Pahami Perbedaan Narsis dan Gangguan Kepribadian Narsistik

Pahami Perbedaan Narsis dan Gangguan Kepribadian Narsistik

Penulis: Umi Fatimah

Pernahkah Anda menyebut seseorang narsis? Istilah “narsis” sering kali digunakan untuk menggambarkan seseorang yang tampak terlalu mencintai dirinya sendiri atau sangat tertarik pada kehidupannya sendiri.

Namun, banyak dari kita yang tidak menyadari bahwa ada gangguan kepribadian yang ditandai dengan sikap mementingkan diri sendiri yang berlebihan, yang disebut dengan gangguan kepribadian narsistik (NPD).

Lantas, apa bedanya memiliki perilaku narsis dengan gangguan kepribadian narsistik? Simak artikel berikut untuk mencari tahu jawabannya.

Baca Juga: Ketahui 13 Ciri-Ciri Seseorang yang Berbohong

Gangguan Kepribadian Narsistik (NPD)

Gangguan kepribadian narsistik (NPD) adalah gangguan kesehatan mental ketika seseorang mempunyai opini yang berlebihan tentang dirinya sendiri.

Orang-orang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik percaya bahwa mereka lebih unggul dari orang lain sehingga membutuhkan dan mencari terlalu banyak perhatian, serta ingin orang lain mengaguminya. Mereka juga kurang memperhatikan perasaan orang lain dan menjadi egois.

Gangguan kepribadian narsistik menyebabkan orang lain salah memahami apa yang sebenarnya terjadi pada individu tersebut. Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik akan terlihat sombong, egois, dan penuh rasa percaya diri.

Padahal, tepat di balik “topeng” rasa percaya diri yang berlebihan ini, ada perasaan malu dan terhina yang mendalam, serta kurangnya rasa percaya diri. Itulah sebabnya seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik mudah tersinggung saat dikritik.

Para ahli psikologi percaya bahwa gangguan kepribadian ini terjadi karena kemungkinan mereka menghindari perasaan tidak aman yang mendalam. Seseorang dengan gangguan kepribadian narsistik tidak ingin siapa pun menganggap ada sesuatu yang salah pada mereka, sehingga berusaha menutupinya dengan fantasi akan citra diri yang ideal dan rasa superioritas yang tidak realistis.

Untuk menguatkan khayalan mereka akan kekaguman, mereka mencoba menuntut perhatian dan validasi terus-menerus dari orang-orang di sekitarnya. Bahkan mereka tidak ragu merendahkan atau meremehkan orang lain seolah-olah menunjukkan betapa kecilnya arti orang lain bagi mereka.

Perilaku Narsisme

Narsisme atau dikenal dengan sebutan narsis merupakan sifat kepribadian. Seseorang yang menunjukkan sifat atau perilaku narsis belum tentu memiliki gangguan kepribadian narsistik (NPD).

Seorang dengan perilaku narsis mungkin juga berperilaku egois dan hiperkompetitif, tetapi tidak sampai mengganggu kehidupan sehari-hari mereka.

Terbukti bahwa Anda mungkin sering kali tertarik pada orang narsis dan menganggap mereka karismatik. Kepercayaan diri orang tersebut bisa menjadi hal yang menawan menurut kita.

Menurut Sanam Hafeez, PsyD, seorang neuropsikolog yang berbasis di NYC dan direktur Comprehend the Mind, perilaku narsis bisa terjadi karena trauma masa lalu dan rasa tidak aman yang kadang muncul.

Misalnya saja, seseorang mungkin terobsesi dan mencari pujian tentang penampilannya, tetapi itu mungkin berasal dari rasa tidak aman yang pernah dialami pada masa anak-anak.

Contoh lain adalah seseorang yang memposting terlalu banyak foto dirinya di media sosial mungkin mencari perhatian di dunia maya yang tidak mereka miliki di kehidupan nyata.

Penting juga untuk dicatat bahwa remaja memiliki kecenderungan perilaku narsisme, dan hal ini sesuai dengan perkembangannya. Ingatlah hal ini jika Anda melihat perilaku narsis pada anak-anak dan remaja.

Di sisi lain, berbeda dengan NPD, seseorang dengan perilaku narsis sering merasakan empati terhadap orang lain dan memperlakukan orang-orang dalam kehidupan mereka dengan baik. Mereka tidak menggunakan atau mengeksploitasi orang lain dengan jahat.

Sebagai contoh, seorang kolega di tempat kerja menerima pujian publik dari atasan. Kemudian selama beberapa hari setelahnya, dia berperilaku egois dan mulai bertindak seperti “bos”. Namun, setelah seminggu, perilaku narsisme ini mereda dan ia kembali bekerja secara kolaboratif.

Baca Juga: Pahami Perbedaan Psikopat dan Sosiopat

Perbedaan Gangguan Kepribadian Narsistik dengan Perilaku Narsisme

Dari penjelasan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan penting dalam tingkat keparahan, konteks, dan durasinya. Gejala gangguan kepribadian narsistik tetap konsisten dari waktu ke waktu dan muncul di sebagian besar situasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal tersebut membuat pengidap NPD tidak mampu membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Sementara sifat narsis hanya muncul dalam konteks atau waktu tertentu. Jika seseorang hanya memiliki sifat narsis, kemungkinan besar mereka akan berusaha memperbaiki hubungan tersebut dan mengubah perilaku menjadi lebih baik.

Perbedaan mendasar antara memiliki perilaku narsis dan pengidap NPD adalah tidak berempati terhadap perasaan orang lain. Seseorang dengan sifat narsis bisa menyadari ketika menyakiti orang lain dan menerima kritik yang membangun.

Sebaliknya pengidap NPD tidak memikirkan bagaimana perilaku dirinya bisa menyakiti orang lain dan enggan mengakui kesalahan. Orang dengan NPD memandang orang-orang dalam kehidupan mereka sebagai objek untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Lantas, bisakah seseorang dengan sifat narsis maupun NPD berubah menjadi lebih baik? Jawabannya akan berbeda untuk setiap orang, karena semuanya tergantung pada kesadaran diri Anda.

Hal ini karena orang dengan gangguan NPD mungkin tidak menyadari ada yang salah pada dirinya sehingga jarang mencari pengobatan. Karena itulah, jika Anda atau orang terdekat Anda merasa narsis atau menunjukkan gejala NPD, pertimbangkanlah untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater terdekat.

Baca Juga: 10 Jenis Gangguan Kepribadian yang Sering Kali Tidak Disadari

 

Sumber