Pahami Beberapa Hal Seputar Tes Keperawanan

Pahami Beberapa Hal Seputar Tes Keperawanan

Penulis: Silvia | Editor: Alhasbi

Keperawanan masih menjadi hal yang banyak diperbincangkan oleh masyarakat Indonesia. Beberapa instansi bahkan mengadakan tes keperawanan sebagai prosedur penerimaan calon anggotanya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya memahami beberapa hal seputar tes keperawanan.

Nyatanya, keperawanan dianggap sebagai kesucian dan juga harga diri dari seorang wanita. Jadi, masih banyak masyarakat yang menganggap keperawanan wanita sebagai hal penting dan mendapatkan perhatian ekstra.

Kondisi tersebut membuat sebagian orang percaya bahwa keperawanan wanita bisa diuji/tes. Padahal, tes keperawanan tidak ada sebenarnya tidak ada dalam dunia medis.

Tes Keperawanan dari Sisi Medis

Dalam dunia medis, tidak ada istilah keperawanan apalagi hingga tes untuk mengetahui kebenarannya. Keperawanan sendiri merupakan konsep norma dan sosial dalam masyarakat, bukan kondisi yang bisa terbukti secara medis.

Pada lingkup sosial, keperawanan menggambarkan kondisi wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual. Baik itu penetrasi oleh penis pada vagina, masturbasi, fingering (memasukkan jari untuk merangsang vagina), atau petting (saling menggesekkan kelamin).

Dari kacamata medis, tidak ada satu pun metode pengujian yang valid untuk mengetahui keperawanan wanita. Adapun keperawanan seorang wanita hanya bisa diketahui oleh dirinya sendiri.

Pasalnya, tidak ada ciri fisik yang bisa menggambarkan kondisi keperawanan seorang wanita. Dokter atau tenaga kesehatan lainnya pun tidak bisa memastikan apakah seorang wanita masih perawan atau tidak.

Tes Keperawanan dengan Metode Dua Jari

Meskipun begitu, tes keperawanan masih cukup lazim di beberapa negara. Dalam hal ini, tes keperawanan berguna sebagai syarat untuk melamar kerja atau menikah.

Adapun tes yang umum yaitu melalui metode dua jari. Di mana seseorang yang memeriksa akan memasukkan dua jari ke dalam vagina untuk mencari tahu apakah ada pelebaran atau robekan dalam selaput dara,

Ketika seorang wanita mengalami pelebaran atau robekan pada selaput dara, artinya dirinya sudah pernah melakukan hubungan seksual. Jadi, hasil tes keperawanan dapat menyatakan bahwa dirinya sudah tidak perawan.

Baca Juga : Ketahui Fungsi Selaput Dara pada Organ Kewanitaan

Mitos Seputar Keperawanan

Meski dalam dunia medis tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa tes keperawanan ini valid, tetapi masih banyak masyarakat yang percaya.

Hal ini pun membuat banyak mitos seputar keperawanan yang muncul ke permukaan. Walaupun mungkin terasa sangat meyakinkan, tetapi tidak ada satu pun bukti ilmiah yang menyatakan mitos tersebut benar adanya.

Berikut beberapa mitos seputar keperawanan dan penjelasannya yang perlu Anda pahami.

1. Selaput Dara Sobek

Selaput dara merupakan jaringan tipis, elastis, dan kecil di dekat lubang vagina yang berguna sebagai pelindung vagina dari paparan dunia luar.

Banyak yang menganggap bahwa sobeknya selaput dara menandakan seorang wanita sudah tidak perawan. Padahal jika dilihat dari sisi medis, tidak semua wanita memiliki selaput dara.

Ada wanita yang lahir tanpa selaput dara, beberapa wanita mungkin hanya memiliki selaput dara sangat kecil sehingga cukup sulit untuk terdeteksi.

Selain karena penetrasi penis pada vagina, selaput dara seorang wanita bisa saja robek karena beberapa hal seperti karena berolahraga, memasang tampon, atau cedera lainnya.

Bahkan pada beberapa kasus tertentu, selaput dara mungkin akan tetap utuh meski wanita tersebut sudah pernah melakukan hubungan seksual.

2. Vagina yang Longgar

Ada juga mitos yang menyebutkan bahwa vagina longgar menandakan bahwa wanita tersebut sudah tidak perawan.

Padahal sebenarnya, bentuk vagina dari setiap wanita berbeda. Jadi, bentuk vagina yang mungkin terlihat longgar atau kencang tidak bisa menjadi tolok ukur keperawanan.

Vagina memang dirancang untuk menjadi elastis secara alami. Alat kelamin wanita ini bisa mengendur selama gairah seksual untuk menampung penis saat penetrasi. Bisa juga mengencang lagi setelah berhubungan seksual.

3. Gairah Seksual Wanita

Selain itu, wanita yang masih perawan dianggap tidak boleh memiliki gairah seksual. Jadi jika vagina basah, bergairah, dan mengalami orgasme saat berhubungan intim pertama kali, itu tandanya wanita sudah pernah melakukan aktivitas seksual sebelumnya.

Tentu saja, anggapan tersebut salah besar. Normal bagi setiap orang baik wanita maupun pria untuk memiliki gairah seksual. Oleh karenanya, anggapan itu tidak dapat dibenarkan.

Baca Juga : Apakah Aman Menggunakan Selaput Dara Buatan?

Nyatanya, sulit untuk mematahkan stigma dan pemahaman masyarakat awam tentang tes keperawanan. Ini karena pemahaman ini sudah lama dan melekat di pikiran masyarakat.

Namun yang jelas, dunia medis tidak membenarkan adanya tes keperawanan. Kondisi ini justru hanya akan menyebabkan perasaan trauma pada wanita.

Selain itu, tes keperawanan dengan metode dua jari juga bisa menimbulkan perasaan malu, bersalah, dan rasa sakit.

Metode pengujian keperawanan yang digunakan juga bisa membuat wanita lebih mungkin untuk mengalami masalah seksual di kemudian hari.

Baca Juga : Mitos Mengenai Selaput Dara dan Keperawanan yang Sering Dikaitkan

Sumber

Down To Earth. (2018). Virginity not a scientific term, but a social construct: UN. downtoearth.org.in

ISSM. What is virginity testing? Why it is used, and what are its potential effects?. issm.info

Texas Tech University Risk Invention & Safety Education. (2021). The Concept of Virginity. depts.ttu.edu