehatannya

Apa yang Menyebabkan Anosmia?

Saat seseorang menderita anosmia, orang itu dapat mengalami kehilangan seluruh atau sebagian indra penciumannya. Anosmia bisa bersifat sementara ataupun permanen, tergantung dari pemicunya.

Biasanya anosmia yang terjadi secara sementara disebabkan oleh adanya iritasi pada lapisan bagian hidung karena masalah kesehatan tertentu, seperti pilek dan alergi. Iritasi ini menimbulkan pembengkakan yang membuat aroma yang dihirup tidak dapat masuk ke bagian atas hidung.

Sementara itu, anosmia yang bersifat permanen dipicu oleh gangguan medis yang lebih serius, seperti tumor di otak atau cedera di bagian kepala. Masalah-masalah kesehatan ini dapat menghambat sinyal dari hidung ke otak atau mengurangi kepekaan dari saraf di hidung.

Meskipun jarang terjadi, ada beberapa orang yang memang sudah dari lahir menderita anosmia karena adanya kelainan genetik. Selain itu, usia yang sudah tua, khususnya yang berumur di atas 60 tahun, juga dapat menjadi salah satu penyebab anosmia.

Anosmia yang disebabkan oleh faktor usia dapat dikarenakan berkurangnya sel atau reseptor di hidung yang berperan dalam proses penciuman atau menurunnya kemampuan sistem saraf dalam mengelola aroma yang dihirup.

Berikut adalah beberapa pemicu lain dari anosmia, yaitu:

  • Flu
  • Epilepsi
  • Penyakit atau gangguan medis yang mempengaruhi kinerja otak atau saraf, seperti penyakit Parkinson dan Skizofrenia
  • Sinusitis
  • Kualitas udara yang buruk
  • Terpapar senyawa kimia yang merusak hidung
  • Diabetes
  • Menjalani terapi radiasi
  • Pemakaian obat-obatan tertentu, seperti obat hipertensi atau antibiotik
  • Kerusakan pada otak atau saraf
  • Gangguan pada hormon
  • Kurangnya nutrisi tertentu
  • Tiroid yang kurang aktif
  • Kebiasaan merokok atau mengonsumsi alkohol
  • Infeksi di bagian sinus atau sistem pernapasan atas
  • Pilek
  • Polip di hidung
  • Alergi
  • Struktur tulang hidung bagian dalam yang tidak normal
  • Tumor

Apa yang Terjadi Jika Anosmia Tidak Segera Diatasi?

Anosmia yang tidak disebabkan oleh masalah kesehatan yang serius sebenarnya tidaklah berbahaya. Namun, kondisi ini dapat menganggu aktivitas sehari-hari dan jika tidak segera diobati dapat menyebabkan beberapa permasalahan, seperti:

  • Berkurangnya berat badan dan nafsu makan karena kesulitan mencium dan mengecap makanan
  • Malnutrisi
  • Depresi
  • Naiknya risiko mengalami hipertensi atau masalah pada ginjal karena penambahan garam pada makanan secara berlebih
  • Kesulitan mengecek apakah makanan sudah basi atau ada tidaknya kebocoran gas

Tanda pertama dari anosmia adalah berkurangnya kemampuan dalam mencium benda-benda di sekitar, seperti aroma bunga atau makanan. Di kasus tertentu, anosmia merupakan sinyal dari adanya masalah pada saraf.

Bagaimana Proses Pemeriksaan Anosmia?
Langkah pertama yang akan dokter lakukan untuk memeriksa anosmia adalah menanyakan dan memeriksa kondisi fisik pasien serta melakukan pengecekan pada hidung.

Dokter bisa saja meminta Anda untuk melakukan beberapa pemeriksaan, seperti MRI, CT scan, endoskopi di bagian dalam hidung, atau X-ray.

Cara Mengobati

Cara menangani anosmia tentunya bisa berbeda-beda, tergantung dari penyebabnya. Anosmia yang diakibatkan oleh infeksi sinus, pilek, atau alergi dapat berangsur-angsur menghilang seletah beberapa hari.

Untuk mengatasi anosmia yang dipicu oleh pembengkakan pada lapisan bagian dalam hidung, dokter akan memberikan beberapa penanganan, seperti pemberian antihistamin, obat kortikosteroid, antibiotik, dekongestan, dan semprotan steroid untuk bagian dalam hidung.

Dokter juga dapat menyarankan penderita anosmia untuk menjalani terapi penciuman yang melibatkan pasien untuk mencium empat macam aroma sebanyak dua kali sehari selama beberapa detik.

Terapi ini dapat berlangsung selama kurang lebih empat bulan dan nantinya dokter akan mengganti jenis aromanya. Terapi ini termasuk dalam penanganan jangka panjang untuk anosmia.

Selama proses pemulihan, dokter akan meminta Anda untuk berhenti merokok dan menghindari hal-hal yang dapat memicu iritasi pada hidung.

Anosmia yang diakibatkan oleh adanya penghalang di bagian dalam hidung dapat diatasi dengan pembedahan, misalnya operasi untuk meluruskan tulang atau mengangkat polip di bagian dalam hidung.

Sayangnya, sampai sekarang belum ada cara untuk menyembuhkan orang yang dari lahir sudah mengalami anosmia atau kehilangan penciuman yang diakibatkan oleh faktor usia.

Apapun penyebabnya, Anda sangat disarankan untuk mengunjungi dokter apabila Anda mengalami kehilangan penciuman, terutama jika anosmia terjadi secara mendadak atau anosmia tidak kunjung hilang setelah beberapa hari.

Baca Juga: Beda Gejala Covid 19, Flu, dan Pilek

Sumber

Healthline. (2019). What Is Anosmia?. www.healthline.com

Mayo Clinic. (2021). Loss of Smell. www.mayoclinic.org

Medical News Today. (2020). What to Know About Anosmia. www.medicalnewstoday.com

WebMD. (2021). What Is Anosmia?. www.webmd.com