Eksibisionis, Gangguan Mental yang Suka Pamer Alat Kelamin

Eksibisionis, Gangguan Mental yang Suka Pamer Alat Kelamin

Penulis: Silvia | Editor: Umi

Apakah Anda pernah mendengar berita pelecehan seksual yang dilakukan dengan cara menunjukkan alat kelaminnya kepada orang asing? Kondisi tersebut ternyata merupakan jenis gangguan mental yang disebut sebagai eksibisionis.

Eksibisionis ditandai dengan adanya rasa kepuasan dan gairah seksual ketika orang lain merasa terkejut atau takut saat melihat alat kelamin yang dipamerkan di muka umum. Tindakan tak senonoh tersebut bisa termasuk dalam gangguan mental jika sudah membahayakan diri sendiri atau orang lain.

Umumnya, pelaku eksibisionis adalah laki-laki dengan korban seorang wanita dewasa atau anak-anak. Sementara pada wanita, hal ini jarang terjadi. Tentu saja, pengalaman tidak menyenangkan dari tindakan ini dapat meninggalkan perasaan traumatis pada korban.

Baca Juga: Tidur Pagi Sebabkan Gangguan Medis, Ini Penjelasannya!

Gejala Eksibisionis

Ada beberapa gejala yang bisa menandakan seseorang mengalami gangguan eksibisionis, antara lain:

  • Perilaku eksibisionis terjadi secara berulang dan hasilnya adalah gairah seksual yang ekstrem ketika menunjukkan alat kelamin kepada orang asing
  • Perilaku terjadi selama periode waktu 6 bulan
  • Bertindak berdasarkan dorongan seksual yang tidak disetujui oleh orang lain
  • Perilaku eksibisionis membuat pelaku merasa tertekan untuk melakukan perilaku tersebut hingga tidak bisa menjalani kehidupannya dengan baik
  • Mengekspos alat kelamin pada korban anak-anak hingga orang dewasa.

Penyebab Eksibisionis

Gangguan eksibisionis biasanya berkembang selama masa remaja dan bisa bertahan hingga usia dewasa.

Meski sudah ditangani, penderita jenis gangguan ini tetap bisa mengalami kekambuhan di masa mendatang sehingga membawa dampak pada kehidupan sosialnya.

Lantas, apa yang menyebabkan seseorang melakukan eksibisionis?

Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan seseorang merasa terangsang saat memamerkan alat kelaminnya pada orang lain.

Namun, ada beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan perilaku eksibisionis pada seseorang, yakni:

  • Gangguan kepribadian antisosial
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan terlarang
  • Preferensi seksual pedofilia.

Baca Juga: Mengenal Lebih Jauh tentang Retardasi Mental

Diagnosis Eksibisionis

Umumnya, eksibisionis didiagnosis melalui perilaku seksual yang tidak lazim dengan cara memperlihatkan alat kelaminnya pada orang lain.

Selain itu, penderita juga akan memperoleh diagnosis oleh dokter ketika mereka sangat terangsang dengan memperlihatkan alat kelamin mereka atau diamati oleh orang lain selama aktivitas seksual.

Akibat gangguan tersebut, penderitanya bisa merasa sangat tertekan sehingga memiliki berbagai gangguan dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari masalah dengan pasangan, keluarga, atau teman.

Seseorang dapat disebut mengalami gangguan eksibisionis jika telah memiliki kondisi tersebut selama 6 bulan atau lebih.

Cara Mengatasi Eksibisionis

Lalu, apakah gangguan eksibisionis ini dapat diatasi? Jawabannya bisa.

Namun, biasanya kelainan ini tidak disadari oleh pelaku, sehingga umumnya mereka tidak mendapatkan perawatan hingga berurusan dengan hukum. Hal ini karena mengekspos alat kelamin di muka umum merupakan tindakan yang ilegal.

Berikut beberapa pilihan perawatan yang bisa dilakukan pada penderita eksibisionis:

1. Psikoterapi

Psikoterapi atau terapi perilaku kognitif bisa dilakukan untuk mengatasi perilaku eksibisionis.

Perawatan ini akan menggunakan teknik restrukturisasi kognitif untuk mengidentifikasi dan mengubah pikiran dan perilaku penderita.

Jadi, penderita bisa mengidentifikasi pemicu yang menjadi penyebab eksibisionis sehingga mereka dapat mengelolanya dengan baik. Pada akhirnya, penderita tidak lagi menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain.

2. Obat-obatan

Untuk mengobati gangguan eksibisionis, seorang profesional juga bisa meresepkan obat-obatan.

Salah satu obat-obatan yang bisa mengatasi perilaku eksibisionis adalah antidepresan.

Obat ini bekerja dengan cara membantu mengatasi gangguan mood yang terjadi bersamaan, seperti depresi atau kecemasan, sekaligus menurunkan gairah seks.

Dorongan seks yang lebih rendah ini dapat membantu penderita untuk tidak bertindak impulsif sehingga tidak lagi menunjukkan alat kelaminnya pada orang lain.

Selain antidepresan, dokter juga mungkin akan memberikan obat antiandrogen.

Obat tersebut dapat digunakan untuk menurunkan kadar testosteron sementara untuk mengurangi dorongan seks sehingga memungkinkan terapi yang lebih efektif.

3. Support Group

Tak hanya terapi dan konsumsi obat-obatan, penderita gangguan eksibisionis juga bisa diikutsertakan dalam terapi support grup atau kelompok.

Sesuai namanya, perawatan ini dilakukan dengan cara melibatkan penderita bersama orang lain yang memiliki gangguan serupa.

Dengan begitu, para penderitanya dapat saling mendukung untuk mendorong kesembuhan dan membuat mereka kembali diterima oleh masyarakat.

Support group dinilai cukup efektif dalam mendukung terapi individu untuk mengurangi perilaku yang tidak pantas dan meningkatkan keterampilan sosial penderitanya.

Baca Juga: Mengenal Kondisi Gangguan Mental Kleptomania

Sumber

Choosing Therapy. (2020). Exhibitionistic Disorder: Causes & Treatment Options. choosingtherapy.com

MSD MANUAL. (2021). Exhibitionism. msdmanuals.com

Thriveworks. (2017). Exhibitionism: Causes, Symptoms, Treatment for Exhibitionistic Disorder DSM-5 302.4 (F65.2). thriveworks.com