Memahami Mikrosefalus yang Mengintai Si Kecil

Memahami Mikrosefalus yang Mengintai Si Kecil

Penulis: Anita | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 17 April 2023

 

Saat Si Kecil lahir, dokter akan melakukan berbagai pemeriksaan untuk memastikan kalau buah hati lahir dalam keadaan yang sehat. Salah satu tes yang dilakukan adalah mengukur berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala bayi.

Saat pemeriksaan lingkar kepala, dokter bisa saja mendapati ukuran kepala bayi berada di atas atau di bawah normal. Jika lingkar kepala Si Kecil lebih kecil dari yang seharusnya, maka dokter dapat menyatakan bayi mengalami kondisi mikrosefalus.

Baca Juga: Ketahui Pentingnya Mengukur Lingkar Kepala Bayi

Apa Itu Mikrosefalus?

Mikrosefalus merupakan kelainan yang jarang terjadi saat otak bayi tidak berkembang secara sempurna yang menyebabkan lingkar kepala Si Kecil berada di bawah rata-rata bayi seusianya dengan jenis kelamin yang sama. Masalah ini bisa terlihat dalam kurun waktu dua tahun sejak kelahiran.

Umumnya perkembangan otak yang tidak normal saat masih dalam kandungan menjadi penyebab utama dari mikrosefalus, tetapi ada beberapa pemicu lain dari masalah pada bayi ini, seperti:

  • Cedera pada bagian otak saat janin masih dalam kandungan.
  • Masalah pada genetik, seperti sindrom Seckel dan down syndrome.
  • Terinfeksi virus atau mikroorganisme, terpapar senyawa kimia, atau mengonsumsi alkohol atau obat-obatan tertentu saat masa kehamilan.
  • Menderita malnutrisi saat sedang mengandung.
  • Masalah pada kemampuan tubuh dalam memecah asam amino saat proses kehamilan.
  • Peleburan garis-garis persendian tengkorak yang terlalu dini saat bayi masih dalam kandungan.
  • Kurangnya asupan oksigen pada Si Kecil saat proses persalinan.

Mikrosefalus dapat dideteksi saat pemeriksaan lingkar kepala dan tes ultrasound saat janin masih dalam kandungan. Pengecekan dengan ultrasound dapat mendiagnosis mikrosefalus saat janin berada di trimester kedua atau ketiga.

Sementara itu, untuk pemeriksaan lingkar kepala, dokter akan menghitung lingkar kepala bayi dengan melilitkan tali pengukur pada kepala Si Kecil. Pemeriksaan ini akan rutin dilakukan selama dua tahun pertama anak. Dokter akan terus memantau dan mencatat ukuran lingkar kepala bayi.

Apabila terdapat kemungkinan anak mengalami mikrosefalus, dokter dapat menggunakan CT scan, tes darah, atau MRI untuk mendeteksi seberapa parah kondisi mikrosefalus dan apa penyebab dari gangguan perkembangan otak tersebut.

Efek dari Mikrosefalus

Mikrosefalus tak hanya berdampak pada bentuk kepala buah hati, tapi juga bisa memberikan efek buruk lainnya. Pada kasus yang parah, mikrosefalus dapat menimbulkan:

  • Masalah pada tumbuh kembang anak.
  • Kejang-kejang.
  • Gangguan pada pendengaran atau penglihatan.
  • Kesulitan dalam menelan atau makan.
  • Masalah pada intelektual, kemapuan berbahasa, pembelajaran, koordinasi dan keseimbangan tubuh, serta fungsi motorik.
  • Kondisi hiperaktif.
  • Gangguan pada ekspresi wajah.

Oleh karena itu, orang tua perlu melakukan pemeriksaan pada Si Kecil dan segera berdiskusi dengan dokter apabila buah hati memang mengalami kondisi mikrosefalus.

Penanganan

Untuk saat ini belum ada obat atau penanganan khusus yang dapat menyembuhkan mikrosefalus. Dokter hanya akan fokus mengatasi efek samping dari mikrosefalus pada tumbuh kembang anak.

Dokter dapat memberikan Si Kecil obat untuk mengatasi kejang-kejang atau kondisi hiperaktif yang muncul akibat komplikasi mikrosefalus. Orang tua juga bisa membawa anak ke terapis wicara jika terdapat gangguan berbicara pada anak.

Jika mikrosefalus disebabkan oleh kelainan pada tengkorak, dokter dapat menyarankan pembedahan untuk memperbaiki bentuk tengkorak.

Biasanya, kasus mikrosefalus yang tidak parah tidak memerlukan penanganan medis tertentu dan penderitanya dapat beraktivitas secara normal.

Apakah Dapat Dicegah?

Serupa dengan pengobatannya, mikrosefalus tidak dapat dicegah, terutama jika penyebabnya adalah karena adanya masalah genetik. Namun, Anda dapat berkonsultasi ke dokter sebelum merencanakan kehamilan untuk memastikan ada tidaknya risiko anak akan menderita mikrosefalus.

Selain itu, calon ibu perlu menjaga kesehatan dengan menghindari konsumsi obat-obatan tertentu dan alkohol. Hindari juga berpergian ke tempat yang rawan penyakit tertentu, seperti daerah yang tinggi kasus infeksi virus Zika.

Jika anak terdeteksi mengalami mikrosefalus, orang tua tidak perlu ragu untuk mengunjungi dokter supaya Si Kecil dapat menjalani pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Baca Juga: Pahami Penyebab dan Gejala Hidrosefalus

Sumber

Healthline. (2019). What to Know About Microcephaly. www.healthline.com

Mayo Clinic. (2022). Microcephaly. www.mayoclinic.org

Medical News Today. (2019). What to Know About Microcephaly. www.medicalnewstoday.com

WHO. (2018). Microcephaly. www.who.int