Cegah Gangguan Kelahiran dengan Monitor Detak Jantung Janin

Cegah Gangguan Kelahiran dengan Monitor Detak Jantung Janin

Penulis: Nunik | Editor: Ratna

Ditinjau oleh: dr. Winda Atika Sari

Terakhir ditinjau: 31 Juli 2023

 

Pada proses persalinan, sebelum dan setelah bayi lahir, tim medis perlu melakukan pemeriksaan detak jantung janin. Hal ini bertujuan membantu mendeteksi apabila ada perubahan pola detak jantung janin.

Ada kondisi yang disebut dengan gawat janin. Kondisi ini terjadi ketika selama masa kehamilan janin tidak mendapatkan oksigen yang cukup. Akibatnya, bayi bisa lahir dalam keadaan berat badan kurang, bahkan bisa sampai meninggal.

Oleh karena itu, selama masa kehamilan, sudah seharusnya ibu hamil memeriksakan kandungan secara rutin agar dokter dapat melakukan deteksi dini pada gawat janin.

Detak jantung normal pada bayi baru lahir adalah antara 120 – 160 denyut per menit (BPM), dengan laju pernapasan 40 – 60 napas per menit. Kondisi sudah harus tercapai ketika kehamilan memasuki usia 30 minggu. Apabila detak jantung kurang dari 100 BPM  lebih dari 180 BPM, berarti tidak normal.

Jangan khawatir, detak jantung tidak normal pada bayi lahir hanya terjadi 1 – 2 persen kehamilan. Detak jantung tidak normal ini hanya bersifat sementara dan pada umumnya tidak berbahaya. Namun, tidak bisa dibiarkan begitu saja karena ada kondisi tertentu yang menyebabkan kematian.

Baca Juga: Kapan Detak Jantung Janin Mulai Terdengar?

Gejala Gawat Janin

Kondisi gawat janin biasanya bisa terdeteksi selama masa kehamilan. Gejala gawat janin yang mungkin terjadi adalah:

1. Ukuran kandungan terlalu kecil

Ukuran kandungan yang terlalu kecil menandakan bahwa ukuran bayi yang ada di dalamnya lebih kecil daripada ukuran seharusnya, yang sesuai dengan usia janin. Besarnya kandungan bisa diketahui dengan cara mengukur fundus uteri atau puncak tinggi rahim, yaitu dari tulang kemaluan sampai perut bagian paling atas.

2. Gerakan janin berkurang

Semakin dekat dengan hari persalinan, gerakan janin akan makin berkurang karena ruangan di dalam rahim semakin terasa sempit. Namun, seharusnya intensitas gerakan janin tidak berkurang, tetap teratur dan terasa kuat. Adanya intensitas gerakan janin yang berkurang secara drastis menggambarkan bahwa ada gejala gawat janin.

Cara Memantau Detak Jantung Janin

Selama masa kehamilan, dokter akan terus memantau detak jantung janin secara rutin. Ada beberapa cara dokter memantau detak jantung janin, yaitu:

1. Cara auskultasi

Cara ini sangat simpel, yaitu menggunakan stetoskop Laennec. Dokter akan menempelkan stetoskop pada dada bayi untuk mendeteksi detak jantung. Suara jantung, jumlah detak, dan keras atau lemahnya detak akan terdeteksi. Cara auskultasi ini aman, minim risiko, dan tidak ada efek sampingnya. Namun, umumunya penggunaan stetoskop Laennec saat ini sangat jarang digunakan.

2. Cara elektronik

Caranya yaitu menggunakan alat pemantau elektronik, umumnya yaitu USG Doppler. Namun, di beberapa rumah sakit mungkin sudah tersedia USG 2 dimensi, 3 dimensi, bahkan sekarang 4 dimensi yang bisa melihat struktur muka dari bayi.

Pemeriksaan detak jantung bayi dengan cara ini dilakukan selama masa kehamilan sampai saat persalinan. Ada dua cara, yaitu pemantauan eksternal dan internal.

Pemantauan eksternal dilakukan dari luar dengan menggunakan gelombang suara. Sementara, pemantauan internal dilakukan dari dalam, dengan menempelkan kabel bersensor di kepala bayi. Hal ini hanya bisa dilakukan apabila kantung ketuban sudah pecah. Pola detak jantung akan terdeteksi. Apabila ada kelainan, bayi akan dilahirkan secara caesar.

Memonitor detak jantung janin sejak awal kehamilan sampai saat melahirkan, dapat mendeteksi apabila ada kelainan. Sebenarnya detak jantung janin yang tidak normal, belum tentu pertanda adanya kelainan. Namun, setidaknya apabila benar-benar ada sesuatu yang serius, dapat segera ditangani.

Baca Juga: Posisi Janin di Dalam Kandungan: Mana yang Paling Ideal dan Berisiko?

Sumber