Pahami Psikologi Anak Usia Dini, Mengapa Itu Penting?

Pahami Psikologi Anak Usia Dini, Mengapa Itu Penting?

Penulis : Emy | Editor : Atsa

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 12 Desember 2022

 

Pemahaman tentang psikologi anak sangat penting dan menjadi bagian dari kesehatan keluarga. Perkembangan anak usia dini tidak hanya berfokus pada pertumbuhan fisik yang luar biasa yang dialami anak-anak, tapi juga mencakup perkembangan mental yang luar biasa. 

Kemampuan kognitif yang terkait dengan memori, penalaran, pemecahan masalah dan pemikiran terus muncul sepanjang masa kanak-kanak. Ketika berbicara tentang perkembangan kognitif masa kanak-kanak, semua berhubungan dengan kondisi psikologi anak. Pada usia ini, anak akan mendapatkan pengalaman belajar formal pertamanya, termasuk belajar bersosialisasi dengan orang lain.

Perkembangan Sosial dan Emosional

Anak usia dini cenderung memiliki perubahan suasana hati yang cepat. Sementara emosi mereka bisa sangat intens, perasaan ini juga cenderung singkat dan berumur pendek. Anda mungkin tercengang melihat bagaimana anak Anda bisa berubah dari berteriak histeris tentang mainan dan di hari yang sama duduk di depan televisi dengan tenang menonton acara favorit seperti tidak pernah merasakan emosi sebelumnya.

Anak-anak pada usia ini juga bisa sangat posesif dan sulit berbagi. Namun, belajar bergaul dengan anak-anak lain adalah keterampilan yang penting. Hanya dalam beberapa tahun, anak Anda akan beralih dari menghabiskan sebagian besar waktu mereka dengan keluarga dan teman dekat menjadi menghabiskan sebagian besar hari untuk berinteraksi, belajar, dan bermain dengan anak-anak lain di sekolah.

Kompetensi sosial tidak hanya melibatkan kemampuan bekerja sama dengan teman sebaya, tapi juga mencakup hal-hal seperti kemampuan untuk menunjukkan empati, mengungkapkan perasaan, dan berbagi dengan murah hati. 

Ada banyak hal yang dapat Anda lakukan untuk membantu anak-anak Anda mengembangkan keterampilan sosial dan emosional yang sangat penting ini, diantaranya :

Model Perilaku yang Tepat

Pengamatan memainkan peran penting dalam bagaimana anak-anak belajar hal-hal baru. Jika anak Anda melihat Anda berbagi, mengungkapkan rasa terima kasih, membantu, dan berbagi perasaan, anak Anda akan memiliki pemahaman yang baik tentang bagaimana berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.

Anda dapat membuat model tanggapan ini dalam rumah tangga Anda sendiri dengan anak Anda dan anggota keluarga lainnya. Setiap kali Anda mengatakan “tolong” atau “terima kasih”, Anda menunjukkan bagaimana Anda ingin anak-anak Anda berperilaku. Termasuk memberikan contoh dan pemahaman tentang berbagi perasaan, hal ini sangat baik untuk perkembangan mental anak.

Perkuat Perilaku Baik

Yang terpenting, pastikan untuk memberikan pujian saat anak Anda menunjukkan perilaku sosial yang baik. Membantu anak-anak Anda merasa baik tentang diri mereka sendiri juga memainkan peran penting dalam mengembangkan rasa empati dan kompetensi emosional. Dengan menciptakan iklim di mana anak-anak dibolehkan untuk berbagi perasaan mereka, anak-anak secara alami akan mulai menjadi lebih murah hati dan bijaksana.

Ajarkan Empati

Orang tua juga dapat meningkatkan empati dan membangun kecerdasan emosional dengan mendorong anak-anak mereka untuk memikirkan perasaan orang lain. Mulailah dengan bertanya tentang perasaan anak, menanyakan tentang peristiwa dalam kehidupannya atau menanyakan perasaan anak saat anak tantrum.

Setelah anak-anak menjadi terampil dalam mengekspresikan reaksi emosional mereka sendiri, mulailah mengajukan pertanyaan tentang bagaimana perasaan orang lain. “Menurutmu bagaimana perasaan Putri ketika kamu mengambil mainan yang dia mainkan?”

Ajarkan Kerjasama

Kerjasama adalah salah satu keterampilan yang sangat diuntungkan dari pengalaman langsung. Memberi anak Anda kesempatan untuk berinteraksi dan bermain dengan anak-anak lain adalah salah satu cara terbaik untuk mengajari mereka bagaimana berhubungan dengan orang lain. 

