Kenali Macam-macam Pewarna Makanan

Kenali Macam-macam Pewarna Makanan

Penulis: Lely | Editor: Ratna

Sebagian besar makanan yang diwarnai secara artifisial menggunakan bahan kimia berbasis minyak bumi sintetik disebut pewarna. Pewarna yang digunakan pada makanan hampir seluruhnya memiliki nilai gizi rendah seperti, permen, makanan dan minuman ringan, dan lain sebagainya.

Beberapa makanan memang diwarnai secara artifisial dengan bahan alami, seperti beta karoten atau warna alami merah tua. Namun, hanya karena bahan-bahan tersebut adalah alami tidak berarti sepenuhnya aman. Carmine misalnya, bahan ini dapat menyebabkan reaksi alergi yang parah.

Penggunaan pewarna makanan baik alami maupun sintetis umumnya terbukti tidak menggunakan bahan alami.

Pewarna Makanan Alami

Beberapa bahan yang digunakan sebagai pewarna makanan alami yang paling umum adalah karotenoid, klorofil, antosianin, dan kunyit.

  • Karotenoid dapat menghasilkan warna merah, kuning, atau oranye, dan karotenoid yang paling terkenal adalah beta-karoten yang memberi warna pada ubi dan labu. Beta-karoten sering ditambahkan pada proses pembuatan margarin dan keju untuk memberikan warna yang lebih menggugah selera.
  • Klorofil merupakan pigmen alami yang ditemukan di semua tanaman hijau. Makanan dan minuman ringan dengan rasa mint seperti permen dan es krim sering diwarnai menggunakan klorofil.
  • Anthocyanin adalah pigmen larut air yang secara alami memberikan warna pada buah-buahan seperti anggur, blueberry, dan cranberry warna ungu tua, dan biru. Dan anthocyanin sering digunakan untuk mewarnai produk berbahan dasar air seperti minuman ringan dan jeli.
  • Kunyit tidak hanya digunakan sebagai bumbu tetapi juga sebagai pigmen untuk mengubah makanan menjadi warna kuning tua, seperti pada nasi kuning, mustard, dan makanan lainnya.

Pewarna Makanan Sintetis

Ketika pewarna makanan alami menjadi terlalu mahal karena biaya pengumpulan dan pengolahan bahan, maka solusinya adalah memakai bahan pewarna makanan buatan. Karena dapat diproduksi secara massal dengan biaya yang lebih murah, serta memiliki umur simpan yang lebih lama, dan warnanya lebih cerah.

Pada awal tahun 1856, seorang kimiawan bernama William Henry Perkin tanpa sengaja menemukan pewarna organik sintetik pertama disebut dengan mauve, yang digunakan untuk mewarnai makanan, obat-obatan, dan kosmetik.

Dan pada tahun 1900, pewarna sintetik tersebut sudah menjadi salah satu bahan untuk makanan, obat-obatan, dan kosmetik di Amerika Serikat. Namun, tidak semua zat pewarna tidak berbahaya terutama jika mengandung timbal, arsenik, dan merkuri. Terkadang pewarna digunakan untuk mempercantik makanan yang cacat atau tidak bermutu.

Hingga saat ini, ada banyak kasus tentang pembuatan pewarna sintetis yang jauh lebih murah. Sejumlah reaksi kimia dapat memproduksi produk warna yang dapat digunakan untuk mewarnai makanan dengan cara yang lebih kuat dan lebih tahan lama daripada senyawa alami.

Pembakaran tar batubara adalah salah satu cara termudah untuk membuat spektrum warna yang dapat dimanipulasi berdasarkan suhu dan waktu pembakaran. Tartrazine dan erythrosine, keduanya produk sampingan minyak bumi, sama-sama fleksibel, dan membentuk dasar dari berbagai kombinasi warna.

Pewarna Makanan yang Sering Digunakan

Ada 9 jenis pewarna sintetis yang saat ini disetujui oleh Food And Drug Administration (FDA) untuk digunakan dalam bahan makanan antara lain:

  • Biru 1 (Biru Cemerlang)
  • Biru 2 (Nila merah tua)
  • Jeruk Merah 2
  • Hijau 3 (FCF Hijau Cepat)
  • Orange B (Tidak lagi digunakan di negara Amerika Serikat, tetapi tidak pernah dilarang secara resmi)
  • Merah 3 (Eritrosin)
  • Merah 40 (Merah Allura)
  • Kuning 5 (Tartrazin)
  • Kuning 6 (Kuning Matahari Terbenam)

Makanan dan minuman umumnya mengandung campuran pewarna dengan warna yang berbeda-beda, misalnya pada es krim, permen, sereal, dan roti mengandung semua 6 jenis warna makanan buatan yang paling umum dipakai seperti warna biru 1, biru 2, merah 2, merah 3, merah 40, kuning 5, dan kuning 6.

Masalah Kesehatan dan Keselamatan

Pakar keamanan pangan telah menghimbau terkait banyaknya kekhawatiran tentang zat pewarna, alami maupun kimia. Kekhawatiran terbesar berkaitan dengan turunan tar batubara, yang telah terbukti menyebabkan asma dan masalah pernafasan lainnya bila dikonsumsi dalam jumlah banyak.

Bahan kimia lain yang digunakan untuk meningkatkan potensi warna telah dikaitkan dengan kanker tertentu, masalah jantung, dan masalah perilaku, terutama pada anak-anak. Namun, sebagian besar penelitian berfokus pada paparan yang panjang dan dalam jangka waktu yang lama.

Para peneliti cenderung setuju bahwa jumlah yang terbatas tidak menimbulkan ancaman serius, meskipun begitu masih banyak yang harus diteliti. Anda yang rentan terhadap alergi atau memiliki sistem kekebalan tubuh yang sensitif sering mengalami reaksi buruk, bahkan dari paparan yang sangat terbatas.

Baca Juga: 8 Zat Aditif pada Makanan, serta Efeknya untuk Kesehatan

Sumber

The Spruce Eats. (2021). Food Coloring History. www.thespruceeats.com

Delighted Cooking. (2022). What is Food Coloring Made of?. www.delightedcooking.com

Foodnerd. (2020). Four Incredibly Harmful Effects Artificial Dyes Have On Our Health. www.foodnerdinc.com

Healthline. (2017). Food Dyes: Harmless or Harmful?. www.healthline.com