Ketahui Faktor Penyebab Koma dan Gejalanya

Ketahui Faktor Penyebab Koma dan Gejalanya

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 23 Oktober 2022

 

Koma adalah sikap tidak responsif pada seorang pasien yang menyebabkannya tidak dapat terbangun dan mata tetap tertutup. Saat koma, seseorang tidak responsif terhadap lingkungan. Penderita koma tersebut masih hidup dan seperti sedang tidur, kondisi ini merupakan gangguan kesadaran yang tidak dapat dibangunkan oleh rangsangan apapun, termasuk rasa sakit.

Tingkat kesadaran dan daya tanggap akan bergantung pada seberapa besar otak pada penderita koma dapat berfungsi. Koma seringkali berlangsung selama beberapa hari atau minggu dan bisa bertahan selama beberapa tahun, meskipun jarang terjadi. Jika seseorang mengalami koma, hal ini termasuk dalam keadaan darurat medis. Tindakan cepat sangat perlu untuk mempertahankan kehidupan dan fungsi otak.

Penyebab Koma

Koma disebabkan oleh cedera pada otak akibat banyak faktor potensial seperti, cedera kepala, kehilangan oksigen, pendarahan atau tekanan pada otak, infeksi, masalah metabolisme, dan faktor lainnya. Beberapa contoh spesifik meliputi:

1. Cedera otak anoksik

Kondisi otak akibat kekurangan oksigen ke otak. Kekurangan oksigen terjadi selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian sel pada jaringan otak. Cedera otak anoksik juga dapat terjadi akibat serangan jantung, cedera kepala, tenggelam, overdosis obat, atau keracunan.

Baca Juga: Pembuluh Darah Di Otak Pecah, Apa Penyebabnya?

2. Trauma

Cedera kepala dapat menyebabkan otak membengkak atau mengalami perdarahan. Saat terjadi trauma otak mengalami pembengkakan, kemudian cairan pada bagian dalamnya dapat menekan batang otak yang dapat merusak reticular activating system (RAS). Bagian otak yang berfungsi sebagai penggerak semangat atau gairah untuk melakukan sesuatu.

3. Pembengkakan

Pembengkakan jaringan otak dapat terjadi bahkan tanpa akibat tekanan. Terkadang kekurangan oksigen, ketidakseimbangan elektrolit atau hormon bisa menjadi salah satu penyebab pembengkakan otak.

4. Pendarahan

Pendarahan pada lapisan otak dapat menyebabkan koma akibat karena pembengkakan dan tekanan pada bagian otak yang cedera. Tekanan tersebut menyebabkan otak bergeser yang mengakibatkan kerusakan pada batang otak dan RAS. Tekanan darah tinggi, aneurisma otak (pembesaran pembuluh darah otak), dan tumor adalah penyebab pendarahan non-traumatik pada otak yang merupakan salah satu penyebab koma.

5. Stroke

Kondisi tersumbatnya atau berkurangnya aliran darah ke bagian utama batang otak atau kehilangan darah yang disertai dengan pembengkakan otak. Gangguan pada pembuluh darah pada otak inilah yang menyebabkan terjadinya koma.

Baca Juga: Ketahui 3 Jenis Penyakit Stroke

6. Gula darah

Pada penderita diabetes, koma dapat terjadi ketika kadar gula dalam darah sangat tinggi yaitu hiperglikemia. Sedangkan hipoglikemia atau kadar gula darah yang terlalu rendah juga dapat menyebabkan koma. Jenis koma ini biasanya dapat sembuh dengan menormalkan kembali kadar gula darah dalam tubuh. Namun, hipoglikemia yang berkepanjangan dapat menyebabkan kerusakan otak permanen dan koma yang berkelanjutan.

7. Kekurangan Oksigen

Oksigen sangat penting untuk fungsi kerja otak. Serangan jantung menyebabkan terputusnya aliran darah dan oksigen ke otak secara tiba-tiba, kondisi ini disebut dengan hipoksia atau anoksia. Pertolongan pertama untuk masalah ini adalah dengan melakukan resusitasi jantung paru (RJP). Suatu tindakan untuk orang yang mengalami henti nafas atau henti jantung. Tenggelam atau tersedak juga dapat menyebabkan terhentinya aliran oksigen ke otak.

8. Infeksi

Infeksi yang terjadi pada sistem saraf pusat, seperti meningitis atau radang otak juga dapat menyebabkan koma.

Gejala dan Diagnosis

Saat koma, penderita tersebut tidak dapat berkomunikasi, jadi pemeriksaan yang mungkin dokter lakukan adalah melalui:

  • Mata tertutup
  • Tidak responsif
  • Pernafasan tidak teratur
  • Anggota tubuh tidak dapat merespon atau bergerak dengan sendirinya, kecuali gerakan refleks
  • Kurangnya respon terhadap rangsangan yang menyakitkan, kecuali gerakan refleks
  • Pupil mata tidak menanggapi respon cahaya

Orang yang dalam keadaan koma tidak dapat berbicara atau mengekspresikan diri. Sehingga, pencarian informasi adalah dengan mencari tanda-tanda dengan pemeriksaan fisik, antara lain:

  • Memeriksa refleks
  • Mengamati pola pernafasan
  • Memeriksa tanda-tanda memar pada kulit, kemungkinan akibat trauma
  • Menentukan respon dengan memberikan rangsangan nyeri
  • Mengamati ukuran pupil dengan rangsangan cahaya

Tes darah dan tes laboratorium juga perlu untuk menguji komplikasi lain, seperti:

  • Hitung darah lengkap, pemeriksaan sel darah untuk mengetahui kondisi kesehatan pasien secara keseluruhan
  • Fungsi tiroid dan hati
  • Tingkat elektrolit
  • Adanya keracunan karbon monoksida
  • Overdosis obat
  • Overdosis minuman keras
  • Infeksi pada sistem saraf

CT scan juga dilakukan dengan menggunakan sinar x untuk membuat gambar otak, dan beberapa tes lain seperti magnetic resonance imaging (MRI) yang menggunakan gelombang radio dan electroencephalography (EEG) untuk mengukur aktivitas listrik pada otak. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kemungkinan adanya cedera area otak dan untuk mencari tanda-tanda perdarahan otak, tumor, stroke, atau kejang.

Baca Juga: Pahami Cara Mengukur GCS untuk Mengetahui Tingkat Kesadaran

Sumber

Mayo Clinic. (2020). Coma. www.mayoclinic.org

Wew MD. (2020). Coma: Types, Causes, Treatments, Prognosis. www.webmd.com

Medical News Today. (2017). What you need to know about coma. www.medicalnewstoday.com

Healthline. (2019). Coma. www.healthline.com

EmedicineHealth. Coma. www.emedicinehealth.com