Cara Membedong Bayi yang Benar

Cara Membedong Bayi yang Benar

Penulis: Anggita | Editor: Opie

Ditinjau oleh: dr. Tommy

Terakhir ditinjau: 21 April 2023

 

Membedong bayi sudah dilakukan sejak lama dan sampai saat ini pun masih diterapkan pada bayi yang baru lahir. Tidak hanya di Indonesia, bahkan membedong juga populer di negara lain, seperti di Inggris.

Membedong dilakukan dengan cara membungkus atau melilitkan kain atau selimut pada bayi Anda.

Ternyata, membedong bayi tidak hanya berguna untuk membuat bayi merasa nyaman, namun ada manfaat-manfaat lainnya.

Baca Juga: Refleks Bayi Kagetan, Sampai Umur Berapa Ini Akan Terjadi?

Manfaat Membedong Bayi

Berikut adalah beberapa manfaat dari membedong bayi:

  • Mencegah terjadinya sindrom kematian mendadak pada bayi

Bayi yang tidur tanpa dibedong bisa berguling dan menyebabkan napasnya terhambat. Apabila terjadi, maka bayi berisiko terkena sindrom kematian mendadak.

Sindrom kematian mendadak adalah hal yang umum terjadi di Amerika, hal ini disebabkan karena suasana tidur bayi yang kurang aman.

Namun, ada beberapa cara untuk mencegahnya, salah satunya adalah dengan membedong bayi.

Dengan membedong bayi, Anda perlu menidurkan bayi terlentang. Posisi tidur bayi seperti ini adalah posisi yang tepat, dan ketika dibedong maka pergerakannya menjadi terbatas.

  • Membuat bayi merasa nyaman

Menurut dokter anak di Amerika Robert Hamilton, MD, FAAP, membedong bayi dengan kain dapat memberikan perasaan yang mirip ketika bayi masih di dalam kandungan.

Saat masih menjadi janin, maka bayi akan merasa erat dengan rahim ibu. Perasaan nyaman tersebut bisa dimunculkan dengan membedong.

Selain itu, bayi juga bisa merasa hangat, sehingga kualitas tidurnya bisa lebih baik.

Bayi lebih memungkinkan untuk mengurangi tangisannya saat dibedong, karena perasaan aman dan tenang yang ia dapatkan.

  • Mencegah bayi terbangun saat tidur

Bayi umum melakukan refleks Moro, yaitu respon alaminya ketika merasa kaget. Ketika refleks ini muncul, maka bayi bisa terbangun saat sedang tidur.

Membedong bayi merupakan cara yang ampuh untuk mencegah tangan dan kaki bayi bergerak bebas. Maka itu, cara ini juga bisa mencegah bayi terbangun di malam hari.

Risiko Salah Membedong Bayi

Meskipun membedong bayi memberikan banyak manfaat, namun tetap ada risiko jika Anda membedongnya dengan cara yang salah. Berikut adalah sejumlah risiko yang dapat terjadi:

  • Meningkatkan risiko hip dysplasia

Ketika dibedong terlalu ketat, maka perkembangan dan pergerakan bayi bisa terhambat. Sehingga, bayi bisa berisiko terkena masalah pada pinggul.

  • Membuat bayi sulit untuk bangun

Sayangnya, membedong bayi juga bisa menurunkan gairah bayi dan membuatnya tidur lebih lama.

Walau terkadang waktu tidurnya yang lama membuat orang tua senang, kondisi ini bisa mengakibatkan kematian mendadak pada bayi.

  • Bayi merasa gerah

Pemilihan kain juga penting karena ketika dibungkus dengan kain yang berlapis-lapis, bayi berpotensi merasa kepanasan.

Cara Membedong yang Benar

Ada beberapa cara membedong bayi yang bisa Anda coba, pilihlah yang menurut Anda paling nyaman.

Berikut adalah langkah-langkahnya:

Bedong dasar

  • Hamparkan selimut di atas permukaan yang datar, seperti di kasur. Lipat menjadi segitiga, dengan tepi lebar berada pada bagian atas, dan sudutnya di bagian bawah.
  • Letakkan bayi di tengah, lengannya ke bawah dan berada di samping tubuhnya. Ujung segitiga kain ada di bawah. Leher dan kepalanya berada di atas selimut, dan bagian tubuh lainnya ada di atas selimut.
  • Ambil sudut kiri atas, tarik secara diagonal ke bawah kanan, lalu selipkan di bawah pinggul kanan bayi.
  • Ambil sudut bawah, tarik secara diagonal ke atas hingga melewati bahu kanan, lalu selipkan ke belakang.
  • Tarik sudut kanan atas secara horizontal ke kiri dan ke belakang bayi.

Bedong tangan ke atas

  • Tangan menempel ke jantung

Caranya mirip dengan cara bedong dasar, namun Anda perlu merapatkan kepalan tangan bayi Anda di dada, bukan di samping tubuhnya.

  • Tangan terentang

Langkahnya sama dengan bedong dasar, namun bagian atas selimut sejajar di bawah ketiak bayi Anda.

Lalu pada langkah keempat, Anda perlu membawa sudut selimut ke belakang, bukan ke atas dan melewati bahu si bayi.

Sayangnya, cara ini bisa membuat ia terbangun akibat refleks Moro.

Sampai Umur Berapa Bayi Perlu Dibedong

Bedong pertama kali dikenalkan ketika bayi baru lahir.

Namun jika bayi sudah bisa berguling dan bisa kembali ke posisi semua, maka Anda perlu berhenti membedongnya.

Umumnya, ini terjadi pada usia bayi mencapai 2-3 bulan.

Ketika umur bayi terus bertambah, maka bedong tidak lagi efektif untuk membuatnya tidur nyenyak.

Sebab, bayi sudah lebih kuat dan semakin sulit untuk dibedong.

Baca Juga: Normalkah Bayi 9 Bulan Belum Bisa Merangkak?

Sumber

BabyCentre. Swaddling: what are the risks and benefits? – BabyCentre UK. www.babycentre.co.uk

Very Well Family. (2021). How to Swaddle a Baby. www.verywellfamily.com

American Academy of Pediatrics. (2017). Reduce the Risk of SIDS & Suffocation – HealthyChildren.org. www.healthychildren.org

American Academy of Pediatrics. (2020). Swaddling: Is it Safe? – HealthyChildren.org. www.healthychildren.org

NCT. (2018). Swaddling a baby: the benefits, risks and seven safety tips. www.nct.org.uk