Pahami Penyebab dan Gejala Hidrosefalus

Pahami Penyebab dan Gejala Hidrosefalus

Penulis: Dita | Editor: Umi

Ditinjau oleh: dr. Bianda Dwida

Terakhir ditinjau: 14 Juni 2023

 

Otak kita memiliki ventrikel yang menjadi saluran bagi cairan otak (cairan serebrospinal). Dalam keadaan normal, cairan ini akan mengalir melewati ventrikel untuk membasahi otak dan tulang belakang.

Ketika cairan tersebut menumpuk dalam rongga ventrikel karena berbagai sebab, maka akan terjadi peningkatan tekanan pada otak. Ketika otak mengalami tekanan terus-menerus dalam waktu lama, jaringan otak bisa mengalami kerusakan dan menyebabkan berbagai gangguan fungsi otak.

Hidrosefalus sendiri bisa terjadi pada semua kelompok usia, tapi lebih sering menyerang bayi dan lansia yang berusia 60 tahun ke atas. Untuk mempertahankan kadar cairan otak yang normal, beberapa kasus hidrosefalus memerlukan tindakan pembedahan. Ada berbagai terapi lain yang mungkin diperlukan untuk menangani hidrosefalus.

Baca Juga: Waspada Sejak Dini, Inilah Penyebab Kanker Otak pada Anak

Penyebab Hidrosefalus

Secara umum, hidrosefalus merupakan kondisi ketidakseimbangan antara jumlah cairan serebrospinal yang dihasilkan otak dengan jumlah cairan yang mampu diserap oleh peredaran darah di dalam tubuh.

Cairan serebrospinal secara normal mengalir melalui otak dan sumsum tulang belakang. Dalam kondisi tertentu, jumlahnya bisa meningkat. Penyebabnya antara lain:

  • Adanya penyumbatan yang terjadi di dalam ventrikel sehingga cairan tidak bisa mengalir dengan normal
  • Terjadi penurunan kemampuan pembuluh darah untuk menyerap cairan otak tersebut
  • Otak memproduksi terlalu banyak cairan serebrospinal.

Ketika jumlah cairan terlalu banyak, otak bisa mengalami tekanan. Tekanan ini dapat menyebabkan pembengkakan yang bisa merusak jaringan otak.

Dalam beberapa kasus, hidrosefalus bisa terjadi sejak bayi berada dalam kandungan atau yang dikenal dengan istilah hidrosefalus kongenital. Kondisi ini bisa terjadi apabila:

  • Cacat lahir di mana tulang belakang tidak menutup dengan sempurna
  • Adanya kelainan genetik
  • Infeksi tertentu selama masa kehamilan, seperti rubella.

Kondisi ini juga bisa terjadi pada bayi, balita, atau anak-anak setelah kelahiran. Penyebabnya antara lain:

  • Infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis, kasus ini biasanya terjadi pada bayi
  • Perdarahan di otak selama atau dalam proses kelahiran, terutama pada bayi yang lahir prematur
  • Cedera yang terjadi sebelum, selama atau setelah melahirkan
  • Trauma kepala
  • Tumor yang tumbuh pada sistem saraf pusat.

Baca Juga: Gejala Tumor Otak dan Perawatannya

Gejala Hidrosefalus

Tanda atau gejala yang ditimbulkan oleh hidrosefalus berbeda-beda, tergantung pada jenisnya. Gejala hidrosefalus kongenital yang umum terjadi berupa kesulitan bernapas atau kaki dan tangan yang tidak bereaksi terhadap kontraksi.

Hidrosefalus yang terjadi pada bayi, anak, atau balita setelah kelahiran umumnya menyebabkan gejala, seperti sakit kepala, pandangan ganda, rasa kantuk yang tidak biasa, mual dan muntah, tidak nafsu makan/tidak mau menyusu, kejang, keseimbangan tubuh yang buruk, muncul benjolan pada ubun-ubun, pandangan mata mengarah ke bawah, dan lingkar kepala yang lebih besar dari ukuran normal.

Dari segi perilaku atau kognitif, anak yang menderita hidrosefalus akan mudah marah dan rewel, mengalami perubahan kepribadian, kesulitan berkonsentrasi, keterlambatan dalam keterampilan (seperti berjalan atau berbicara).

Pada penderita hidrosefalus dewasa, gejala yang paling sering muncul adalah sakit kepala kronis, lesu, kehilangan koordinasi dan keseimbangan tubuh, sulit menahan buang air kecil, gangguan penglihatan, penurunan daya ingat, konsentrasi dan kemampuan berpikir lainnya. Kondisi ini biasanya akan mengganggu aktivitas harian penderitanya.

Pada lansia, gejala yang timbul kurang lebih mirip dengan yang dialami oleh penderita dewasa pada umumnya. Hanya saja biasanya disertai dengan penurunan daya ingat, penurunan kemampuan dalam berpikir, kesulitan berjalan hingga koordinasi tubuh yang buruk.

Gejala-gejala di atas dapat timbul dari waktu ke waktu, bahkan sampai tahunan. Karena salah satu kondisi bisa dikaitkan dengan hidrosefalus, ada baiknya untuk melakukan pemeriksaan secara berkala untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

Untuk mendeteksi hidrosefalus pada janin, pemeriksaan paling dini dapat dilakukan melalui USG selama kehamilan, terutama saat pemeriksaan USG antara 15 dan 35 minggu. Oleh karena itu, pastikan untuk melakukan kontrol ke bidan atau dokter kandungan secara rutin untuk memantau perkembangan janin dan kondisi kesehatan Anda.

Sementara untuk mengidentifikasi hidrosefalus pada bayi yang sudah lahir, paling mudah adalah dengan pengukuran lingkar kepala yang biasanya dilakukan rutin oleh dokter spesialis anak. Anda juga bisa melakukan pemeriksaan lingkar kepala sendiri dan diplotkan (dicatat) ke dalam buku pink KIA.

Jika ada hal yang mengkhawatirkan terkait kesehatan fisik atau pertumbuhan anak Anda, jangan ragu untuk melakukan pemeriksaan ke dokter.

Baca Juga: Bagaimana Diagnosis dan Pengobatan untuk Hidrosefalus?

 

Sumber

American Association of Neurological Surgeons. Hydrocephalus. www.aans.org

Healthline (2017). Hydrocephalus (Water in the Brain). www.healthline.com

Mayo Clinic (2019). Hydrocephalus. www.mayoclinic.com

Medical News Today (2017). What is Hydrocephalus, or Water in the Brain? www.medicalnewstoday.com