Mengenal Keratosis Seboroik, Masalah Kulit Pada Lansia

Mengenal Keratosis Seboroik, Masalah Kulit Pada Lansia

Penulis: Umi Fatimah

Keratosis seboroik juga dikenal sebagai kutil seboroik dan papiloma sel basal. Kutil seboroik adalah pertumbuhan tidak berbahaya pada kulit, yang sangat umum terjadi pada orang lanjut usia. Dokter menyebutnya “jinak”, yang berarti kondisi kulit ini bukan merupakan tanda kanker.

Seperti tahi lalat, keratosis seboroik terjadi ketika sel-sel kulit berlebih berkumpul di lapisan atas kulit. Keratosis seboroik bisa muncul di mana saja pada kulit, kecuali telapak tangan dan telapak kaki.

Pertumbuhan kulit ini memang tidak berbahaya dan tidak akan berkembang menjadi kanker, tetapi Anda mungkin ingin menghilangkannya karena alasan estetika atau karena dapat menyebabkan iritasi.

Sering kali, dokter dapat mengetahui apa itu keratosis seboroik hanya dengan melihatnya. Jika Anda khawatir pertumbuhan kulit tersebut mungkin kanker atau dokter tidak yakin saat melakukan pemeriksaan fisik, dokter akan melakukan biopsi untuk menghilangkan pertumbuhan tersebut dan menganalisisnya lebih lanjut.

Baca Juga: Ketahui Penyebab Lentigo pada Kulit

Seperti Apa Tampilan Keratosis Seboroik?

Keratosis seboroik biasanya berbentuk bulat atau lonjong. Warnanya bervariasi, berkisar dari cokelat muda hingga hitam.

Pada awalnya benjolan terlihat dan terasa lembut dan halus. Seiring waktu, benjolan keratosis seboroik menjadi bersisik dan tebal, seperti lilin meleleh yang menempel di kulit.

Kondisi kulit ini tidak terasa menyakitkan, tetapi dapat terasa gatal. Terkadang keratosis seboroik juga bisa menimbulkan rasa tidak nyaman karena bergesekan dengan pakaian dan mengganggu proses bercukur, serta aktivitas lain yang Anda lakukan.

Meski mengganggu, penting untuk tidak menggaruk, mencungkil, atau menggosok area tersebut. Pasalnya tindakan tersebut dapat menyebabkan keratosis seboroik membengkak, berdarah, atau terinfeksi.

Penyebab Keratosis Seboroik

Penyebab pasti keratosis seboroik masih belum diketahui. Para ahli percaya bahwa genetika berperan, karena pertumbuhan kulit ini cenderung diturunkan dalam keluarga.

Faktor lain yang dapat meningkatkan peluang Anda terkena penyakit ini meliputi:

  • Orang berkulit putih
  • Paparan sinar matahari
  • Gesekan kronis (seperti di dalam lipatan kulit)
  • Muncul selama kehamilan
  • Pernah menjalani terapi penggantian hormon.

Perlu dipahami bahwa keratosis seboroik tidak menular. Jika Anda memilikinya, kondisi ini tidak akan menyebar ke orang lain atau ke bagian lain dari tubuh Anda, meskipun biasanya dapat tumbuh banyak di beberapa bagian tubuh. Biasanya pertumbuhan kulit ini juga tidak hilang dengan sendirinya.

Baca Juga: Waspadai Gejala Pitiriasis Alba pada Kulit

Kapan Harus ke Dokter?

Keratosis seboroik umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun, periksakan ke dokter jika Anda merasakan atau melihat salah satu hal berikut:

  • Benjolan keratosis seboroik sangat mengganggu Anda, menjadi iritasi atau meradang
  • Melihat banyak pertumbuhan sekaligus. Biasanya, mereka muncul satu atau dua sekaligus dan jumlahnya bertambah.
  • bentuk keratosis seboroik Tampaknya berubah, atau tumbuh dengan cepat.
  • Berdarah dan tidak kunjung sembuh.

Pengobatan dan Pengangkatan Keratosis Seboroik

Pada kebanyakan kasus, keratosis seboroik tidak diperlukan pengobatan lebih lanjut. Namun, dokter mungkin menyarankan untuk menghilangkan pertumbuhan kulit tersebut dalam kasus berikut:

  • Dokter sulit membedakan benjolan dengan kanker kulit atau diagnosisnya tidak pasti
  • Anda tidak menyukainya dan ingin menghilangkannya
  • Benjolan keratosis seboroik menyebabkan gatal atau iritasi, atau rasa tidak nyaman karena bergesekan pada pakaian.

Jika dokter melakukan biopsi, biasanya dokter akan menghilangkan keratosis seboroik pada saat yang bersamaan. Ada beberapa cara untuk menghilangkan keratosis seboroik, antara lain:

1. Krioterapi

Dokter mengoleskan nitrogen cair ke benjolan untuk membekukan pertumbuhannya. Hal ini akan menyebabkannya rontok dalam beberapa hari atau minggu.

Salah satu efek samping yang mungkin terjadi adalah kulit tempat pertumbuhan benjolan akan kehilangan sebagian pigmennya dan terlihat lebih cerah.

2. Eksisi cukur

Dokter akan mencukur benjolan dengan pisau bedah tanpa menyentuh lapisan di bawah permukaan kulit. Sel yang dikumpulkan kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis di laboratorium.

3. Elektrokauter, kuret, atau keduanya

Dalam elektrokauter (dikenal sebagai bedah listrik), dokter menggunakan arus listrik untuk membakar benjolan, dengan anestesi lokal. Sementara melalui kuret, dokter menggunakan alat bedah khusus untuk mengikis benjolan.

Pada beberapa orang, mungkin hanya memerlukan elektrokauter atau ada yang hanya memerlukan kuretase, sementara yang lain ada pula yang memerlukan prosedur keduanya untuk menghilangkan keratosis seboroik.

4. Terapi laser

Prosedur ini menggunakan laser untuk menghilangkan benjolan. Metode ini menawarkan alternatif pembedahan dengan membakar benjolan, mensterilkan luka, dan sekaligus menutup jaringan kulit. Prosedur terapi laser memang cepat, tetapi lukanya akan terasa perih beberapa saat setelahnya.

Meski keratosis seboroik tidak berbahaya, Anda tetap harus mendiagnosisnya hanya untuk memastikan bahwa benjolan tersebut bukan penyakit lain yang bisa berbahaya. Dokter akan melakukan diagnosis dan menentukan metode terbaik, berdasarkan sifat dan lokasi pertumbuhan benjolan pada kulit Anda.

Perlu Anda pahami juga bahwa keratosis seboroik yang dihilangkan tidak akan kembali, tetapi benjolan baru akan tumbuh di tempat lain.

Baca Juga: Perbedaan Laser dan IPL untuk Permasalahan Kulit

 

Sumber

Mayo Clinic. Seborrheic keratosis. mayoclinic.org

Medline Plus. Seborrheic keratosis. medlineplus.gov

Medical News Today. What is seborrheic keratosis? medicalnewstoday.com

WebMD. What Is a Seborrheic Keratosis?. webmd.com