Kenali 8 Gejala Demam Berdarah pada Bayi

Kenali 8 Gejala Demam Berdarah pada Bayi

Penulis: Meimei | Editor: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 26 Oktober 2022

 

Demam berdarah (DBD) merupakan salah satu penyakit mematikan yang banyak terjadi di Indonesia.

Wilayah tropis memang menjadi lokasi berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti yang menyebarkan virus penyakit ini.

Baca Juga: Ketahui Jenis-jenis Pemeriksaan untuk Demam Berdarah

Fakta Singkat Demam Berdarah 

Selain pada orang dewasa, penyakit ini juga rawan menjangkit bayi dan balita dengan risiko yang mematikan, termasuk mengancam nyawa buah hati Anda.

Berikut adalah fakta yang wajib Anda pahami sebagai orangtua:

  • Bayi berusia di bawah 1 tahun yang terkena demam berdarah memiliki risiko kematian yang lebih tinggi. Terlebih lagi jika Anda tidak segera membawanya ke dokter dan memberikan penanganan yang tepat.
  • Kebanyakan orang tua terlambat memberikan penanganan karena gagal mengenali gejalanya.
  • Seringkali kondisi ini hanya ditandai dengan bayi yang lebih rewel dan menangis terus-menerus.

Gejala Demam Berdarah pada Bayi

Bayi Anda tidak akan langsung terkena demam berdarah setelah digigit nyamuk Aedes Aegypti. Setidaknya membutuhkan waktu 4-10 hari untuk memunculkan gejalanya.

Beberapa indikasi yang harus diperhatikan adalah:

  • Demam Tinggi

Bayi Anda menunjukkan gejala demam berdarah apabila terus menerus demam selama dua sampai tujuh hari. Pantau suhu tubuhnya secara berkala untuk memastikannya. Biasanya suhu bayi bisa mencapai 39 derajat sampai 41 derajat celcius.

  • Gangguan Pencernaan

Bayi yang mengalami mual, muntah dan nyeri perut juga bisa menjadi salah satu pertanda. Biasanya ini dibarengi dengan menolak makan atau minum susu seperti biasa.

  • Nafsu Makan Berkurang

Bayi yang menolak makan atau minum susu tidak seperti biasa menandakan kondisi tubuhnya sedang kurang baik.

  • Terus Mengantuk dan Rewel 

Bayi yang terkena DBD akan merasa lemas dan mengantuk secara terus menerus.

Selain itu, mulailah untuk memperhatikan dengan seksama, apakah bayi Anda jauh lebih rewel dari biasanya atau tidak.

  • Ruam pada Kulit

Ruam atau kemerahan pada kulit bisa menjadi indikasi demam berdarah. Coba pastikan dengan seksama, apakah terdapat bintik-bintik kemerahan yang muncul di bagian tubuh si kecil.

  • Mimisan atau Gusi Berdarah

Dua pertanda ini menunjukkan bahwa kondisi bayi sudah cukup parah dan harus segera mendapatkan pertolongan.

  • Darah pada Tinja, Urin atau Muntahan

Bercak darah pada BAB, urine atau muntahan bayi harus diwaspadai.

Jika tempat tinggal Anda sedang mengalami peningkatan kasus DBD, segera lakukan pemeriksaan pada bayi untuk mencegah hal buruk terjadi.

Baca Juga: 10 Cara Paling Ampuh Cegah Demam Berdarah (DBD)

Pengobatan DBD pada Bayi

Sejauh ini, belum ada pengobatan untuk DBD termasuk pada bayi.

Tenaga kesehatan biasanya hanya memberikan penanganan untuk meredakan gejalanya.

Jika kondisinya belum parah, Anda bisa merawat sendiri bayi di rumah untuk proses pemulihannya, dengan cara:

  • Pastikan bayi beristirahat lebih banyak

Biarkan si kecil mendapatkan istirahat ekstra dengan memperpanjang jam tidurnya, guna mempercepat proses pemulihan.

  • Lebih sering menyusui

Susui bayi Anda lebih sering guna menghindari dehidrasi.

Selain itu, asupan ASI yang optimal juga berpengaruh baik pada imunitas tubuh bayi yang sangat dibutuhkan untuk proses penyembuhan.

Biasanya dokter juga akan merekomendasikan cairan redehidrasi pada bayi di atas tiga bulan.

Untuk bayi di atas 6 bulan, asupan air juga berguna untuk menjaga kadar air dalam tubuhnya.

  • Berikan asetaminofen

Asetaminofen baik untuk meredakan demam dan nyeri, namun jangan berikan ibuprofen atau aspirin karena tidak cocok untuk bayi.

  • Bawa ke rumah sakit

Jika kondisi bayi Anda memburuk atau mulai muntah dalam 24 jam pertama, segera bawa ia ke rumah sakit. Dokter akan memberikan terapi penggantian cairan dan pengobatan lainnya yang lebih efektif.

Cara Mencegah Demam Berdarah pada Bayi

Untuk mencegah demam berdarah, Anda harus menghindari penyebaran nyamuk Aedes Aegypti.

Bersihkan daerah rumah Anda agar tidak jadi sarang perkemabangbiakan nyamuk ini. Khususnya di musim penghujan ketika nyamuk ini lebih mudah bertelur dan menyebarkan penyakit.

Selain itu, ada beberapa pencegahan yang bisa dilakukan, yakni:

  • Gunakan kasa pada pintu dan jendela

Jika daerah tempat tinggal sedang dilanda peningkatan kasus DBD, tak ada salahnya menambahkan kasa pada pintu dan jendela.

Cara ini berguna mencegah nyamuk masuk ke area rumah dan menggigit Anda, keluarga dan buah hati Anda.

  • Gunakan pakaian berlengan panjang

Berikan anak Anda pakaian berlengan panjang untuk melindungi diri. Agar tetap nyaman, pilih bahan katun yang dapat menyerap keringat.

  • Gunakan kelambu

Kelambu mungkin terasa seperti perlengkapan tidur yang ketinggalan zaman, namun sangat berguna untuk mencegah nyamuk.

Berikan perlindungan lebih dengan memasang kelambu pada tempat tidur si kecil.

  • Gunakan obat nyamuk

Pakailah obat nyamuk untuk menambah perlindungan bagi bayi Anda.

Pilih obat nyamuk yang aman bagi anak dengan aroma yang menyegarkan seperti lemon atau lavender.

  • Kurangi aktivitas bayi di luar rumah

Batasi waktu yang dihabiskan bayi di luar rumah khususnya di jam-jam rawan peredaran nyamuk. Nyamuk Aedes Aegypti sendiri paling ganas menyerang di pagi hari menjelang siang sehingga Anda wajib mewaspadai periode waktu ini.

  • Bersihkan lingkungan rumah

Cara terbaik adalah tidak memberikan tempat bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Singkirkan tempat yang menjadi genangan air dan menjadi lokasi telur nyamuk. Misalnya saja wadah, ember, bak mandi, ban bekas, dan berbagai perkakas lainnya.

Pastikan untuk mengganti air di tempat mandi burung, mangkuk anjing, dan vas bunga setidaknya seminggu sekali.

Baca Juga: Apakah Angkak Dapat Membantu Mengobati Demam Berdarah? Ini Penjelasannya!

Sumber

Baby Center. Dengue fever in babies. www.babycenter.com

Kids Health. Dengue Fever. kidshealth.org

Center for Disease Control and Prevention. Your Infant has Dengue. www.cdc.gov

WHO. (2021). Dengue and severe dengue. www.who.int