Ketahui Dampak Sodomi Terhadap Fisik dan Psikis Korban

Ketahui Dampak Sodomi Terhadap Fisik dan Psikis Korban

Penulis: Nunik | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 29 Maret 2023

 

Sodomi adalah salah satu bentuk pelecehan seksual. Biasanya dilakukan sebagai tindakan pencabulan sesama pria atau pria dengan hewan. Tentu saja sodomi meninggalkan trauma bagi korbannya, baik secara fisik maupun psikis.

Laki-laki dan perempuan bisa menjadi korban sodomi. Ketika pelaku ingin berhubungan seks dan tidak memiliki pasangan, mungkin saja melampiaskannya dengan melakukan sodomi.

Dampak yang dialami korban akan berlangsung dalam jangka panjang, bahkan bisa seumur hidup. Oleh karena itu, korban sodomi sebaiknya didampingi oleh psikolog agar dapat meredakan traumanya.

Dampak Sodomi Terhadap Fisik

Salah satu dampak negatif yang dialami korban sodomi adalah pada fisik, terutama jika pelaku menggunakan kekerasan. Dampak fisik yang mungkin dialami korban misalnya:

1. Infeksi anus

Korban sodomi sangat mungkin mengalami infeksi anus. Gejala yang paling umum terjadi adalah rasa sakit dan berdenyut secara teratur dan konstan di daerah anus. Bagian anus membengkak dan disertai rasa sakit terutama ketika buang air besar.

Korban merasa sembelit, keluar cairan dari anus, bisa juga berupa darah. Bagian tepi anus menjadi lunak, terdapat benjolan merah, dan bengkak, serta sulit buang air kecil dan besar. Mungkin juga tubuh mengalami demam akibat adanya infeksi.

2. Inkontinensia alvi

Inkontinensia alvi adalah kondisi di mana seseorang sulit menahan buang air besar. Keinginan buang air besar bisa terjadi kapan saja dan tidak dapat ditahan, sehingga tinja langsung keluar. Orang dengan inkontinensia alvi tidak dapat mengontrol keinginan buang air besar. Sering kali juga terjadi kebocoran kapan pun dan di mana pun.

Inkontinensia alvi terjadi karena otot-otot anus mengalami kerusakan. Biasanya terjadi akibat sodomi yang berulang-ulang. Otot anus atau stingfer berfungsi menahan atau mengendalikan. Tubuh memerintahkan stingfer untuk mengatur, kapan harus menahan, kapan harus meregang untuk melepas tinja. Apabila otot atau saraf di bagian ini rusak, kemampuan tersebut akan berkurang.

3. Infeksi menular seksual

Infeksi menular seksual juga bisa terjadi melalui hubungan seksual lewat dubur. Salah satu penyakit yang penularannya lewat anak seks adalah proctitis. Proctitis adalah peradangan yang terjadi pada lubang anus dan lapisan rektum.

Ketika tinja akan dikeluarkan, akan melalui usus bagian paling bawah yang menuju ke anus. Usus paling bawah inilah yang disebut rektum. Rektum ini berupa otot dan tersambung pada anus.

Ketika mengalami proctitis, rektum mengalami peradangan dan terjadi sensasi seperti ini buang air besar terus menerus. Sensasi ini bisa terjadi sebentar saja, tapi bisa juga terjadi dalam waktu lama.

Pada saat terjadi sodomi, mungkin saja bakteri salmonella, shigella, dan campylobacter masuk ke dalam anus, lalu menyebabkan proctitis. Orang-orang dengan penyakit herpes, gonore, dan chlamydia, serta HIV yang melakukan sodomi inilah yang dapat menyebabkan korbannya mengalami proctitis.

Baca Juga: 8 Penyakit Menular Seksual Paling Umum

Dampak Sodomi Terhadap Psikis

Orang yang pernah menjadi korban sodomi juga sangat mungkin mengalami guncangan mental atau gangguan psikis. Trauma dapat terjadi karena tubuh memiliki naluri untuk menyelamatkan diri dari ancaman.

Pada saat mengalami kekerasan fisik, termasuk sodomi, tubuh memerintahkan seluruh organ, otot, dan saraf, serta pikiran, untuk bertahan hidup. Seluruh organ ini dan pikiran pun mengerahkan energi luar biasa. Akibatnya alam bawah sadar menanggapinya, sehingga bisa terjadi syok.

Trauma ini kemudian muncul dalam berbagai cara. Salah satunya adalah gangguan mental.

Gangguan psikis yang biasanya dialami oleh para korban sodomi yaitu:

1. Gangguan makan

Gangguan pada tubuh orang yang telah mengalami sodomi bisa muncul berupa gangguan makan. Tubuh merespons trauma tersebut dengan mengimbangi emosi dan perasaan. Tentu saja tubuh juga berjuang keras menghadapi kondisi seperti ini. Salah satu bentuk gangguannya adalah pola makan yang tidak seperti biasanya.

Perubahan pola makan ini bisa berupa bulimia nervosa (makan banyak tetapi selalu merasa bersalah, lalu berusaha mengeluarkan makanan lagi, misalnya dengan memuntahkan makanan tersebut), bisa juga menjadi anoreksia nervosa (terobsesi memiliki tubuh sekurus mungkin, meskipun sudah sangat kurus).

2. Depresi

Biasanya berupa perilaku menyalahkan diri sendiri. Di samping itu orang yang depresi merasa sedih mendalam hingga putus asa. Kondisi ini ada yang berlangsung sementara, ada juga yang berlangsung seumur hidup.

Orang yang depresi cenderung mengisolasi diri dari orang lain, kurang termotivasi untuk mencari bantuan penyembuhan, marah, agresif terhadap orang lain maupun melukai diri sendiri, bahkan sampai berusaha bunuh diri.

3. Hypoactive sexual desire disorder

Biasa disebut dengan IDD atau HDD. Ini adalah kondisi di mana korban sodomi atau kekerasan seksual dalam bentuk lain, yang memiliki hasrat seksual rendah. Orang dengan HDD tidak tertarik atau acuh pada kegiatan seksual. Sebab, pada saat mereka akan mulai berhubungan seksual, langsung teringat pengalaman pahit ketika mengalami kekerasan seksual.

Sodomi mengakibatkan trauma yang panjang. Salah satu cara paling tepat untuk menangani adalah menceritakannya pada orang lain, termasuk pada psikolog. Sayangnya korban sodomi sering kali tidak mau menceritakan pengalaman tersebut. Padahal, apabila mau bercerita dan mendapatkan pertolongan, perlahan-lahan akan mengurangi traumanya.

Baca Juga: Waspadai Penyimpangan Seksual Masokis dan Ketahui Cara Mengatasinya

Sumber

Crossway. (2016). 10 Things You Should Know about Sexual Assault. www.crossway.org

NCBI. (2010). Prior Interpersonal Trauma. www.ncbi.nlm.nih.gov

My Health. (2019). Victims Of Rape And Sodomy. www.myhealth.gov.my

Web MD. (2005). Child Sex Abuse Affects Both Genders Long Term. www.webmd.com