8 Zat Aditif pada Makanan, serta Efeknya untuk Kesehatan

8 Zat Aditif pada Makanan, serta Efeknya untuk Kesehatan

Penulis: Emy | Editor: Atsa

Ditinjau oleh: dr. Putri Purnamasari 

Terakhir ditinjau: 6 November 2022

Zat yang ditambahkan ke dalam makanan untuk menjaga atau meningkatkan keamanan, kesegaran, rasa, tekstur, atau tampilan makanan disebut sebagai aditif makanan. Beberapa bahan tambahan makanan telah digunakan selama berabad-abad untuk pengawetan – seperti garam pada ikan asin kering dan gula dalam selai.

Banyak bahan tambahan makanan yang berbeda telah dikembangkan dari waktu ke waktu untuk memenuhi kebutuhan produksi pangan, karena membuat makanan dalam skala besar sangat berbeda dengan membuat makanan dalam skala kecil di rumah. Bahan tambahan diperlukan untuk memastikan makanan olahan tetap aman dan dalam kondisi baik selama perjalanannya dari pabrik atau dapur industri, selama pengangkutan ke gudang dan toko, dan terakhir ke konsumen.

Beberapa zat telah dikaitkan dengan efek kesehatan yang merugikan dan harus dihindari, sementara yang lain termasuk aman dan dapat dikonsumsi dengan risiko minimal.

1. Monosodium Glutamat (MSG)

Monosodium glutamat atau MSG adalah aditif makanan yang sangat umum digunakan untuk meningkatkan cita rasa makanan supaya lebih gurih. MSG sering ditemukan dalam berbagai makanan olahan seperti frozzen food, keripik kemasan dan sup siap saji. Selain itu, restoran siap saji juga sering memakai MSG dalam hidangan mereka.

Konsumsi MSG sering dikaitkan dengan penambahan berat badan. Beberapa orang mungkin memiliki sensitivitas terhadap MSG, sehingga mungkin mengalami gejala seperti sakit kepala setelah makan dalam jumlah besar.

2. Pewarna Makanan Buatan

Pewarna makanan buatan digunakan untuk mencerahkan dan meningkatkan penampilan segala sesuatu mulai dari permen, makanan, hingga bumbu. Selain itu, pewarna makanan buatan dapat meningkatkan risiko hiperaktif pada anak-anak. Pewarna makanan buatan juga dikhawatirkan karena berpotensi menjadi pemicu kanker.

3. Natrium Nitrit

Zat ini sering ditemukan pada daging olahan seperti sosis dan ham. Natrium nitrit bertindak sebagai pengawet untuk mencegah pertumbuhan bakteri sekaligus menambahkan warna kemerahan dan memberikan rasa gurih.

Saat terkena panas tinggi dan bertemu asam amino, nitrit dapat berubah menjadi nitrosamin, suatu senyawa yang berisiko negatif bagi kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa asupan nitrit dan nitrosamin yang tinggi meningkatkan risiko kanker perut.

Oleh sebab itu, batasi asupan natrium nitrit dan daging olahan seminimal mungkin. Cobalah mengganti daging olahan seperti sosis dan ham dengan daging asli yang belum diolah dan sumber protein asli yang sehat.

4. Sirup Jagung Fruktosa Tinggi

Sirup jagung fruktosa tinggi merupakan pemanis berbahan dasar jagung. Ini sering ditemukan dalam soda, jus kemasan, permen, sereal sarapan, dan makanan ringan.

Pemanis ini kaya akan jenis gula sederhana yang disebut fruktosa, yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius jika dikonsumsi dalam jumlah tinggi. Sirup jagung fruktosa dengan kadar yang tinggi telah dikaitkan dengan penambahan berat badan dan menjadi penyebab diabetes.

Minuman dengan pemanis fruktosa meningkatkan kadar lemak perut dan kadar gula darah, ditambah penurunan sensitivitas insulin dibandingkan dengan minuman dengan pemanis glukosa biasa. Karena itu, hindari camilan manis dan makanan yang terkandung pemanis sirup jagung fruktosa tinggi.

5. Pemanis Buatan

Pemanis buatan digunakan dalam banyak makanan dan minuman diet untuk meningkatkan rasa manis sekaligus mengurangi kandungan kalori. Jenis pemanis buatan yang umum digunakan dalam imdustri antara lain aspartam, sukralosa, sakarin, dan kalium acesulfame.

Studi menunjukkan bahwa pemanis buatan dapat membantu menurunkan berat badan dan mengontrol kadar gula darah. Namun, jenis tertentu dapat menyebabkan efek samping ringan seperti sakit kepala dan batuk jika dikonsumsi berlebihan.

6. Natrium Benzoat

Natrium benzoat atau sodium benzoat adalah pengawet yang sering ditambahkan ke minuman berkarbonasi, bumbu instan, dan makanan kemasan. Zat ini secara umum telah diakui aman, namun beberapa penelitian telah mengungkap potensi efek samping yang harus dipertimbangkan.

Sodium benzoat sering dikaitkan dengan peningkatan hiperaktif. Jika dikombinasikan dengan vitamin C, maka memungkinkan terbentuknya benzena, senyawa yang terkait dengan risiko perkembangan kanker.

7. Lemak Trans

Lemak trans adalah jenis lemak tak jenuh yang telah mengalami hidrogenasi, sehingga meningkatkan umur simpan dan meningkatkan konsistensi produk. Lemak trans dapat ditemukan dengan mudah di berbagai jenis makanan olahan seperti makanan yang dipanggang, margarin, popcorn microwave dan biskuit.

Banyak penelitian telah mengaitkan asupan lemak trans yang lebih tinggi dengan risiko penyakit jantung yang lebih tinggi. Penelitian juga menunjukkan kemungkinan adanya hubungan antara lemak trans dan diabetes.

Buatlah beberapa perubahan sederhana yang lebih sehat, seperti menggunakan mentega sebagai pengganti margarin.

8. Perasa Buatan

Perasa buatan merupakan bahan kimia yang dirancang untuk meniru rasa dati bahan lain. Perasa buatan dapat digunakan untuk meniru berbagai rasa yang berbeda, seperti rasa keju, jagung, hingga rasa buah-buahan.

Baca Juga:Bahaya Junk Food bagi Kesehatan Tubuh

 

Sumber

WHO. (2018). Food additives. www.who.int

Health Line. (2018). 12 Common Food Additives — Should You Avoid Them?. www.healthline.com

British Nutrition Foundation. Additives. www.nutrition.org.uk