Rifampicin: Fungsi, Cara Pemakaian, dan Efek Sampingnya

Rifampicin: Fungsi, Cara Pemakaian, dan Efek Sampingnya

Penulis: Ericha | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. R.A Adaninggar Primadia Nariswari Sp.PD

Terakhir ditinjau: 12 Desember 2022

 

Rifampicin adalah antibiotik yang digunakan untuk mencegah atau mengobati tuberkulosis (TBC) dan infeksi lain. Tuberkulosis adalah infeksi serius yang mempengaruhi paru-paru dan bagian tubuh lainnya.

Rifampicin juga berfungsi untuk mengurangi bakteri tertentu pada hidung dan tenggorokan yang dapat menyebabkan meningitis atau infeksi lainnya. Obat ini mencegah Anda menyebarkan bakteri ke orang lain, tetapi rifampisin tidak akan mengobati infeksi meningitis aktif.

Obat ini berada dalam kelas obat yang disebut antimikobakteri. Ia bekerja dengan membunuh bakteri penyebab infeksi. Antibiotik seperti rifampisin tidak bekerja untuk pilek, flu, atau infeksi virus lainnya.

Baca Juga: Penyakit TBC: Penyebab, Gejala hingga Penularan

Peringatan Sebelum Minum Rifampicin

Beberapa obat tidak cocok untuk orang dengan kondisi tertentu, terkadang obat hanya digunakan untuk perawatan tambahan jika diperlukan. Sebelum Anda mulai menggunakan obat ini, penting untuk memberitahu ke dokter tentang kondisi yang Anda alami saat ini. Berikut kondisi yang perlu Anda konsultasikan, antara lain:

  • Sedang hamil dan menyusui.
  • Memiliki penyakit diabetes.
  • Mengalami masalah dengan cara kerja hati dan ginjal.
  • Mempunyai kulit atau bagian putih mata yang menguning (penyakit kuning)
  • Memiliki kelainan darah bawaan langka (porfiria).
  • Ketika sedang mengonsumsi obat lain (obat resep, obat tanpa resep, dan obat herbal).
  • Pernah mengalami reaksi alergi terhadap suatu obat.

Obat ini dapat membuat kontrasepsi hormonal menjadi kurang efektif, termasuk pil KB, suntikan, implan, penutup kulit, dan cincin vagina. Untuk mencegah kehamilan saat menggunakan rifampicin, Anda bisa menggunakan alat kontrasepsi penghalang seperti kondom, tutup serviks, atau spons kontrasepsi.

Baca Juga: Bagaimana TBC bisa Kambuh dan Cara Mencegahnya

Cara Pemakaian

Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, dan obat cair oral. Sebelum Anda memulai perawatan, bacalah brosur informasi tercetak yang ada dalam kemasan. Oleh karena itu, Anda akan lebih banyak informasi tentang obat ini termasuk efek samping yang kemungkinan bisa Anda alami. Berikut ini dosis yang mungkin dokter sarankan untuk masing-masing kondisi, antara lain:

  • Pengobatan standar untuk TBC, Anda diminta untuk mengambil satu dosis per hari.
  • Terapi yang diamati secara langsung untuk TBC, Anda diminta untuk mengambil satu dosis tiga kali seminggu di bawah pengawasan dokter.
  • Infeksi serius seperti brucellosis (infeksi menular dari hewan ke manusia, sebagian karena produk susu yang tidak dipasteurisasi) dan penyakit Legionnaires (jenis pneumonia yang disebabkan oleh bakteri legionella), dokter akan menyarankan untuk mengambil satu dosis beberapa kali dalam sehari.
  • Meningitis, Anda diminta untuk mengambil dua dosis sehari.
  • Haemophilus influenzae (bakteri yang dapat menyebabkan infeksi di otak, tulang, paru-paru, jantung, dan saluran pernapasan), Anda dapat mengambil satu dosis setiap hari selama empat hari.
  • Pengobatan standar untuk penyakit kusta, Anda dapat mengambil satu dosis dalam sebulan.

Rifampicin oral dapat diminum, sedangkan dalam bentuk suntikan diberikan sebagai infus ke pembuluh darah. Minum obat oral saat perut kosong setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah makan. Ambil setiap dosis dengan segelas penuh air.

Anda sebaiknya tidak berhenti menggunakan obat ini tanpa saran dokter. Menghentikan obat secara tiba-tiba dan kemudian memulai lagi bisa menyebabkan masalah ginjal. Obat ini diberikan hingga tes laboratorium menunjukkan bahwa infeksi sudah sembuh.

Efek Samping

Obat ini dapat menyebabkan perubahan warna sementara pada gigi, urin, keringat, air mata, dan air liur. Warnanya bervariasi seperti kuning, merah, coklat, atau orange. Efek samping ini biasanya tidak berbahaya. Namun, lensa kontak lunak mungkin terkontaminasi secara permanen jika Anda memakainya saat mengonsumsi rifampicin.

Secara umum, efek samping obat ini meliputi:

  • Mual, muntah, dan ketidaknyamanan perut (abdominal)
  • Diare
  • Sakit kepala
  • Gejala mirip flu (panas tinggi, menggigil, demam)
  • Kemerahan, ruam-ruam, atau gatal-gatal
  • Kelelahan dan pusing
  • Masalah dengan keseimbangan atau nyeri otot

Segera cari perawatan medis jika Anda mengalami reaksi obat yang serius dan memengaruhi banyak bagian tubuh seperti:

  • Masalah hati (sakit perut bagian atas, kelelahan, urin gelap, tinja berwarna tanah liat, atau penyakit kuning)
  • Sakit perut yang parah (diare berair atau berdarah)
  • Perubahan mental (kebingungan, perilaku yang tidak biasa)
  • Kelelahan yang tidak biasa
  • Mudah memar atau perdarahan
  • Nyeri sendi atau bengkak

Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama atau berulang-ulang dapat menyebabkan mulut sariawan atau infeksi jamur (mulut atau vagina). Segera periksakan ke dokter jika Anda melihat bercak putih di mulut, perubahan keputihan, dan gejala baru lainnya.

Baca Juga: Tips Konsumsi Obat TBC agar Selalu Tepat Jadwal

Sumber

Drugs. (2020). Rifampin Uses, Side Effects & Warnings. www.drugs.com

MedlinePlus. (2019). Rifampin: MedlinePlus Drug Information. www.medlineplus.gov

Patient. (2018). Rifampicin. www.patient.info

WebMD. Rifampicin Oral: Uses, Side Effects, Interactions. www.webmd.com