Dystonia: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Dystonia: Jenis, Penyebab, Gejala, dan Penanganannya

Penulis: Dita | Editor: Umi

Dystonia merupakan kondisi yang menyebabkan penderitanya mengalami gangguan gerakan. Otot penderita dystonia akan berkontraksi tanpa sadar dan menyebabkan gerakan yang berulang atau memutar.

Dystonia bisa terjadi pada satu bagian tubuh saja, bisa juga terjadi pada dua atau lebih bagian tubuh yang berdekatan. Kontraksi atau kejang otot bisa bervariasi dari yang ringan sampai yang berat.

Selain menyakitkan, kondisi ini juga bisa mengganggu aktivitas harian Anda. Untuk mengetahui lebih jauh tentang dystonia, jenis, gejala, penyebab, dan cara penanganannya, simak penjelasan berikut ini!

Baca Juga: Gangguan Sistem Muskuloskeletal (Tulang, Sendi, Otot)

Apa yang Dimaksud dengan Dystonia?

Dystonia adalah gangguan neurologis yang sangat kompleks dan sangat bervariasi, yang ditandai dengan kontraksi otot yang tidak disengaja.

Penyakit ini adalah kondisi yang tidak mengenal batas usia, etnis, maupun ras. Anak-anak hingga orang dewasa bisa mengalaminya.

Dystonia sendiri terjadi karena adanya fungsi abnormal dari ganglia basal, bagian otak yang membantu mengontrol koordinasi gerakan. Daerah otak ini mengontrol kecepatan gerakan dan mencegah gerakan yang tidak diinginkan.

Pasien dengan kondisi dystonia mungkin akan mengalami gerakan memutar yang tidak terkendali, gerakan berulang, atau postur dan posisi abnormal. Dystonia bisa memengaruhi semua bagian tubuh termasuk lengan, kaki, badan, wajah, bahkan pita suara.

Jenis Dystonia

Ada 3 kategori utama dystonia yang dikenal dalam dunia medis, meliputi:

  • Dystonia focal. Kondisi ini adalah jenis dystonia yang paling umum dan hanya memengaruhi satu bagian tubuh saja
  • Generalized. Tipe dystonia ini memengaruhi sebagian besar atau seluruh dari bagian tubuh penderitanya
  • Segmental. Dystonia tipe segmental memengaruhi dua atau lebih bagian tubuh yang berdekatan.

Gejala Dystonia

Gejala dystonia bisa bervariasi mulai dari yang sangat ringan sampai parah. Dystonia bisa memengaruhi bagian tubuh yang berbeda dan sering kali berkembang dengan cara bertahap. Beberapa gejala awal yang mungkin Anda alami termasuk:

  • Kaki yang menyeret saat berjalan (dragging leg)
  • Kram kaki
  • Leher yang tertarik secara tidak sengaja
  • Kelopak mata berkedip tak terkendali
  • Kesulitan bicara.

Stres atau kelelahan bisa menyebabkan gejala dystonia muncul atau semakin parah. Orang dengan masalah dystonia sering mengeluh sakit dan kelelahan akibat kontraksi yang terus-menerus dari otot.

Jika dystonia terjadi pada anak-anak, gejala yang muncul pertama kali biasanya di kaki atau tangan. Gejala akan berkembang dengan cepat ke seluruh tubuh. Namun, ketika anak beranjak remaja, perkembangannya akan cenderung melambat.

Apabila seseorang yang sudah dewasa mengalami dystonia, gejala umumnya dimulai di tubuh bagian atas. Gejala kemudian akan melambat perkembangannya.

Dystonia yang terjadi pada orang dewasa cenderung tetap. Jadi, kalau di awal hanya memengaruhi satu bagian tubuh (focal), maka kondisinya akan tetap seperti itu. Begitu juga jika jenis dystonia yang dialami adalah dystonia segmental.

Baca Juga: Neurofibromatosis Tipe 1, Tumor pada Jaringan Saraf

Penyebab Dystonia

Kebanyakan kasus dystonia tidak diketahui penyebabnya. Namun, seperti yang disebutkan di awal, kondisi ini berkaitan dengan basal ganglia pada otak.

Selain itu, ada juga kondisi acquired dystonia yang disebabkan adanya kerusakan pada basal ganglia karena berbagai sebab, seperti:

  • Trauma otak
  • Stroke
  • Tumor
  • Kekurangan oksigen
  • Infeksi
  • Reaksi obat
  • Keracunan yang disebabkan oleh timbal dan karbon monoksida.

Ada pula jenis dystonia idiopatik atau primer yang diturunkan dari orang tua. Beberapa carrier (pembawa gen) mungkin tidak mengalami gejala dystonia itu sendiri. Gejala juga sangat bervariasi pada setiap orang meski berasal dari keluarga yang sama.

Penanganan terhadap Dystonia

Sampai saat ini, tidak ada obat yang bisa menyembuhkan dystonia. Namun, beberapa jenis obat bisa membantu Anda mengelola gejala yang muncul. Beberapa opsi pengobatan tersebut antara lain:

1. Suntikan Botulinum Toksin Tipe A (Botox)

Pemberian suntikan botoks pada otot yang bermasalah bisa membantu meringankan terjadinya kontraksi. Anda harus menerima suntikan sekali dalam 3 bulan.

Efek samping dari suntikan ini mencakup kelelahan, perubahan suara, dan mulut kering.

2. Obat Oral

Jenis obat-obatan yang memengaruhi neurotransmitter, yakni dopamine bisa membantu mengatasi gejala yang muncul. Dopamin bisa membantu mengontrol pusat kesenangan otak dan mengatur gerakan fisik.

3. Terapi Fisik

Pijat, heat treatment, dan olahraga ringan bisa membantu Anda menangani gejala yang muncul.

4. Pengobatan Alternatif

Meski penelitiannya masih terbatas, ada beberapa pasien yang merasa terbantu dengan beberapa jenis pengobatan alternatif, seperti:

  • Akupunktur. Metode perawatan ini merupakan praktik pengobatan kuno yang dilakukan dengan menyisipkan jarum kecil dan tipis ke berbagai titik di tubuh untuk menghilangkan rasa sakit
  • Yoga. Olahraga yang menggabungkan gerakan peregangan ringan dengan olah napas dan meditasi
  • Biofeedback. Sensor listrik yang berguna untuk memantau fungsi tubuh dan mengidentifikasi cara untuk mengontrol ketegangan otot dan tekanan darah Anda.

Pada tahapan awal, gejala dystonia umumnya sangat ringan dan terjadi karena aktivitas tertentu. Jika Anda mengalami gerakan atau kontraksi otot yang tidak diinginkan, segera hubungi penyedia layanan kesehatan untuk mendapatkan penanganan.

Baca Juga: 3 Jenis Atrofi Otot dan Cara Mengatasinya

Sumber

American Association of Neurological Surgeons. (2022). Dystonia. www.aans.org

Healthline. (2019). Uncontrolled or Slow Movement (Dystonia). www.healthline.com

Mayo Clinic. (2022). Dystonia. www.mayoclinic.org

WebMD. (2021). Dystonia: Causes, Types, Symptoms and Treatments. www.webmd.com