Meskipun anak Anda mungkin merasa bermain dengan teman sebaya terkadang membuat frustrasi, karena anak-anak masih belum bisa mengelola kesabaran dan kemampuan untuk berbagi, hal ini secara bertahap akan mulai membaik seiring bertambahnya usia dan pengalaman.

Saat anak-anak bermain dengan anak lain dan berinteraksi, secara alami mereka mulai mengembangkan keterampilan pemecahan masalah sosial. Upaya awal mungkin melibatkan banyak argumen dan konflik dengan saudara kandung dan teman sebaya, tetapi pada akhirnya, anak-anak belajar bagaimana bernegosiasi dan berkompromi dengan anak-anak lain.

Baca Juga: Cara Melatih Keterampilan Motorik pada Anak Berdasarkan Usia

Mengapa mengajarkan perkembangan emosi itu penting?

Perkembangan emosional yang kuat mengarah pada lima keterampilan utama: kesadaran diri, kesadaran sosial, regulasi emosional, pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan pembangunan hubungan. Keterampilan ini pada gilirannya mempengaruhi keberhasilan di sekolah, di rumah dan di kehidupan sosial.

Di sisi lain, mereka yang tidak diberi bimbingan emosional sering mengalami kesulitan secara emosional, akademis, fisik, dan perilaku. Jika Anda tidak dapat memperhatikan, mengekspresikan, dan mengelola emosi Anda, sangat sulit untuk fokus pada sekolah, berteman, atau bekerja dalam tim.

Bagaimana mendorong pertumbuhan pada tahap ini?

Tetap tenang ketika tantrum anak terjadi. Perilaku mereka adalah bagian normal dari perkembangannya. Saat perasaan balita melampaui kemampuan mereka untuk mengekspresikannya, mereka akan melakukannya dengan satu-satunya cara yang mereka tahu caranya yaitu rewel.

Tugas Anda adalah membantu mereka menemukan cara mengenali emosi dan mengendalikan emosi yang lebih baik, seperti bagaimana cara menenangkan diri. Perlu diingat, Anda tidak dapat membentaknya atau memaksa mereka tenang atau diam dengan tekanan. Ingat bahwa seorang anak selalu berhak atas emosinya. Biarkan mereka memahami perasaan mereka, perasaan Anda, berikan penjelasan, dan yang paling penting adalah bagaimana Anda menanganinya. 

Alternatif terbaik untuk mengeluarkan emosi adalah mampu mengekspresikan emosi melalui kata-kata. Jika seorang anak dapat mengatakan, “aku marah,” atau bahkan lebih baik lagi, “aku kesal karena dia mengambil mainanku”, mereka mampu untuk mengungkapkan perasaan mereka daripada sekedar menangis dan berteriak karena tidak tahu cara mengungkapkan emosinya. Ini akan membantu anak mengenali emosi mereka, dan membantu membangun kepercayaan diri.

Salah satu cara terbaik untuk membantu anak belajar tentang emosi adalah melalui cerita. Banyak pendidik dan orang tua menggunakan buku untuk menumbuhkan perkembangan emosional pada anak. Ada buku bergambar yang bisa membantu anak memahami beragam emosi dan mengenali diri dengan kata-kata yang mudah. Ini bisa memicu percakapan tentang emosi dan memberi pemahaman anak-anak tentang kata-kata yang bisa dipakai untuk mengekspresikan perasaan mereka.

Bantu anak menemukan “jalan” untuk berkembang

Proses perkembangan emosi bukanlah suatu garis lurus. Terkadang, Anda mungkin perlu menyemangati diri sendiri, tetapi memiliki “kotak peralatan emosional” yang baik akan memberikan perbedaan.

Anda bisa membantu anak-anak menemukan keterampilan yang mereka butuhkan untuk kembali kuat dan tetap bersemangat ketika hidup menjadi sulit, dan Anda bisa menunjukkan kepada mereka betapa berartinya kehidupan.

Banyak yang masih berpikir pendidikan anak usia dini hanya tentang membuat anak-anak nyaman dengan dasar-dasar akademis—bentuk, warna, berhitung—tetapi pada kenyataannya, pendidik anak usia dini memainkan peran penting dalam membantu anak-anak berkembang secara emosional dan lebih banyak lagi.

Baca Juga: Bermain Sambil Belajar untuk Stimulasi Kecerdasan dan Kreativitas Anak

 

Sumber

Psychology Today. Early Childhood. www.psychologytoday.com

Western Washington Medical Group. (2018). What Is Child Psychology And Why Is It Important?. www.wwmedgroup.com

Verywell Mind. (2019). Social and Emotional Development in Early Childhood. www.verywellmind.com

Rasmussen University. (2019). Understanding the Stages of Emotional Development in Children. www.rasmussen.edu